Lahir dari keluarga yang tidak mampu di antara tetangga lainnya. Seorang anak laki-laki itu sekarang semakin menua. Ya, itu adalah ayahku. Sutrisno, atau biasa dipanggil Bagong Sutrisno, ini berhasil mewujudkan pepatah “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Dulu saat beliau masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sering mendapat omongan yang kurang berkenan di hati keluarganya. Karena pada saat itu ayah dari beliau itu hanya seorang buruh tani. Sedangkan tetangganya adalah orang yang memiliki sawah di mana-mana.
Tetapi ini bukan menjadi penghalang, justru malah menjadi motivasi untuk bisa menaikkan derajat keluarganya. Setiap pulang sekolah, Pak Sutrisno dan kakaknya yang bernama Pak Sukirno selalu membantu ayahnya untuk bekerja. Contohnya yaitu membantu menggembala sapi, mencari pasir di sungai, dan membantu ibunya sebagai buruh cetak batu bata di ladang. Tetapi dengan kerja kerasnya dalam membantu orang tuanya bekerja, beliau tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar. “Ayah karo Pak Sukir biyen pendak ngewangi mbahmu cetak boto karo angon sapi tetep iseh nggowo buku dinggo sinau”, yang artinya yaitu ayah saya dan kakaknya (Pak Sukirno) setiap membantu orang tuanya membuat batu bata dan menggembala sapi pasti selalu membawa buku untuk dipelajari di sela-sela waktunya. Beliau-beliau ini memang terkenal pandai di sekolahnya. Dan dengan keterbatasan ekonomi dalam keluarganya pada saat itu bukanlah menjadi penghalang untuk terus mencari ilmu.
Hingga semakin beranjak dewasa, beliau semakin gigih dalam mendalami keahliannya. Pak Sutrisno ini menempuh pendidikan di STM Mrican atau sekarang disebut SMKN 2 Depok Sleman. Beliau mengambil jurusan Teknik Aneka Tambang, hingga setelah lulus sekolah alhamdulillah bisa lanjut bekerja di pertambangan emas di daerah Bogor. Dari situlah beliau mulai mengubah perekonomian keluarganya. Lalu beliau kembali pulang ke Yogyakarta untuk menikah dan melanjutkan bekerja di perusahaan swasta sebagai pegawai bengkel las. Beberapa tahun setelah beliau mengemban ilmu di perusahaan tersebut akhirnya memulai usaha sendiri dengan membuka perusahaan swasta yang bernama “JOGJA KARYA CIPTA”. Alhamdulillah sekarang bisa menjadi pengusaha dengan memiliki kurang lebih 13 pegawai. Tak lupa dengan kakaknya yang bernama Sukirno itu tadi juga sudah sukses dengan bidangnya yang sekarang menjabat sebagai staf tinggi di pemerintahan.
Dengan kerja kerasnya selama ini bisa menaikkan derajat keluarga besarnya dan sekarang menjadi orang yang cukup disegani di lingkungannya. Dan sedikit cerita dari ayahnya Pak Sutrisno, di saat ekonomi keluarganya alhamdulillah sudah mulai naik, ekonomi tetangga yang dulu merendahkan keluarganya malah menjadi turun. Dikarenakan yang masa dulu sedang jaya-jayanya, anak dari keluarga itu malah bermain judi, tidak gigih dalam menuntut ilmu, dan hanya menikmati masa kejayaan itu tanpa memikirkan dampak ke depannya. Maka dengan inilah terbukti bahwa roda kehidupan itu berputar, dan kejayaan akan selalu berpihak kepada yang bersungguh-sungguh.
Dari jaman Pak Sutrisno kecil dulu hingga keturunannya sekarang selalu diterapkan dalam keluarganya untuk selalu belajar dan berusaha. Dan di saat sudah sukses tetaplah untuk rendah hati/andap asor.
Pesan yang bisa diambil dari berita feature tentang pak Sutrisno ini yaitu tetaplah berusaha dan optimis untuk bisa membuktikan kepada orang lain bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
Biodata Penulis:
Athaya Azhar lahir pada tanggal 1 Februari 2006 di Bantul, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, di Universitas Negeri Yogyakarta.