Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam hidup manusia. Melalui pendidikan, seseorang bisa mengambangkan diri, mengenal dunia dan meraih cita-cita. Bagi sebuah negara, pendidikan berperan besar dalam membentuk generasi yang cerdas, berkarakter dan siap membangun bangsa. Namun, meski di Indonesia pendidikan sudah menjadi prioritas, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari akses yang belum merata hingga kualitas pembelajaran yang masih perlu ditingkatkan. Tidak semua anak di Indonesia mempunyai kesempatan belajar yang sama. Di kota-kota besar, akses pendidikan lebih mudah, sekolah tersedia dalam jarak dekat, dan fasilitasnya pun lengkap. Sebaliknya, di daerah pelosok, masih banyak anak yang harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke sekolah, bahkan ada yang putus sekolah karena tidak ada pilihan.
Secara global, jutaan anak belum bisa mengakses pendidikan dasar. Di Indonesia situasinya serupa, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu atau tinggal di wilayah terpencil. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan akses masih menjadi masalah nyata. Pendidikan yang merata dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial (Grazzini, 2018). Ketika semua anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama, mereka bisa lebih siap bersaing di dunia kerja dan ikut membangun masyarakat yang adil.
Pendidikan yang bermutu hanya dapat tercapai jika proses belajar berjalan efektif, guru kompeten dan kurikulumnya relevan. Sayangnya, banyak guru di daerah tertentu belum mendapatkan pelatihan yang memadai. Masih banyak fasilitas belajar yang kurang menunjang. Kualitas sistem pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru. Jika guru tidak dibekali dengan kemampuan mengajar yang baik, maka siswa akan sulit berkembang secara maksimal. Hal ini menjadi tantangan besar yang harus dijawab dengan pelatihan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan guru. Pembelajaran yang mendidik seharusnya berangkat dari karakteristik siswa dan memfasilitasi perkembangan sosial kognitif mereka (Budiningsih, 2003). Sayangnya, banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah atau satu arah yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajarnya. Hal ini dapat berdampak pada rendahnya pemahaman konsep dan kurangnya keterampilan siswa dalam berpikir kritis di kalangan siswa.
Pendidikan bukan hanya soal akademik, melainkan sekolah memiliki tanggung jawab untuk membentuk karakter siswa agar menjadi pribadi yang jujur, toleran dan bertanggung jawab. Pembelajaran ekonomi berbasis pendidikan karakter dapat membentuk kepribadian siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berintegritas (Soesatyo, Wulandari & Trisnawati, 2015). Pendidikan karakter menjadi penting ditengah krisisnya moral dan etika yang banyak terjadi di masyarakat. Ditengah tantangan global seperti radikalisme dan hoaks, penting bagi anak-anak untuk belajar berpikir kritis dan menghargai perbedaan. Tujuan pendidikan bukan hanya sekedar mencetak pekerja, tetapi juga membentuk warga negara yang sadar dan aktif dalam kehidupan sosial (Mead, 2014). Pendidikan juga harus memberi ruang bagi pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan ternyata juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan seseorang. Salah satu contohnya adalah orang yang terdidik cenderung memiliki pola hidup lebih sehat dan umur yang lebih panjang. Hal ini terjadi karena mereka lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan dan mampu membuat keputusan yang bijak. Pendidikan berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik, termasuk dalam hal kesehatan fisik dan mental (Zajacova & Lawrence, 2018). Maka dari itu, memperluas pendidikan juga berarti memperluas kesejahteraan.
Pemerintah sudah berusaha menjangkau anak-anak yang kurang mampu melalui berbagai program, seperti kartu Indonesia pintar (KIP), bantuan operasional sekolah dan pembangunan sekolah di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Namun, program-program ini masih perlu dievaluasi agar benar-benar tepat sasaran dan berjalan efektif. Sistem pendidikan kadang hanya memberi harapan, tanpa benar-benar membuka pintu bagi mereka yang paling membutuhkan.
Bahwa pendidikan yang adil bukan hanya sekadar memberi tempat disekolah, tapi juga memastikan semua anak bisa belajar dengan layak, aman dan bermakna. Pendidikan adalah hak setiap anak dan kunci bagi masa depan Indonesia. Namun, tantangan seperti akses yang tidak merata, kualitas pengajaran yang kurang optimal dan ketimpangan kesempatan masih menjadi pekerjaan yang besar. Pendidikan yang baik harus bisa membentuk anak yang tidak hanya pintar, akan tetapi juga memiliki karakter kuat, sehat dan siap menghadapi perubahan zaman. Jika semua pihak misalnya pemerintah, guru, orang tua dan masyarakat bekerja sama mewujudkan pendidikan yang adil dan berkualitas, maka masa depan bangsa kita akan semakin cerah. Pendidikan bukan hanya urusan nilai atau ijazah, namun tentang bagaimana menciptakan manusia yang lebih baik untuk dunia yang lebih baik pula.
Sumber Referensi:
- Budianingsih, C. A. (2003). Perkembangan teori belajar dan pembelajaran menuju revolusi sosiokultural Vygotsky. Dinamika Pendidikan, 10(1), 1–12.
- Grazzini, L. (2016). The Importance of the Quality of Education: Some Determinants and its Effects on Earning Returns and Economic Growth. Economica Pubblica, 2, 43–82.
- Mead, R. (2010). Learning by degress. New Yorker, 86(16), 21–22.
- Soesatyo, Y., Wulandari, R. N. A., & Trisnawati, N. (2015). Pembelajaran ekonomi berbasis pendidikan karakter. Lumbung Pustaka UNY, 1(1), 10– 20.
- Zajacova, A., & Lawrence, E. M. (2018). The relationship between education and health: Reducing disparities through a contextual approach. Annual Review of Public Health, 39(1), 273–289.
Jeni Putri Maheswari saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Teknologi Pendidikan, di Universitas Negeri Yogyakarta.