Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Menghadapi Baby Blues dalam Tekanan Budaya: Solusi dari Perspektif Konseling Multibudaya

Dalam kasus baby blues, tekanan budaya untuk selalu tampil kuat bisa membuat ibu merasa sendirian dan kurang mendapat dukungan. Konselor perlu peka ..

Kelahiran seorang anak sering kali dianggap sebagai momen penuh kebahagiaan. Namun, tidak sedikit ibu yang mengalami kondisi yang dikenal sebagai baby blues, yaitu perasaan sedih, cemas, dan mudah marah setelah melahirkan. Kondisi ini sering kali kurang mendapat perhatian, terutama di masyarakat yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap peran ibu. Budaya yang mengharapkan ibu untuk segera menunjukkan kekuatan dan kebahagiaan pasca melahirkan dapat menimbulkan tekanan psikologis, sehingga ibu merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya. Dalam bidang konseling multibudaya, teori kesadaran budaya menekankan pentingnya memahami pengaruh latar belakang budaya terhadap cara seseorang mengelola emosi dan mengatasi masalah. Dalam kasus baby blues, tekanan budaya untuk selalu tampil kuat bisa membuat ibu merasa sendirian dan kurang mendapat dukungan. Konselor perlu peka terhadap norma dan nilai budaya yang ada serta membantu ibu memahami bahwa perasaan sedih dan lelah setelah melahirkan adalah hal yang alami dan dapat diatasi dengan dukungan yang tepat.

Menghadapi Baby Blues dalam Tekanan Budaya
sumber: Unsplash | @nate_dumlao

Pendekatan konseling berbasis keberagaman menekankan pentingnya memberikan ruang bagi klien untuk mengekspresikan pengalaman uniknya tanpa merasa dihakimi. Konselor yang menerapkan pendekatan ini akan berusaha memahami bagaimana faktor budaya membentuk pandangan dan perilaku ibu dalam menghadapi baby blues. Dengan cara ini, konseling menjadi lebih efektif karena intervensi disesuaikan dengan kebutuhan serta latar belakang budaya klien. Solusi yang dapat diterapkan dalam konseling adalah pendekatan integrasi budaya. Konselor menggabungkan pengetahuan psikologis dengan pemahaman budaya setempat untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kondisi budaya disana. Misalnya dengan melibatkan keluarga dalam proses konseling agar ibu mendapat dukungan sosial yang cukup. Selain itu, edukasi mengenai baby blues kepada masyarakat juga penting untuk mengurangi stigma negatif. Dengan cara ini ibu akan merasa lebih diterima dan didukung dalam menjalani masa pemulihan.

Penting juga bagi konselor untuk memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat luas mengenai pentingnya kesehatan mental ibu pasca melahirkan. Pemahaman ini dapat membantu mengubah ekspektasi sosial yang terlalu menekan dan mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung. Dengan begitu ibu tidak hanya mendapatkan bantuan profesional tetapi juga kekuatan dari orang-orang di sekitarnya untuk mengatasi baby blues. Kesadaran akan keberagaman budaya sangat penting dalam praktik konseling, terutama ketika menghadapi isu yang berhubungan dengan kesehatan mental. Kasus baby blues menunjukkan bahwa pendekatan konseling yang peka budaya dapat membantu ibu melewati masa sulit dengan dukungan yang memadai. Dengan demikian masyarakat juga dapat menjadi lebih empati dan terbuka terhadap pengalaman ibu pasca melahirkan, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan penuh pengertian.

Di samping pendekatan langsung kepada ibu yang mengalami baby blues, penting pula untuk membangun sistem layanan konseling yang inklusif di fasilitas kesehatan. Para tenaga konseling dan tenaga medis perlu mendapatkan pelatihan tentang pendekatan multibudaya agar lebih peka terhadap keberagaman latar belakang klien. Misalnya, seorang ibu dari komunitas yang sangat menjunjung kehormatan keluarga mungkin merasa malu jika harus mengakui kesulitan emosionalnya. Dalam kasus seperti ini konselor perlu menggunakan strategi komunikasi yang penuh empati, tidak menghakimi, dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang dianut klien. Lebih jauh lagi pendekatan konseling multibudaya tidak hanya membantu individu, tetapi juga dapat berperan dalam perubahan sosial. Melalui penyuluhan, pelatihan orang tua baru, dan kerja sama dengan tokoh masyarakat, konselor bisa mendorong terciptanya narasi baru bahwa menjadi ibu tidak berarti harus selalu sempurna. Perubahan persepsi kolektif ini penting agar para ibu tidak lagi merasa tertekan oleh standar sosial yang tidak realistis. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berbasis pada keberagaman budaya, isu baby blues bisa ditangani secara lebih menyeluruh, manusiawi, dan berkelanjutan.

Biodata Penulis:

Olympia Cleo Aray Fatasay saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Program Studi Bimbingan dan Konseling.

© Sepenuhnya. All rights reserved.