Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Air Zam-Zam dari Sudut Pandang Sains dan Agama

Dari sisi agama, kisah munculnya air Zam-Zam merupakan salah satu narasi paling menyentuh dalam sejarah kenabian. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan ...

Air Zam-Zam memiliki tempat yang sangat istimewa dalam kepercayaan umat Islam. Terletak di Masjidil Haram, Mekkah, air ini dipercaya sebagai mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT untuk Hajar dan putranya, Nabi Ismail, dalam momen keputusasaan dan kehausan di tengah padang pasir yang gersang. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an dan menjadi salah satu unsur penting dalam ritual ibadah haji, yakni sai antara bukit Shafa dan Marwah. Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan terhadap kemuliaan air Zam-Zam tidak hanya bertahan sebagai tradisi religius, tetapi juga mulai mendapatkan perhatian dari kalangan ilmuwan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang karakteristik air ini secara ilmiah.

Air Zam-Zam dari Sudut Pandang Sains dan Agama

Dari sisi agama, kisah munculnya air Zam-Zam merupakan salah satu narasi paling menyentuh dalam sejarah kenabian. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail di padang pasir sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah, Hajar kemudian mencari air demi keselamatan anaknya. Dalam proses pencarian itu, ia berlari tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah, yang kemudian menjadi ritual sa’i dalam ibadah haji. Setelah usahanya yang tak kunjung membuahkan hasil, mukjizat pun terjadi: mata air muncul dari bawah kaki bayi Ismail. Air itulah yang kelak dikenal sebagai air Zam-Zam. Dalam Al-Qur’an, kisah ini tidak disebut secara eksplisit, tetapi ritual sa’i diabadikan dalam Surah Al-Baqarah ayat 158 yang berbunyi: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah”.

Air Zam-Zam memiliki keistimewaan tersendiri dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Air Zam-Zam itu tergantung pada niat orang yang meminumnya” (HR. Ibn Majah, No. 3062). Hadis ini menunjukkan dimensi spiritual dari air tersebut; bahwa tidak hanya unsur zatnya yang penting, melainkan juga niat dan doa yang menyertainya. Dalam tradisi Islam, air Zam-Zam biasa diminum dengan permohonan doa, digunakan untuk menyembuhkan penyakit, bahkan dibawa pulang sebagai oleh-oleh spiritual. Ulama klasik seperti Ibn Hajar Al-Asqalani dan Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa banyak perawi hadis yang meminum air Zam-Zam dengan niat tertentu dan mendapati keinginan mereka dikabulkan. Ini menunjukkan bahwa air Zam-Zam bukan hanya sekadar cairan biasa, melainkan simbol keimanan, pengharapan, dan keberkahan.

Namun, dalam konteks masyarakat modern, muncul pertanyaan-pertanyaan baru: Apakah air ini memang memiliki kandungan yang berbeda dari air biasa? Apakah klaim khasiatnya bisa dijelaskan secara ilmiah? Sejumlah peneliti mencoba menelaah pertanyaan-pertanyaan ini melalui pendekatan kimia, fisika, dan mikrobiologi. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ScienceDirect oleh Abdel Hameed dan timnya (2022) melakukan analisis metalik terhadap air Zam-Zam. Hasilnya menunjukkan bahwa air ini mengandung sejumlah mineral esensial dalam kadar yang relatif tinggi, seperti natrium (210 mg/L), kalsium (93 mg/L), dan magnesium (42 mg/L). Selain itu, ditemukan unsur litium (0,012 mg/L), yang dalam kadar rendah dipercaya memiliki manfaat neurologis. Yang lebih mencengangkan, logam berat berbahaya seperti arsenik, timbal, dan kadmium ditemukan dalam kadar sangat rendah—jauh di bawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh WHO.

Temuan ini diperkuat oleh studi lain yang diterbitkan dalam PubMed Central oleh Alshikh et al. (2021). Dalam penelitian tersebut, air Zam-Zam tidak hanya terbukti bebas dari patogen dan mikroorganisme berbahaya, tetapi juga memiliki efek urikosurik dan hipolipidemik. Artinya, air ini mampu membantu tubuh mengurangi kadar asam urat dan lemak darah, dua faktor yang berkaitan dengan penyakit metabolik seperti gout dan dislipidemia. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa air Zam-Zam memiliki stabilitas rasa dan komposisi yang tinggi meski disimpan dalam jangka panjang. Karakteristik ini membuatnya unik dibandingkan air biasa yang cenderung mengalami degradasi jika tidak disimpan dengan baik.

Dalam penelitian tambahan dari jurnal MJPMS Journal (Mohammed et al., 2022), air Zam-Zam juga ditemukan mengandung unsur mikro seperti vanadium, mangan, besi, kobalt, dan molibdenum, yang semuanya berperan dalam metabolisme tubuh. Yang menarik, meskipun air ini mengandung banyak mineral, namun tidak menyebabkan gangguan kesehatan karena kadarnya masih dalam batas fisiologis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keunikan air Zam-Zam kemungkinan besar disebabkan oleh sistem akuifer bawah tanah yang sangat dalam dan terisolasi, sehingga airnya tetap murni dan stabil selama ribuan tahun.

Fenomena keberadaan sumur Zam-Zam itu sendiri juga menarik secara geologis. Sumber air ini tidak pernah kering selama lebih dari 4000 tahun meskipun jutaan liter diambil setiap tahun oleh para peziarah. Banyak ahli geologi percaya bahwa sumur ini terhubung dengan sistem aliran air bawah tanah yang sangat dalam dan luas. Sebagian bahkan menduga bahwa tekanan hidrostatik yang tinggi dan lapisan batuan tertentu memberikan sifat alami filtrasi sehingga airnya tetap jernih dan higienis tanpa perlu perlakuan kimiawi.

Dari sini kita bisa melihat bahwa keajaiban air Zam-Zam tidak hanya dapat dijelaskan melalui dimensi spiritual semata, tetapi juga melalui bukti-bukti ilmiah yang sahih dan objektif. Dengan kata lain, apa yang selama ini diyakini oleh umat Islam ternyata bisa diurai melalui pendekatan rasional. Ini tidak berarti bahwa sains mencoba “membuktikan” kebenaran agama, melainkan memperluas pemahaman kita tentang bagaimana mukjizat bisa hadir dalam bentuk yang dapat dipelajari.

Hubungan antara sains dan agama dalam kasus air Zam-Zam menjadi contoh bahwa bagaimana keduanya tidak selalu berada dalam posisi yang saling bertentangan. Dalam Islam sendiri, ilmu pengetahuan memiliki tempat yang mulia. Banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong manusia untuk merenungi ciptaan Tuhan dan menggunakan akalnya untuk memahami dunia. Salah satu ayat yang relevan adalah Surah Fussilat ayat 53: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.” Ayat ini menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah bisa menjadi jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada kebenaran spiritual.

Akhirnya, air Zam-Zam menjadi simbol pertemuan antara dua jalan pencarian makna: iman dan ilmu. Di satu sisi, air ini adalah peninggalan sejarah suci yang membangkitkan kesadaran spiritual umat Islam; di sisi lain, ia adalah objek ilmiah yang menawarkan pelajaran tentang keunikan geologi dan komposisi air. Ketika kita minum air Zam-Zam dengan doa dan harapan, kita bukan hanya menyerap mineral dan cairan, tetapi juga mengikat diri dalam tradisi ribuan tahun yang menghubungkan langit dan bumi, keajaiban dan logika, keyakinan dan observasi.

Daftar Pustaka:

  • Abdel Hameed, M., et al. (2022). Metallic profile of Zamzam water: Determination of minerals, metals, and toxic elements. ScienceDirect https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2773050622000301
  • Alshikh, H., et al. (2021). Zamzam water is pathogen-free, uricosuric, hypolipidemic and stable. PubMed Central. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7811908/
  • Al-Qur’an. Surah Al-Baqarah: 158, Surah Fussilat: 53.
  • Ibn Majah. Sunan Ibn Majah, Hadis No. 3062.
  • Mohammed, R., et al. (2022). Biochemical Study of Zamzam Water According to Cities Water. MJPMS Journal. https://mjpms.uomus.edu.iq/cgi/viewcontent.cgi?article=1004&context=mjpms

Elit Dwitia

Biodata Penulis:

Elit Dwitia saat ini aktif sebagai mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Penulis bisa disapa di Instagram @Elitdwitia

© Sepenuhnya. All rights reserved.