Iduladha bukan sekadar hari raya biasa, melainkan puncak dari perjalanan spiritual seorang muslim. Hari yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah ini menyimpan begitu banyak pelajaran hidup tentang ketulusan, pengorbanan, dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Kita diajak untuk merenungkan kembali kisah heroik Nabi Ibrahim AS yang dengan ikhlas bersedia mengorbankan putra tercintanya, Ismail AS, sebagai bukti kecintaannya kepada Allah SWT.
Di tengah gemerlap perayaan dan kemeriahan suasana, ada tujuh amalan utama yang menjadi ruh dari perayaan Iduladha. Amalan-amalan ini bukan hanya bernilai ibadah, tetapi juga mengandung transformasi sosial yang luar biasa. Dari prosesi penyembelihan hewan kurban yang mengajarkan arti berbagi, hingga silaturahmi yang memperkuat tali persaudaraan - setiap ritual memiliki makna filosofis yang dalam.
1. Melaksanakan Salat Iduladha dengan Khidmat
Salat Iduladha merupakan ibadah spesial yang hanya datang dua kali dalam setahun, membuatnya menjadi momen yang sangat dinantikan. Kaum muslimin berbondong-bondong menuju masjid atau lapangan terbuka dengan mengenakan pakaian terbaik mereka, mencerminkan kegembiraan menyambut hari raya. Pada rakaat pertama, imam akan mengucapkan tujuh kali takbir diselingi dengan diam sejenak untuk berzikir, kemudian lima takbir pada rakaat kedua. Usai salat, seluruh jamaah dianjurkan untuk tetap duduk mendengarkan khutbah yang penuh dengan wejangan spiritual tentang makna kurban dan ketakwaan.
2. Menyembelih Hewan Kurban sebagai Bukti Ketakwaan
Ibadah kurban bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bentuk ketundukan seorang hamba kepada Sang Pencipta yang telah diwariskan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Hewan kurban yang disembelih harus memenuhi syarat tertentu seperti cukup umur, sehat, dan tidak cacat, mencerminkan bahwa hanya yang terbaik yang pantas kita persembahkan untuk Allah. Prosesi penyembelihan biasanya dilakukan secara berjamaah di tanah lapang atau tempat khusus, diiringi lantunan takbir dan doa-doa pengiring. Daging kurban kemudian dibagi tiga: untuk fakir miskin, kerabat dan tetangga, serta keluarga sendiri, menciptakan keharmonisan sosial. Melalui ibadah ini, kita belajar bahwa hakikat pengorbanan sejati adalah memberikan sesuatu yang kita cintai demi mengharap ridha-Nya.
3. Memperbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil Sepanjang Hari
Suasana Iduladha menjadi semakin syahdu dengan gema takbir "Allahu Akbar" yang bergema di segala penjuru, mengingatkan kita akan kebesaran Ilahi. Takbir mursal yang dimulai sejak maghrib malam Iduladha hingga pagi hari menyelimuti kota dengan nuansa spiritual yang mendalam. Setiap kali usai salat fardhu selama hari tasyrik, kita dianjurkan melanjutkan takbir muqayyad sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan. Takbir-takbir ini tidak hanya diucapkan secara lisan, tapi seharusnya meresap ke dalam hati sebagai pengakuan akan keagungan Allah. Tradisi ini sekaligus menjadi pembeda antara Iduladha dengan hari-hari biasa, menciptakan atmosfer religius yang menyentuh jiwa.
4. Menyimak Khutbah Iduladha dengan Penuh Hikmah
Khutbah Idul Iduladha bukanlah sekadar ceramah biasa, melainkan pesan-pesan ilahiyah yang penuh dengan pelajaran hidup. Khatib biasanya mengawali dengan takbir sebagai pembuka, kemudian menyampaikan tausiyah tentang kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Isi khutbah seringkali menyentuh tentang makna pengorbanan sejati dalam konteks kekinian, bagaimana kita harus rela mengorbankan waktu, harta, dan ego demi agama. Khutbah ini menjadi penutup sempurna rangkaian ibadah salat Id, mengokohkan tekad kita untuk menjadi muslim yang lebih baik.
5. Memperbanyak Sedekah dan Berbagi Kebahagiaan
Iduladha mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan berbagi dengan sesama. Selain pembagian daging kurban, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dalam bentuk apapun kepada mereka yang membutuhkan. Bisa berupa pakaian layak pakai, sembako, atau bantuan pendidikan bagi anak yatim, menciptakan senyum di wajah mereka yang kurang beruntung. Rasulullah SAW bersabda bahwa sedekah di hari raya akan dilipatgandakan pahalanya, karena dilakukan dengan hati yang tulus. Tradisi saling mengunjungi dan memberi hadiah kepada sanak saudara juga termasuk dalam perluasan makna sedekah. Dengan demikian, Iduladha benar-benar menjadi hari raya yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
6. Mempererat Silaturahmi dengan Keluarga dan Tetangga
Kehangatan Iduladha terasa semakin bermakna ketika diisi dengan kunjungan ke rumah keluarga besar dan tetangga terdekat. Tradisi sungkem kepada orang tua, saling memaafkan, dan bertukar kabar menjadi ritual yang dinanti setelah lama mungkin tidak bertemu. Anak-anak dengan riang menerima angpau atau hadiah kecil, sementara orang dewasa saling bertukar cerita sambil menikmati hidangan khas Iduladha. Tidak lupa, kita juga sebaiknya menyempatkan menjenguk saudara atau tetangga yang sedang sakit atau tertimpa musibah. Silaturahmi seperti ini tidak hanya memperpanjang umur dan melapangkan rezeki, tapi juga mengokohkan persaudaraan dalam bingkai ukhuwah islamiyah.
7. Berpuasa Sunnah di Awal Dzulhijjah
Meski Iduladha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, ibadah penyempurna sebenarnya sudah dimulai sejak awal bulan. Puasa sunnah selama sembilan hari pertama Dzulhijjah, terutama puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa dua tahun, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Bagi yang tidak sempat berpuasa sebelumnya, masih bisa mengqadhanya hingga hari tasyrik dengan niat yang tulus. Puasa ini menjadi penyempurna rangkaian ibadah Iduladha, membersihkan jiwa sebelum menyambut hari raya. Dengan berpuasa, kita juga merasakan sedikit dari ujian yang dialami Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.
Iduladha adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah dan berbuat kebaikan. Dengan mengamalkan ketujuh amalan di atas, insya Allah kita bisa meraih keberkahan dan pahala yang besar. Jangan sampai terlewatkan ya!
Ayo sebarkan kebaikan Iduladha dengan mengamalkan sunnah-sunnah ini!