Beberapa minggu terakhir, ada satu lagu yang terus nongol di FYP TikTok aku: “Tarot” dari Feast. Awalnya cuma sekilas dengar backsound-nya doang, tapi makin ke sini, aku jadi nyari full version-nya di Spotify dan ternyata... wah, kok enak banget ya?!
Musiknya tuh chill, benar-benar santai, tapi bukan tipe lagu yang lewat gitu aja. Justru karena santainya itu, liriknya jadi kerasa lebih dalam dan menyusup pelan-pelan ke pikiran. Salah satu bagian yang paling kena banget buat aku itu:
“Aku bingung mengapa aku tak pergi. Aku bingung kalian masih di sini.”
Lirik ini tuh sederhana banget, tapi maknanya... dalem. Rasanya kayak kita lagi stuck di satu suasana, pengen pergi tapi nggak bisa. Atau malah nggak yakin kenapa kita belum pergi. Bisa karena kenangan, orang-orang sekitar, atau bahkan rasa yang belum selesai. Kadang kita terlalu nyaman dalam ketidakpastian, atau terlalu takut kehilangan sesuatu yang sebenarnya udah nggak ada.
Menariknya, kalau dilihat dari judulnya sendiri “Tarot” kita juga bisa nemuin makna lain yang ngasih warna tambahan ke keseluruhan lagu ini. Tarot, yang biasanya dikenal sebagai kartu ramalan, sering dipakai orang-orang buat cari petunjuk soal masa depan, perasaan, atau keputusan penting dalam hidup. Banyak orang main tarot karena mereka lagi bingung, lagi nyari arah, atau cuma pengen tahu "sebenarnya harus gimana sih?" Dan itu nyambung banget sama lirik-lirik di lagu ini yang penuh keraguan dan kebingungan. Lagu ini jadi terasa kayak proses membaca diri sendiri mirip kayak pas orang-orang lagi buka kartu tarot dan berharap ada jawaban dari semesta.
Yang menarik, walau secara musik terdengar kalem dan easy listening, “Tarot” membawa suasana yang sendu tapi nggak maksa buat sedih. Justru itu yang bikin lagu ini relatable banget. Lagu ini cocok buat kamu yang lagi ngerasa kehilangan arah, merasa nggak tahu harus gimana, atau sekadar lagi overthinking di malam minggu.
Nggak heran sih kalau akhirnya lagu ini viral di TikTok. Banyak banget video yang pakai lagu ini sebagai backsound dari video galau atau curhat diam-diam yang cuma ditulis lewat caption. Semua terasa cocok. Mungkin karena lagu ini emang punya vibes yang jujur dan nggak dibuat-buat.
Feast sendiri memang dikenal sebagai band indie yang jago bikin lagu-lagu ngena tapi tetap asik didengerin. Gaya musik mereka yang minimalis tapi penuh rasa ini bikin “Tarot” jadi beda dari lagu galau kebanyakan. Nggak lebay, nggak mendayu-dayu berlebihan, tapi pas. Lagu ini kayak ngebantu kita untuk memaknai perasaan tanpa harus menyebutkannya secara eksplisit.
Hal lain yang aku suka dari “Tarot” adalah bagaimana lagu ini bisa jadi cermin buat diri sendiri. Dengerin lagu ini tuh kayak lagi duduk sendiri sambil ngelamun, tapi diam-diam ada suara lain yang ngerti isi kepala kita. Mungkin ini yang bikin lagu ini terasa personal banget buat banyak orang.
Apalagi buat anak muda zaman sekarang, yang hidupnya serba cepat dan penuh tekanan. Kita sering merasa harus terus melangkah, tapi hati kita belum tentu secepat itu. Ada bagian dalam diri yang masih terjebak di masa lalu, di perasaan yang belum tuntas, dan “Tarot” seolah jadi ruang untuk berhenti sejenak, menenangkan pikiran, dan menerima kalau nggak apa-apa buat bingung.
Sekarang tiap kali denger lagu ini, aku ngerasa kayak lagi ngobrol sama diri sendiri. Kayak lagu ini ngerti rasanya bingung, stuck, dan nggak tahu harus gimana, dan buat banyak anak muda sekarang, yang hidupnya serba cepat tapi kadang hatinya masih tertinggal di belakang... “Tarot” jadi semacam pelukan diam-diam.
Kalau kamu belum dengerin lagunya, coba deh cari. Siapa tahu kamu juga bakal ngerasa: “Loh kok ini aku banget ya?”
Dan kalau kamu pernah iseng-iseng buka kartu tarot atau pernah duduk diam sambil minta petunjuk dari semesta mungkin kamu bakal sadar, bahwa lagu ini adalah versi musik dari sesi membaca perasaan yang tak terucap. Kadang yang kita cari bukan jawaban, tapi pengakuan. Bahwa iya, kita lagi bingung. Iya, kita belum selesai. Dan iya, kita cuma pengen dimengerti, walau sekali aja.
Tarot, sebagai simbol, bukan sekadar tentang ramalan. Ia adalah cermin, seperti memperlihatkan hal-hal yang sebenarnya udah kita tahu, tapi nggak berani kita akui dan justru di situlah kekuatan lagu ini membuka pintu kecil untuk berdamai sama hal-hal yang selama ini kita simpan dalam diam.
Biodata Penulis:
Ayu Citra Maharani saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret (UNS).