Dalam dunia drama Korea yang semakin variatif dan ekspansif Resident Playbook hadir sebagai angin segar atau bisa juga disebut sebagai penerus drama dari pendahulunya yang legendaris, yaitu Hospital Playlist. Drama ini tidak sekadar menempel dengan nama besar sebelumnya, tetapi mencoba berdiri di atas kakinya sendiri dengan menawarkan perspektif baru dalam dunia kedokteran: lebih mentah, lebih muda, dan lebih dekat dengan sisi manusiawi dari mereka yang belajar menyelamatkan hidup.
Drama Korea Resident Playbook menjadi drama yang tidak langsung menohok sejak episode pertama. Berbeda dengan Hospital Playlist yang penuh nuansa hangat sejak awal, serial ini justru terasa sedikit canggung pada mulanya. Namun justru dari sanalah kekuatannya mulai tampak dan tumbuh secara perlahan. Drama ini berhasil membawa penonton menyelami dunia residen muda dengan segala kesibukannya.
| Sumber: TvN |
Residen Tahun Pertama yang Penuh Luka Tapi Punya Harapan
Drama ini berfokus pada empat residen baru di departemen Obstetri dan Ginekologi (OB-GYN) di rumah sakit Yulje Korea Selatan. Mereka bukan dokter-dokter super dengan skill dewa dan kepribadian sempurna. Sebaliknya, mereka adalah manusia-manusia muda yang rapuh, sering gagal, gugup, dan bahkan merasa tidak yakin apakah mereka berada di jalur yang tepat.
Tokoh utamanya Oh Yi-young (diperankan oleh Go Youn-jung), bukanlah tipikal dokter yang penuh percaya diri. Ia pernah gagal di masa internship sebelumnya, dibayangi oleh hutang yang membengkak, dan masuk ke program OB-GYN karena koneksi sang kakak. Penempatan yang nyaris tidak diinginkan itu justru menjadi titik balik hidupnya. Di sinilah kita melihat transformasi seorang karakter yang awalnya terlihat lemah dan tidak percaya diri, perlahan tumbuh karena pengalaman-pengalaman di rumah sakit yang membentuknya.
Karakter lainnya Pyo Nam-kyung, Um Jae-il, dan Kim Sa-bi pun membawa dinamika yang menarik. Um Jae-il misalnya, dulunya seorang idol K-pop yang banting setir menjadi dokter. Alih-alih jadi gimmick, latar belakang ini justru memperlihatkan betapa kompleksnya pilihan karir bagi generasi muda saat ini. Masing-masing karakter tidak sempurna dan itu membuat mereka terasa nyata. Mereka gugup menghadapi pasien, sering melakukan kesalahan kecil, dan di balik jas putihnya, mereka sebenarnya masih anak-anak yang belajar menjadi dewasa dalam waktu singkat.
Tidak Terlalu Dramatis
Salah satu kekuatan Resident Playbook, yaitu tidak terlalu mendramatisasi dunia medis. Tidak ada operasi dramatis dengan musik yang memuncak, tidak ada konflik internal antardokter yang berlebihan. Sebaliknya, yang kita dapatkan adalah detail kecil keseharian yang membentuk narasi bagaimana seorang residen merasa gagal karena salah menebak diagnosis, bagaimana mereka bersorak pelan ketika berhasil melakukan prosedur dengan benar untuk pertama kalinya, dan bagaimana mereka belajar tentang empati, kesabaran, serta kehilangan.
Refleksi Sosial yang Tersirat Tidak Kaku
Selain menghadirkan cerita personal para residen, Resident Playbook juga menyisipkan kritik sosial secara halus. Fakta bahwa spesialisasi OB-GYN makin kurang diminati di Korea Selatan menjadi tema latar yang kuat dalam drama ini. Lewat tokoh-tokohnya, diperlihatkan betapa tekanan kerja yang ekstrem, jam kerja panjang, dan minimnya penghargaan membuat banyak dokter enggan masuk ke bidang ini.
Dunia kesehatan sedang menghadapi tantangan generasi muda yang cerdas, tapi tidak lagi tertarik pada profesi yang dianggap “mengorbankan terlalu banyak”. Di sinilah Resident Playbook tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga ajakan refleksi: apakah sistem kesehatan kita sudah cukup manusiawi, baik untuk pasien maupun tenaga medisnya?
Layak Ditonton untuk Semua Kalangan
Meskipun mengusung latar dunia kedokteran, Resident Playbook sejatinya adalah cerita tentang pertumbuhan. Tentang anak muda yang belajar menghadapi tekanan, menemukan jati diri, dan pelan-pelan tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya. Dalam banyak hal, kisah ini bisa diterapkan ke profesi apapun.
Bagi penonton awam yang tidak terlalu mengikuti K-Drama, serial ini bisa jadi pintu masuk yang ramah. Tidak penuh istilah medis membingungkan, tidak terlalu teknis. Ia lebih menekankan emosi antarmanusia dan pertumbuhan karakter. Drama Resident Playbook memiliki spin-off yang baik dan berhasil memberi identitas baru tanpa perlu terlalu bergantung pada pendahulunya.
Drama yang “Pelan Tapi Dalam”
Resident Playbook mungkin bukan drama yang bikin trending tiap minggu di Twitter atau viral di TikTok. Tapi drama ini mampu memberikan daya tarik yang perlahan-lahan meresap. Drama ini tidak memaksa penonton untuk takjub, tapi mengundang untuk menyimak, merenung, dan ikut tumbuh bersama karakternya. Kita diajak menyadari bahwa perjuangan para dokter muda bukan hanya soal medis, tapi juga soal krisis identitas, tekanan sosial, dan makna hidup. Resident Playbook menyentuh hal-hal kecil yang sering kita lupakan, namun sebenarnya paling manusiawi.
Dalam dunia hiburan yang serba cepat dan instan, drama seperti ini patut diapresiasi. Drama ini mengingatkan kita bahwa tumbuh dewasa bukan soal sempurna, tapi soal bertahan, belajar, dan terus mencoba menjadi lebih baik. Drama ini meninggalkan kesan hangat yang bertahan lama walaupun telah usai. Jadi jika Anda sedang mencari tontonan yang lebih dari sekadar hiburan Resident Playbook bisa jadi pilihan yang sangat layak untuk dilirik dan dikenang.
Biodata Penulis:
Izzah Qurroti Aini saat ini aktif sebagai mahasiswa, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.