Pernah nggak sih kamu baca deskripsi MBTI atau zodiak, terus mikir, "Ih, ini aku banget"? Atau ikut kuis random di Instagram, hasilnya bilang kamu misterius, cerdas, tapi sensitif… dan kamu langsung setuju 100%?
Kalau iya, selamat! Kamu sedang jadi korban efek psikologis paling licik tapi juga paling manusiawi: Efek Barnum.
Apa sih Efek Barnum itu?
Efek Barnum (atau Forer Effect) adalah fenomena psikologis orang percaya bahwa deskripsi kepribadian yang sangat umum dan netral itu akurat menggambarkan dirinya, padahal sebenarnya bisa berlaku buat siapa saja. Nama ini diambil dari P. T. Barnum, showman legendaris yang terkenal karena atraksi hiburan ‘semua ada untuk semua orang’ mirip dengan deskripsi kepribadian yang terlalu luas tapi terasa personal.
Psikolog Bertram Forer pernah melakukan eksperimen tahun 1948. Forer memberikan tes kepribadian ke mahasiswanya, lalu membagikan hasil yang katanya spesifik untuk tiap individu. Padahal semua mahasiswa dikasih deskripsi yang sama persis, berisi kalimat seperti:
“Kamu punya kebutuhan besar agar orang lain menyukai dan mengagumi dirimu.”
“Kamu cenderung kritis terhadap diri sendiri.”
“Terkadang kamu bersikap ekstrover, tapi di lain waktu kamu introver.”
Tebak berapa nilai akurasi yang mahasiswa kasih? Rata-rata 4.26 dari 5. Padahal... semuanya sama.
Kenapa Kita Gampang Tertipu?
Ada beberapa alasan kenapa kita sering banget ngerasa "Ini gue banget":
- Kita haus validasi. Siapa sih yang nggak senang dikasih label yang bikin kita merasa dipahami?
- Deskripsinya ambigu dan positif. Nggak ada yang bilang, "kamu malas dan suka bikin drama." Semua pakai kata yang bikin kita merasa keren, kreatif, mandiri, penuh potensi.
- Kita fokus ke yang cocok, skip yang nggak sesuai. Ini disebut confirmation bias. Kita nyari bukti buat mendukung keyakinan kita, dan mengabaikan bagian yang nggak nyambung.
Pendapat Para Ahli
Menurut Dr. Tomas Chamorro-Premuzic, psikolog kepribadian dari University College London, tes kepribadian yang valid seharusnya berdasarkan bukti statistik dan diuji dengan akurasi prediksi perilaku nyata. Zodiak dan kuis random Instagram? Jauh.
Sedangkan Dr. Sherry Turkle dari MIT menyebut bahwa ketertarikan kita pada tes semacam ini juga karena kita hidup di zaman identitas terasa cair dan membingungkan. Kita butuh pegangan. Dan kadang, bahkan label yang palsu terasa lebih baik daripada nggak tahu siapa kita.
Jadi MBTI & Zodiak Itu Bohong?
Nggak juga. MBTI, misalnya, punya akar dari teori psikologi Carl Jung, dan bisa membantu sebagai alat refleksi diri. Tapi bukan untuk dijadikan dalil mutlak:
"Aku nggak bisa kerja tim, aku INTJ soalnya."
Efek Barnum ngajarin kita bahwa relate itu nggak selalu berarti akurat. Kadang, kita relate karena pengen merasa dimengerti, bukan karena itu cerminan objektif dari siapa kita.
Nggak salah kok suka zodiak, MBTI, atau tes kepribadian online. Asal sadar, mereka bukan peta utuh tentang kita. Kita lebih rumit dari 4 huruf, lebih luas dari 1 elemen bintang.
Jadi lain kali kalau kamu dideskripsikan: "Kamu punya sisi misterius tapi sangat peduli dengan orang lain" senyum aja. Bisa jadi, itu juga berlaku buat semua orang di kereta yang duduk sebelah kamu.
Biodata Penulis:
Syafira Dian Nurani saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di UNS. Penulis bisa disapa di Instagram @syafiradiann