Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Enting-Enting Gepuk: Camilan Tradisional dari Jawa Tengah yang Tetap Eksis

Pecinta camilan manis dan gurih, kamu wajib kenalan sama enting-enting gepuk khas Salatiga! Dari sejarah panjang hingga rasa legendaris, yuk kenali ..

Kalau kamu termasuk orang yang suka cita rasa manis dan gurih, mungkin camilan yang satu ini cocok banget buat kamu. Meski punya nama yang unik, enting-enting gepuk selalu jadi oleh-oleh primadona ketika kalian berkunjung ke Kota Salatiga, Jawa Tengah. Tidak sedikit yang akan menyarankan camilan olahan kacang ini untuk dicoba dan dibawa pulang untuk orang terkasih. Camilan ini mempunyai sejarah panjang, loh! Bahkan sudah dikenal sejak tahun 1950-an.

Enting-Enting Gepuk
Sumber: gastronomy.salatiga.go.id

Tapi, apa sebenarnya enting-enting gepuk itu? Siapa penciptanya? Dan kenapa masih eksis sampai sekarang? Yuk, kita pelajari lebih dalam!

Apa Itu Enting-Enting Gepuk?

Enting-enting gepuk merupakan camilan tradisional dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah, tepatnya Kota Salatiga. Camilan ini terbuat dari olahan kacang tanah yang disangrai dan gula yang dimasak hingga lengket dan mengental. 

Lalu kenapa sih namanya enting-enting gepuk? Pemilihan nama “Gepuk” sendiri diambil dari cara pembuatannya, yaitu dengan cara dipadatkan (alias digepuk) hingga membentuk balok-balok kecil dan padat. Camilan ini mempunyai cita rasa yang khas, yaitu manis, gurih, serta tekstur yang renyah. Biasanya enting-enting gepuk dibungkus dengan kertas putih yang sederhana. 

Sejarah dan Asal-Usul

Enting-enting gepuk sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Menurut berbagai sumber, makanan ini mulai dikenal sejak sekitar tahun 1950-an. Penciptanya adalah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Tan Hoo Lien, yang saat itu tinggal di Kota Salatiga. Ia memulai usaha rumahan camilan dari olahan kacang ini yang kemudian diberi nama enting-enting gepuk.

Nama "enting-enting" sendiri berasal dari bunyi "ting-ting" saat kacang dipukul-pukul, sedangkan "gepuk" dalam bahasa Jawa yang memiliki arti "dipukul" atau "ditekan", sesuai dengan proses pembuatannya.

Merek pertamanya adalah Enting-Enting Gepuk Cap Klentik (Tjap Klentik) yang masih eksis hingga hari ini dan menjadi legenda oleh-oleh khas Salatiga. "Klentik" dalam bahasa Jawa berarti lonceng kecil, dan gambar lonceng inilah yang menjadi ikon dari merek Cap Klentik.

Kenapa Masih Eksis Hingga Saat Ini?

Meski merupakan camilan tradisional, Enting-enting gepuk memiliki beberapa alasan mengapa masih sangat eksis hingga saat ini. Berikut beberapa alasannya:

1. Rasa Otentik

Perpaduan manis-gurihnya enting-enting gepuk memiliki ciri khas sendiri, hal ini tetap dipertahankan menggunakan resep turun-temurun.

2. Tanpa Bahan Pengawet

Sejak dahulu, enting-enting gepuk tidak pernah menggunakan bahan pengawet atau pun pewarna buatan. Cocok banget dikonsumsi segala usia.

3. Harga Terjangkau

Harganya masih ramah dikantong, dibanding dengan camilan kekinian. Harganya berkisar Rp15.500,00 hingga Rp70.000,00.

4. Kemasan Praktis

Enting-enting gepuk memiliki ukuran yang kecil sehingga mudah dibawa ke mana-mana dan tahan lama tanpa harus masuk kulkas. Cocok bukan untuk dijadikan oleh-oleh bepergian.

5. Sentuhan Modern

Dari masa ke masa, enting-enting gepuk pastinya memiliki sentuhan modern dong. Beberapa produsen mulai berinovasi menambah rasa baru, seperti jahe, keju, bahkan cokelat. Meski begitu, rasa original masih selalu menjadi favorit di kalangan masyarakat. 

Enting-Enting Gepuk di Era Digital

Walaupun enting-enting gepuk adalah camilan tradisional, bukan berarti ketinggalan zaman, loh! Sekarang banyak UMKM di Kota Salatiga kini menjual enting-enting gepuk secara online melalui marketplace atau media sosial. Bahkan, beberapa merek sudah punya kemasan modern dan sistem pre-order untuk pelanggan luar kota. Kamu yang ingin mencoba enting-enting gepuk tapi berasal dari daerah jauh, tak perlu khawatir lagi. Tinggal pencet, enting-enting gepuk akan segera meluncur ke rumah kamu. 

Sudah mencoba enting-enting gepuk hari ini?

Alysia Putri Pradita

Biodata Penulis:

Alysia Putri Pradita, lahir pada tanggal 7 Agustus 2006 di Salatiga, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Penulis bisa disapa di Instagram @a.prdta_

© Sepenuhnya. All rights reserved.