Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Fenomena Overthinking: Mengapa Otak Kita Terus Memikirkan Hal yang Belum Tentu Terjadi?

Pernah nggak sih kamu kepikiran terus sampai nggak bisa tidur? Yuk kenali apa itu overthinking, kenapa sering terjadi, dan bagaimana cara ...

Pernah nggak sih kamu merasa otak terus muter-muter mikirin sesuatu yang belum tentu kejadian? Misalnya, habis kirim pesan ke seseorang, terus mikir, “Aduh, kenapa aku ngomong kayak gitu ya? Jangan-jangan dia tersinggung?” Atau, ketika malam hari tiba-tiba overthinking soal masa depan, karier, hubungan, dan bahkan hal-hal yang belum tentu bakal kejadian?

Kalau iya, kamu nggak sendirian. Banyak orang mengalami hal yang sama. Fenomena ini dikenal dengan istilah overthinking.

Apa Itu Overthinking?

Overthinking adalah kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan, sering kali tanpa solusi yang jelas. Bisa dalam bentuk menyesali masa lalu (rumination), atau khawatir berlebihan tentang masa depan (anxiety). Kita memutar ulang kejadian, menganalisis kata-kata, atau membayangkan skenario-skenario buruk yang bikin stres sendiri.

Fenomena Overthinking

Padahal, realitanya belum tentu seburuk itu. Tapi otak kita tetap aja kerja keras, seperti nyalain mesin mobil tapi diam di tempat—bensin habis, tapi nggak ke mana-mana.

Kenapa Kita Suka Overthinking?

Ada beberapa alasan kenapa kita mudah terjebak dalam pusaran overthinking:

1. Tekanan Sosial dan Digital

Zaman sekarang, semuanya serba cepat dan terlihat sempurna di media sosial. Kita gampang membandingkan hidup sendiri dengan orang lain yang kelihatan "lebih sukses" atau "lebih bahagia". Akibatnya, kita mulai mempertanyakan keputusan kita sendiri dan mikir terlalu jauh.

2. Pengalaman Buruk di Masa Lalu

Otak kita sebenarnya cuma mau melindungi kita dari kejadian yang nggak enak di masa lalu. Tapi kadang, mekanisme ini malah bikin kita terlalu hati-hati dan mikir berlebihan.

3. Perfeksionisme

Punya standar tinggi boleh, tapi kalau takut salah terus-terusan dan nggak bisa menerima ketidaksempurnaan, jadinya malah overthinking.

4. Kurangnya Kontrol Emosi

Kadang kita nggak sadar kalau emosi negatif kayak takut, malu, atau kecewa belum selesai diproses. Jadi, pikiran terus berputar nyari “jawaban” atas rasa nggak nyaman itu.

Dampaknya ke Kesehatan Mental dan Fisik

Jangan anggap remeh. Overthinking bisa berdampak serius ke kesehatan. Di antaranya:

  1. Kecemasan kronis.
  2. Kesulitan tidur (insomnia).
  3. Menurunnya produktivitas.
  4. Stres berkepanjangan.
  5. Masalah pencernaan.
  6. Kelelahan fisik.
Dan yang lebih buruk, overthinking bisa bikin kita jadi terlalu pasif. Kita terlalu lama mikir sampai akhirnya nggak ngapa-ngapain.

Cara Mengatasi Overthinking

Kabar baiknya, overthinking bisa dikendalikan. Nggak harus langsung hilang total, tapi bisa banget dikurangi perlahan. Berikut beberapa cara yang terbukti membantu:

1. Sadari dan Akui

Langkah pertama adalah menyadari kalau kamu sedang overthinking. Jangan dilawan, cukup amati dan akui, “Oke, aku lagi mikir berlebihan nih.”

2. Tulis Pikiranmu

Ambil jurnal atau buka catatan di HP. Tulis semua yang kamu pikirkan. Kadang dengan menulis, pikiran jadi lebih terstruktur dan terasa lebih ringan.

3. Batasi Waktu untuk Mikir

Kasih “jadwal” untuk overthinking. Misalnya, kasih waktu 10 menit untuk mikirin semua kekhawatiranmu, setelah itu stop dan alihkan ke aktivitas lain.

4. Lakukan Aktivitas Fisik

Jalan kaki, olahraga ringan, atau bahkan beberes rumah bisa bantu ngurangin pikiran berlebih. Gerak tubuh bantu otak fokus ke hal yang nyata.

5. Latihan Mindfulness atau Meditasi

Latihan ini membantu kamu tetap berada di saat ini. Fokus ke napas, suara sekitar, atau sensasi di tubuh bisa bantu kamu lepas dari jebakan pikiran berlebihan.

6. Bicara ke Orang Lain

Curhat ke teman dekat atau psikolog bisa membuka perspektif baru. Kadang kita butuh orang luar buat kasih tahu kalau hal yang kita takutkan belum tentu nyata.

Wajar Kok Overthinking, Tapi Jangan Dibiarkan Menguasai

Overthinking itu manusiawi. Semua orang pasti pernah mengalaminya. Tapi penting buat kita belajar mengenali kapan pikiran itu mulai mengganggu dan mengambil alih hidup. Pelan-pelan, kita bisa belajar mengatur pikiran, bukan dikendalikan oleh pikiran.

Ingat: kamu bukan isi dari pikiranmu. Kamu lebih dari sekadar ketakutan dan kekhawatiranmu. Dan setiap hari adalah kesempatan baru untuk berpikir lebih jernih dan hidup lebih tenang.

Hendra Alan Habibi

Biodata Penulis:

Hendra Alan Habibi, lahir pada tanggal 6 Mei 2006 di Klaten, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA), di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.