Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Gabung BRICS, Harga Indomie Naik atau Turun?

Kalau Indonesia gabung BRICS, harga Indomie bakal naik atau turun? Kedengarannya sepele, tapi kalau kita telaah pelan-pelan, pertanyaan itu ...

Ketika Geopolitik Bertemu Mie Instan

Kita mungkin cuman mikirin Indomie waktu lapar tengah malam, waktu nonton drakor, juga waktu akhir bulan, atau saat ngejar deadline. Tapi siapa sangka, di balik semangkuk mie instan Indomie yang harumnya bahkan bisa kita bayangin sekarang, tersembunyi pertanyaan besar tentang ekonomi global, hubungan antarnegara, bahkan masa depan Indonesia.

Gabung BRICS, Harga Indomie Naik atau Turun
Sumber: Freepik

Beberapa waktu lalu, Indonesia mulai aktif dan vokal soal gabung ke BRICS, blok ekonomi berisi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (sekarang sudah berkembang jadi BRICS+ dengan tambahan negara seperti Mesir, Iran, UEA, dan lainnya), dan langsung muncul pertanyaan yang bikin kita overthinking tengah malam.

“Kalau Indonesia gabung BRICS, harga Indomie bakal naik atau turun?”

Kedengarannya sepele, tapi kalau kita telaah pelan-pelan, pertanyaan itu ternyata mengajak kita ke diskusi yang lebih dalam soal perdagangan, mata uang, geopolitik... dan tentu saja, ekonomi anak kos yang terancam.

BRICS, Dedolarisasi, dan Belanjaan di Warung

BRICS bukan cuma circle negara berkembang yang ingin lebih didengar. Tujuan negara-negara ini lebih ke pembuatan semacam tandingan sistem ekonomi global yang selama ini didominasi negara-negara Barat, khususnya lewat dolar AS.

Salah satu ide besarnya: dedolarisasi, alias mengurangi ketergantungan pada dolar dalam perdagangan internasional. Contoh simpelnya, Indonesia bisa impor gandum dari Rusia pakai mata uang lokal, bukan dolar. Dan kalau bahan baku Indomie (tepung, minyak sawit, bumbu-bumbu) lebih murah karena nggak lewat konversi dolar? Secara teori, harga bisa stabil atau bahkan turun.

Apa Artinya buat Kita?

Gabung ke BRICS bisa bikin Indonesia punya lebih banyak akses ke pasar baru dan opsi kerja sama ekonomi non-Barat. Tapi di saat yang sama, kita juga bakal berada di “blok” yang punya hubungan dingin dengan negara-negara G7. Bisa saja itu bikin hubungan dagang dengan negara Barat agak rumit. Artinya? Kalau bahan baku Indomie masih bergantung impor dari negara yang nggak masuk BRICS, dan hubungan kita jadi renggang sama mereka, harga bisa jadi malah naik. Belum lagi soal stabilitas rupiah dan kekuatan produksi dalam negeri, semuanya bisa berpengaruh ke harga satu bungkus mie instan di warung.

Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan niat Indonesia bergabung ke BRICS bukan bermakna “ikut kubu tertentu”. Namun pengamat mengingatkan BRICS sebenarnya bisa disebut “kubu perlawanan” karena berisikan negara-negara yang “tidak puas” dengan sistem yang dibangun Barat.

Keuntungan dari Langkah Berani Gabung BRICS

Indonesia punya posisi strategis dan potensi besar. Gabung BRICS bisa jadi langkah berani menuju kondisi baru yang lebih seimbang. Tapi keberanian itu harus datang dengan kebijaksanaan, soal siapa sekutu kita, apa untungnya, dan siapa yang bisa terdampak paling duluan.

Jadi, Harga Indomie Bakal Naik atau Turun?

Jawabannya mungkin belum pasti. Tapi yang jelas, mau semurah apapun atau semahal apapun harga Indomie nanti, kita tetap perlu paham soal kondisi ekonomi yang ngaruh langsung ke hidup kita.

Nggak nyangka, dari semangkuk mie instan kita bisa mulai mikir lebih luas dan kritis, karena ternyata, cara paling gampang buat ngerti ekonomi dunia itu bukan lewat grafik atau presentasi menteri, tapi justru lewat semangkuk mie instan.

Biodata Penulis:

Syafira Dian Nurani saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret. Penulis bisa disapa di Instagram @Syafiradiann

© Sepenuhnya. All rights reserved.