Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Green Campus di Era Digital: Hype atau Harapan?

Yuk, kritisi bersama—apakah Green Campus hanya slogan atau benar-benar dijalankan? Di era digital yang penuh potensi, mari gali bagaimana teknologi ..

Universitas Sebelas Maret

Banyaknya kampus yang ada saat ini menggunakan slogan Green Campus. Adanya slogan tersebut merupakan dorongan supaya seluruh elemen kampus dapat menjaga serta melestarikan lingkungan di universitas. Bahkan adanya kalimat Green Campus telah menjadi tren yang sedang tinggi di antara kampus-kampus. Namun, di tengah maraknya penggunaan slogan tersebut, muncul pertanyaan mendasar: apakah konsep Green Campus benar-benar diterapkan secara nyata, ataukah hanya menjadi sekadar tren demi citra institusi? Apalagi, saat ini kita hidup di era digital yang penuh inovasi dan teknologi hal yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Di sinilah letak tantangannya, apakah digitalisasi mampu menjadi alat yang mempercepat terwujudnya kampus hijau, atau justru menambah beban ekologis yang tersembunyi?

Apa itu Green Campus?

Green Campus adalah konsep pengelolaan kampus yang berorientasi pada pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Prinsip dasarnya meliputi efisiensi energi, pengurangan sampah, penggunaan transportasi ramah lingkungan, pelestarian ruang terbuka hijau, dan pelibatan seluruh civitas akademika dalam gerakan hijau.

Lalu, apa itu Era Digital?

Era Digital dalam konteks kampus mencakup penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung proses belajar, administrasi, hingga manajemen fasilitas. Mulai dari e-learning, sistem informasi akademik, Internet of Things (IoT), hingga analisis data besar (big data) dan komputasi awan (cloud computing). Semuanya bertujuan meningkatkan efisiensi, tetapi tidak selalu bebas dampak lingkungan.

Perlu adanya kolaborasi antara kolaborasi Green Campus dan era digital. Maka perlu adanya inovasi pada teknologi, namun apakah itu juga akan menyelesaikan masalah atau menjadi hal lain? 

Teknologi: Solusi Hijau atau Tantangan Baru?

Teknologi digital ini bisa jadi sahabat lingkungan kalau dimanfaatkan dengan bijak. Contohnya:

  1. Pengurangan penggunaan kertas lewat sistem e-learning, e-book, dan administrasi digital.
  2. Efisiensi energi dengan penggunaan smart lighting dan smart AC yang diatur secara otomatis.
  3. Pemantauan air dan listrik menggunakan sensor berbasis IoT.
  4. Transportasi ramah lingkungan, seperti sepeda kampus.
  5. Penggunaan cloud storage, yang mengurangi kebutuhan perangkat fisik dan ruang penyimpanan. 

Namun, teknologi juga membawa dampak tersembunyi. Pusat data dan server untuk menyimpan file digital membutuhkan energi dalam jumlah besar. Pendingin ruangan untuk server juga menyumbang emisi karbon yang tidak sedikit. Ini adalah bentuk "jejak karbon digital" yang sering luput dari perhatian. Beberapa kampus telah menunjukkan praktik baik. UNS (Universitas Sebelas Maret) misalnya, memiliki stadion sebagai tempat olahraga, ruang terbuka hijau yang luas, dan sistem manajemen limbah yang terintegrasi. Beberapa proses administrasi juga sudah digital dan paperless.

Namun, masih banyak kampus lain yang berada di zona abu-abu di mana digitalisasi berjalan, tetapi kesadaran ekologis belum sejalan. Bahkan ada yang memiliki gedung pintar (smart building), namun belum memiliki sistem pengelolaan limbah yang memadai.

Harapan terhadap Green Campus

Jika ingin menjadikan Green Campus sebagai harapan nyata, bukan sekadar hype, maka beberapa hal berikut perlu diperhatikan:

  1. Teknologi bukan tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan.
  2. Kampus harus memiliki roadmap hijau yang jelas, bukan hanya kegiatan seremonial.
  3. Perlu transparansi dan evaluasi berkala, misalnya melalui audit energi atau indeks keberlanjutan kampus.
  4. Libatkan seluruh civitas akademik, dari mahasiswa hingga dosen dan staf, dalam gerakan hijau digital.
  5. Bangun budaya sadar lingkungan, bukan sekadar proyek berbasis anggaran tahunan.

Mewujudkan Green Campus di era digital memang tidak mudah. Tapi justru di tengah kemajuan teknologi, kita punya peluang lebih besar untuk bergerak ke arah kampus yang benar-benar ramah lingkungan. Yang dibutuhkan bukan hanya teknologi, tapi juga kesadaran, komitmen, dan keberlanjutan yang menjadi budaya kampus.

Jadi, apakah kampus kita benar-benar berubah menjadi lebih hijau, atau masih sekadar mengejar pencitraan?

“Ingin menjadikan kampus kalian lebih hijau? Mulailah dari hal kecil: matikan lampu saat tidak digunakan, hemat air, dan kurangi botol plastik. Karena perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil.”

Biodata Penulis:

Muhammad Farhan Al Achsan saat ini aktif sebagai mahasiswa di UNS dan terlibat dalam kegiatan kampus.

© Sepenuhnya. All rights reserved.