Banyak orang mungkin mengira bahwa gunung yang tampak kokoh selalu berada di tempatnya. Namun, anggapan tersebut keliru. Fenomena ini bukan sekadar mitos atau ilusi optik, melainkan memiliki dasar ilmiah yang dapat dibuktikan. Fakta ini disebutkan dalam Alquran dan didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah.
| Sumber: Instagram | @gissa_elfarianni |
Berikut ini adalah salah satu ayat Alquran yang menyatakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan laksana awan.
Surah An-Naml ayat 88:"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti apa yang kamu kerjakan."
Fakta lain yang memperkuat hal ini adalah pengamatan dan teknologi modern yang menunjukkan bahwa gunung sebenarnya mengalami pergeseran, meskipun dalam skala yang sangat lambat. Penelitian modern seperti penggunaan teknologi GPS dan satelit penginderaan jauh, telah membuktikan bahwa beberapa gunung benar-benar bergerak. Salah satu ahli geofisika, Dr. Roger Bilham dari University of Colorado, telah melakukan berbagai penelitian terkait deformasi kerak bumi dan pergerakan wilayah pegunungan. Temuannya mendukung fakta bahwa aktivitas lempeng tektonik menyebabkan gunung-gunung bergeser secara perlahan dari waktu ke waktu.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan pergerakan ini adalah pergerakan lempeng tektonik. Bumi terdiri dari beberapa lempeng besar yang terus bergerak akibat arus konveksi di dalam mantel bumi. Saat lempeng-lempeng ini bergeser, gunung yang berada di atasnya juga ikut mengalami perpindahan, meskipun dalam rentang waktu yang sangat lama dan tidak kasatmata dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, erosi dan sedimentasi turut memengaruhi perubahan posisi gunung. Fakta lain yang memperkuat gagasan ini adalah pergerakan vertikal gunung akibat isostasi, yaitu keseimbangan antara kerak bumi dan mantel di bawahnya.
Pergerakan gunung telah terbukti secara nyata di berbagai belahan dunia, salah satunya pada Gunung Everest. Gunung Everest mengalami peningkatan ketinggian dan pergeseran posisi setiap tahunnya. Berdasarkan pengukuran menggunakan teknologi GPS dan satelit, Gunung Everest naik sekitar 4 mm per tahun akibat tekanan dari Lempeng India yang terus bergerak ke arah utara, menekan Lempeng Eurasia. Di Kepulauan Hawaii, pergerakan gunung juga telah diamati. Dalam uji menggunakan GPS menunjukkan bahwa seluruh kepulauan Hawaii bergerak sekitar 7–10 cm per tahun ke arah barat laut akibat pergerakan Lempeng Pasifik. Akibatnya, gunung-gunung berapi di Hawaii, seperti Gunung Mauna Loa secara perlahan bergeser menjauhi sumber hotspot (titik panas).
Di Indonesia, pergerakan gunung juga telah terdeteksi melalui berbagai studi geologi dan pengamatan GPS. Wilayah Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng besar yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik yang menjadikannya sangat aktif secara tektonik. Beberapa gunung berapi aktif di Jawa, seperti Gunung Merapi, Merbabu, dan Lawu, diketahui mengalami pergeseran kecil setiap tahunnya. Misalnya, pengamatan yang dilakukan oleh Badan Geologi menunjukkan bahwa Gunung Merapi mengalami deformasi dan pergeseran posisi akibat aktivitas magma di dalamnya. Selain itu, Gunung Lawu dan Merbabu yang berada di zona tektonik aktif juga turut dipengaruhi oleh pergerakan lempeng, meskipun pergeserannya relatif kecil dan lambat.
Pengamatan menggunakan teknologi GPS dan satelit serta pemantauan yang dilakukan oleh Badan Geologi, telah membuktikan bahwa pergerakan gunung memang terjadi. Meskipun sangat lambat. Jadi, meskipun gunung tampak diam dan kokoh, sebenarnya ia terus bergerak—sama seperti awan yang melayang di langit—hanya saja dalam skala waktu yang jauh lebih lambat. Fenomena ini menunjukkan betapa dinamisnya planet kita, dimana segala sesuatu terus berubah meskipun tampak tetap.
Biodata Penulis:
Eno Agissa Elfariani saat ini aktif sebagai mahasiswa.