Pada masa ini kegiatan mendaki gunung merupakan hal yang lazim di seluruh kalangan masyarakat, alasannya bermacam-macam, mulai dari meningkatnya keinginan masyarakat untuk hidup sehat, melepas kejenuhan setelah minggu yang sangat sibuk atau hanya sekadar memenuhi kebutuhan media sosial seperti swafoto. Kebanyakan wisatawan tidak memiliki banyak waktu senggang di hari kerja karena tuntutan pekerjaan dan pendidikan, tetapi saat akhir pekan tiba gunung-gunung populer seperti Merbabu, Lawu, Sindoro akan dipenuhi oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dengan itu beberapa orang akan merasa terganggu dengan situasi penuh dan berdesakan karena dirasa akan merusak keadaan tenang yang menjadi tujuan para wisatawan. Jika Anda salah satunya, maka Anda harus mencoba gunung yang satu ini, yaitu Gunung Sepikul.
| Sumber: https://gapurajateng.com/2024/05/19/legenda-gunung-sepikul-kecamatan-bulu/ |
Destinasi wisata yang berada di Desa Tiyaran, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo ini memiliki tinggi sekitar 350 MDPL dengan sudut kemiringan 40-60 derajat yang membuatnya cocok bagi para pendaki pemula jika ingin berlatih untuk mendaki gunung yang lebih tinggi. Selain cocok bagi pendaki pemula, gunung ini juga cocok bagi orang yang belum pernah mendaki gunung sama sekali untuk memberikan pengalaman mendaki yang berkesan. Gunung ini dapat ditempuh sekitar 25 menit perjalanan dari pusat Kota Sukoharjo dengan jarak kurang lebih 14 Kilometer.
Hanya dengan Rp5.000 saja Anda dapat menikmati pemandangan yang sangat memukau, karena begitu mencapai puncak Gunung Sepikul, Anda dapat melihat pegunungan di arah selatan dan tenggara yang membentang dan persawahan di sekitar gunung yang sangat luas kian menambah keindahan. Anda juga dapat melihat Gunung Lawu di arah timur, Gunung Lawu sendiri merupakan gunung tertinggi ke-3 di Jawa Tengah dengan ketinggian 3265 mdpl. Selain dari banyaknya pemandangan tadi Anda juga dapat melihat indahnya Gunung Api Purba dari puncak Gunung sepikul, gunung ini merupakan salah satu puncak dari pegunungan yang paling tinggi dan terdekat dari Gunung Sepikul sehingga Anda dapat melihatnya dengan jelas bagaimana struktur dari gunung tersebut.
Dengan perlengkapan sederhana, Anda dapat dengan mudah mencapai puncaknya karena dapat dibilang jalur pendakiannya yang pendek dan landai serta memiliki struktur batuan yang akan mengurangi risiko terpeleset. Meski begitu ketika Anda akan mencapai puncak akan menemui beberapa spot yang sedikit menanjak, tetapi bila dibandingkan dengan gunung lain gunung ini masih tergolong lebih landai. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, dengan jalur yang terbilang mudah akan memungkinkan pendaki pemula atau orang biasa mendaki dengan aman, tetapi peralatan yang memadai akan lebih disarankan untuk mengurangi risiko yang tidak diinginkan.
Terdapat waktu-waktu yang tepat untuk Anda melakukan pendakian di Gunung Sepikul, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari suhu udaranya akan sejuk, dengan hal ini lelahnya pendakian akan berkurang karena suplai oksigen yang maksimal serta Anda dapat melihat matahari yang perlahan naik disertai kabut tipis di sekitar Gunung Sepikul. Tidak berbeda jauh di sore hari Gunung Sepikul juga akan menyajikan pemandangan yang indah dengan langit berwarna jingga karena matahari yang mulai tenggelam, dari puncak Gunung Sepikul Anda juga dapat merasakan angin sepoi berembus kencang yang seketika akan menghilangkan lelah dan stres setelah melakukan aktivitas sehari hari.
Tidak disarankan bagi para wisatawan untuk melakukan pendakian saat turun hujan karena jalur pendakian akan menjadi lebih licin daripada sebelumnya, hal ini akan memperbesar risiko yang tidak diinginkan bagi para wisatawan. Lalu hindari pendakian yang dimulai terlalu sore karena minimnya penerangan akan membuat jalur yang dilalui sulit terlihat. Beberapa tips yang mungkin akan berguna ketika Anda ingin mendaki ke Gunung Sepikul, seperti selalu memantau ramalan cuaca sebelum menentukan waktu pendakian, membawa makanan dan air minum yang cukup, membawa jas hujan serta kondisi tubuh yang prima.
Biodata Penulis:
Hariz Abdullah Ramadhan saat ini aktif sebagai mahasiswa, Prodi Ekonomi Pembangunan, di Universitas Sebelas Maret.