Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Healing: Menyatukan Terapi Psikologis dan Kekuatan Iman dalam Pemulihan Jiwa

Saat ini, pendekatan spiritual seperti spiritual counseling banyak digunakan dalam dunia terapi modern. Dalam Islam, ibadah seperti salat, dzikir, ...

Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan gangguan kejiwaan dan kerohanian yang dilakukan melalui pendekatan psikis dengan metode yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah. Dalam pendekatan ini, nilai-nilai keagamaan digunakan sebagai dasar untuk membantu seseorang kembali menemukan ketenangan dan keseimbangan dalam hidupnya (H.M. Sattu Alang, 2021).

Salah satu konsep penting dalam Islam yang berkaitan dengan pemulihan jiwa adalah tawakkal atau berserah diri kepada Allah. Al-Qur’an mengajarkan bahwa tawakkal bisa menjadi cara untuk menyembuhkan diri dari tekanan mental. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 153, Allah memerintahkan agar kita meminta pertolongan dengan sabar dan salat. Sikap sabar ini adalah bentuk terapi batin yang membantu seseorang menenangkan pikiran dan hatinya (Indah Kirana & Sulidar, 2024).

Iman juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Kepercayaan bahwa hidup adalah ujian dan semua sudah diatur oleh Allah dapat membuat seseorang lebih sabar, optimis dan tenang dalam menghadapi masalah. Ini merupakan salah satu cara mengatasi stres (coping mechanism) yang terbukti membantu menjaga kestabilan emosi.

Healing

Saat ini, pendekatan spiritual seperti spiritual counseling juga banyak digunakan dalam dunia terapi modern. Dalam Islam, ibadah seperti salat, dzikir, membaca Al-Qur’an dan berdoa memiliki pengaruh besar dalam menenangkan hati. Aktivitas-aktivitas ini memperkuat hubungan manusia dengan Allah (ḥabl min Allāh) yang pada akhirnya membawa ketenangan jiwa (Almuhtada, 2025).

Terapi mental dalam Islam juga memperhatikan sisi sosial dan perilaku manusia. Islam memandang manusia sebagai makhluk sosial dengan banyak tantangan, sehingga dibutuhkan contoh perilaku yang baik serta sistem janji dan hukuman untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, iman menjadi kunci utama untuk menciptakan rasa aman dan terhindar dari gangguan mental seperti depresi. Ini sejalan dengan teori kebutuhan dari Abraham Maslow, yang menekankan pentingnya rasa aman dan tujuan hidup dalam kesehatan mental (Ratna Wulan, 2021).

Rasulullah juga memberikan gambaran tentang jiwa yang sehat. Dalam berbagai hadits dijelaskan bahwa orang yang sehat jiwanya akan merasa aman, tidak merugikan orang lain, percaya diri, bertanggung jawab, istiqamah, berpikiran terbuka, qanaah terhadap ketentuan Allah dan mampu bekerja dengan baik serta efisien. Ini menunjukkan bahwa Islam memiliki panduan lengkap dalam menjaga kestabilan mental dan emosional (Saad Riyadh, 2007).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Islam memandang healing bukan sekadar penyembuhan fisik atau emosional, tetapi sebagai proses menyeluruh yang melibatkan kekuatan iman, keterhubungan spiritual, dan pembentukan sikap positif terhadap hidup.

Pandangan Islam tentang penyembuhan jiwa melalui iman dan praktik spiritual ternyata memiliki kesesuaian dengan berbagai temuan dalam dunia psikologi modern. Salah satu teori yang dapat dikaitkan adalah hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, manusia membutuhkan rasa aman, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri. Dalam hal ini, ajaran Islam seperti keimanan, salat, dzikir dan tawakkal memberikan rasa aman dan makna hidup yang merupakan bagian dari kebutuhan psikologis manusia menurut Maslow (Ratna Wulan, 2021).

Selain itu, pendekatan spiritual counseling dalam psikologi juga menekankan pentingnya aspek spiritualitas dalam proses penyembuhan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki keyakinan spiritual yang kuat cenderung lebih stabil secara emosional dan lebih cepat pulih dari tekanan batin. Ini sesuai dengan pandangan Islam yang menempatkan hubungan dengan Allah sebagai pusat kekuatan batin. Praktik seperti salat dan doa terbukti dapat menurunkan stres, menenangkan sistem saraf dan meningkatkan kesejahteraan emosional (Almuhtada, 2025).

Secara ilmiah, konsep coping mechanism atau strategi menghadapi stres juga dapat ditemukan dalam ajaran Islam. Ketika seseorang meyakini bahwa segala ujian adalah bagian dari takdir Allah dan ia bersikap sabar serta bertawakkal, hal ini secara tidak langsung berfungsi sebagai mekanisme psikologis untuk mengurangi beban mental. Ini dibuktikan oleh studi psikologi positif yang menemukan bahwa individu dengan nilai spiritual yang tinggi memiliki ketahanan (resilience) yang lebih baik dalam menghadapi tekanan hidup.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara ajaran Islam dan teori psikologi modern memiliki titik temu dalam hal pemulihan jiwa. Nilai-nilai spiritual dalam Islam tidak hanya menjadi pondasi moral, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap kesehatan mental, yang kini juga diakui oleh ilmu psikologi dan terapi modern.

Menurut pandangan saya sebagai mahasiswa, Islam dan sains bisa saling melengkapi dalam proses penyembuhan jiwa. Islam memberikan fondasi spiritual yang sangat kuat yang membuat seseorang merasa tidak sendirian dalam menghadapi ujian hidup. Sementara itu, sains khususnya psikologi menyediakan pendekatan rasional dan metode yang terukur untuk memahami kondisi mental seseorang.

Saya percaya bahwa nilai-nilai keimanan seperti tawakkal, sabar dan rasa syukur bisa menjadi kekuatan utama dalam proses healing. Nilai-nilai itu memberi ketenangan batin yang sering kali tidak bisa dijelaskan secara medis, tapi sangat dirasakan oleh mereka yang menjalankannya. Di sisi lain, ilmu psikologi sangat membantu untuk mengenali gejala-gejala gangguan mental dan memberikan solusi yang sesuai seperti terapi perilaku atau konseling.

Menurut saya, akan jauh lebih efektif jika keduanya digabungkan. Sains bisa membantu dari sisi teknik dan strategi sementara Islam memberi kekuatan batin dan arah hidup. Jadi healing bukan hanya soal “sembuh secara emosional”, tapi juga menjadi pribadi yang lebih kuat, ikhlas dan punya tujuan yang jelas. Bagi saya, ini adalah bentuk pemulihan yang menyeluruh dan itulah mengapa saya melihat bahwa Islam dan sains memang tidak bertentangan dan justru saling mendukung.

Referensi:

  • Al Muhtada. (2025). Islam dan Kesehatan Mental: Membangun Ketahanan Jiwa Berbasis Iman. Diakses dari https://almuhtada.org/2025/05/09/islam-dan-kesehatan-mental-membangun-ketahanan-jiwa-berbasis-iman/
  • Wulan, R. (2021). Model-Model Terapi Mental Dalam Islam. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, 18(1), 14-29.
  • Alang, H. S. (2021). Metode Terapi Islam Dalam Pembinaan Mental. Al-Irsyad Al-Nafs: Jurnal Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, 8(1).
  • Kirana, I., & Sulidar, S. (2024). Self Healing dalam Al-Qur’an (Analisis Surah Al-Baqarah Ayat 153 Perspektif Sayyid Quthb). Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 18(6), 4109-4122.
  • Riyadh, Saad. (2007). Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah. Gema Insani.

Biodata Penulis:

Nanik Pratama Putri, lahir pada tanggal 29 Maret 2006 di Pekalongan, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, di Universitas Islam Negeri (UIN) Kyai Haji Abdurrahman Wahid Pekalongan. Penulis dapat disapa di Instagram @nanikprtmaa
© Sepenuhnya. All rights reserved.