Pembalap Italia, dan Juara Dunia 2 kali, Francesco Bagnaia nampak gagal perform pada awal musim 2025. Setelah 5 balapan telah digelar, Francesco “Pecco” Bagnaia hanya mampu memenangkan satu balapan. Berbanding terbalik dengan rekan setimnya, Marc Marquez, yang telah memenangkan tiga balapan. Bagnaia mampu memenangkan balapan di COTA, setelah memanfaatkan kesalahan Marc Marquez yang crash saat balapan telah berjalan 12 Laps. Sisanya, Bagnaia hanya mampu meraih Podium 3 balapan Thailand, dan Spanyol di Jerez. Serta, podium 2 balapan Qatar.
Lantaran hasil yang kurang memuaskan pada 5 balapan awal musim, Bagnaia harus puas bertengger di posisi ketiga klasemen, dengan total 120 poin, tertinggal 20 poin dari sang pemimpin klasemen sementara, Alex Marquez, dan tertinggal 19 poin dari sang rekan setim, Marc Marquez.
Mantan pembalap Spanyol, Alex Criville, melihat Bagnaia terpukul secara psikologis. Alih-alih bangkit setelah kalah dari Jorge Martin musim lalu, meski telah memenangkan 11 balapan, Bagnaia kalah konsisten dari Jorge Martin, sang Italiano nampak kesulitan di awal musim ini, ditambah dirinya berada di bawah bayang-bayang Marquez bersaudara.
“Saya membayangkan berada di posisi Pecco,” jelas Criville dari program Duralavita, yang dikutip Motosan. “Dia bisa menahan beban penuh di Ducati.”
“Marc jadi pemimpinnya, memang benar, tapi sampai sekarang Pecco sudah memenang dua titel juara dunia berturut-turut. Di sini di Jerez, Marquez meraih kemenangan ketiga beruntun, dan tidak mudah bagi orang luar untuk melakukannya. Pecco tidak bebas, dia di dalam tekanan, dia tertahan. Situasi Pecco lebih bersifat psikologis daripada fisik. Alex mengalahkan dia, tekanan dari garasi, sekarang tidak sama lagi...,” sambung Criville.
“Masalahnya adalah dia punya tandem bernama Marc. Jika Anda menaruh fork pendek pada motor dia, dia kencang. Jika Anda menaruh fork panjang pada motor dia, dia kencang. Jika Anda meninggikan motor, dia kencang. Itulah yang dia lakukan di Honda dulu, dan dia selalu kencang. Dia itu orang yang gampang beradaptasi, dan membuat motor jadi kencang,” eks juara dunia 500cc sekali itu menambahkan.
Menurut opini Criville memang masuk akal ia meragukan Pecco akan mengalahkan Marc Marquez pada akhir musim, mengingat halangan Pecco bukan hanya Marc, melainkan masih ada adiknya, beserta pembalap lainnya. Meski begitu, mengingat pada musim 2023, Pecco mampu mengejar ketertinggalan, meski terseok-seok pada awal musim, namun pada akhirnya berhasil merebut juara dunia, mengalahkan Jorge Martin.
Pendapat Criville dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan opini belaka, menurut saya, Bagnaia masih sangat mungkin meraih asa mengejar ketertinggalan, mengingat pada musim 2022, Bagnaia mampu mengejar ketertinggalan 45 poin pada tengah musim, mengejar Jorge Martin sang kompetitor, dan keluar sebagai juara. Bagnaia dengan seluruh kemampuannya tak dapat diragukan, saya percaya Bagnaia masih mampu mengejar ketertinggalan 30 poin, mengingat ini masih seperempat musim berjalan.
Biodata Penulis:
Michael Agisto Valentino Sahetapy, lahir pada tanggal 4 Oktober 2005 di Sukoharjo, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ekonomi Pembangunan, di Universitas Sebelas Maret.