Kecerdasan buatan (AI) sudah bukan hanya fiksi ilmiah, melainkan realitas yang berkembang pesat. Hampir setiap teknologi ini memasuki aspek kehidupan kita, mulai dari otomatisasi pabrik hingga asisten virtual yang familiar di smartphone. Di tengah kegembiraan kemajuan teknologi ini, muncul beberapa pertanyaan penting yang tidak bisa diabaikan: bagaimana AI berhubungan dengan pandangan agama dan tantangan moral serta spiritual apa yang telah dihadirkan?
Perkembangan penggunaan AI semakin mempersulit isu-isu keagamaan dalam masyarakat modern. Integrasi teknologi kecerdasan buatan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ranah agama, menimbulkan pertanyaan dan dilema yang kompleks. Salah satu permasalahan utama adalah sejauh mana teknologi AI dapat diakomodasi dalam konteks keagamaan tanpa mengorbankan nilai-nilai kepercayaan dan tradisi. Beberapa orang mungkin cemas bahwa kehadiran AI dapat menggeser peran spiritual dan nilai-nilai keagamaan, sementara yang lain mungkin mencoba mengadaptasi teknologi ini untuk meningkatkan pengalaman keagamaan mereka (Daffa, Fabhian, 2023).
Salah satu tantangan yang paling penting adalah isu otonomi dan tanggung jawab. Saat sistem AI semakin maju dan dapat mengambil keputusan yang secara langsung berdampak pada kehidupan manusia. Dalam berbagai keyakinan agama, setiap orang memiliki tanggung jawab dan atas perilaku mereka di hadapan Tuhan, terkait dengan dosa dan imbalan. Konsep ini menjadi sangat kompleks ketika AI beroperasi. Bagaimana cara kita menggabungkan prinsip-prinsip etika yang diajarkan oleh agama seperti kasih sayang, keadilan, integrasi, dan pengampunan ke dalam algoritma AI? Dapatkah AI “berubah” atau menunjukkan “rasa bersalah” atas kesalahannya? Ini bukan hanya soal pertanyaan teknis, namun juga diskusi filosofis dan teologis yang memerlukan pemikiran mendalam.
Pengunaan AI dalam membantu manusia mencari makna hidup, mendefinisikan spiritual, atau bahkan “menyembuhkan” emosi manusia, menantang pemahaman tradisional tentang pencarian makna hidup dan alam spiritualitas manusia. Apakah AI mampu memenuhi kebutuhan spiritualitas manusia adalah pertanyaan yang kompleks. Pencarian makna hidup dan pengalaman spiritualitas dalam aspek yang sangat pribadi dan unik dalam kehidupan manusia. Banyak orang mencari makna dan pemahaman mendalam melalui agama, filosofi, meditasi, dan pengalaman pribadi. Penggunaan AI dalam konteks ini mungkin memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana teknologi dapat memberikan pengalaman yang sebanding. Meskipun teknologi AI telah maju pesat, kecerdasan buatan saat ini masih terbatas dalam hal pemahaman emosi, intuisi, dan pengalaman spiritual. AI tidak memiliki kesadaran, kecerdasan emosional, atau pengalaman pribadi yang mendalam. Oleh karena itu, AI mungkin tidak mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan spiritualitas manusia (Noumi, Hartanti, 2023).
Dampak AI terhadap moral dan kepercayaan termasuk implikasi yang signifikan dari peningkatan pembuatan keputusan oleh sistem cerdas. Hal ini meliputi kemampuan sistem untuk menghadapi permasalahan etis seperti perlunya keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan kontrol. AI juga memicu pertanyaan tentang bagaimana memastikan bahwa teknologi tidak secara proporsional memengaruhi kelompok rentan di masyarakat, serta bagaimana menjaga kepercayaan masyarakat dengan keterbukaan, pertanggungjawaban, dan kontrol terhadap AI (Dana, Adnyana, 2024).
Beberapa perspektif keagamaan mungkin menganggap AI sebagai sarana yang diberikan Tuhan untuk memajukan manusia, jika digunakan dengan bijak dan etis, sebagai wujud dari akal budi yang juga merupakan anugerah Ilahi. Beberapa orang mungkin ragu, menganggapnya sebagai ancaman serius bagi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, bahkan sebagai tindakan “bermain tuhan”. Kita harus bersama-sama menciptakan kerangka kerja etis yang kokoh, yang didasarkan pada kebijakan spiritual dan moralitas yang universal, untuk memandu pengembangan serta penerapan AI di masa depan. Kegagalan untuk membahas implikasi ini secara serius dapat menuntun kita pada jalan yang tidak hanya menghadapi tantangan teknologi, tetapi juga tantangan moral dan spiritual, dengan dampak yang tak terduga bagi umat manusia.
Biodata Penulis: