Fenomena kenakalan remaja bukanlah hal baru dalam sejarah umat manusia. Namun, di era digital seperti sekarang ini, bentuk dan intensitasnya mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jika dahulu kenakalan remaja terbatas pada perilaku yang kasatmata di lingkungan sosial seperti perkelahian, bolos sekolah, atau merokok, kini ia menjelma dalam bentuk baru yang lebih kompleks: konten vulgar di media sosial, cyberbullying, kecanduan game, hingga keterlibatan dalam jaringan pornografi digital.
Dunia Digital dan Perubahan Pola Perilaku Remaja
Era digital telah membawa kemudahan akses informasi yang sangat membantu dalam pendidikan, hiburan, dan komunikasi. Informasi kini dapat diakses dengan cepat, memudahkan siapa pun, termasuk remaja, untuk belajar dan mengeksplorasi hal baru. Namun, keterbukaan informasi ini juga membawa dampak negatif. Konten tidak layak seperti kekerasan, pornografi, ujaran kebencian, dan gaya hidup menyimpang mudah diakses tanpa filter memadai. Dalam kondisi minim pengawasan orang tua, remaja sangat rentan terpapar dampak buruk tersebut. Lemahnya pendidikan karakter di sekolah juga memperburuk keadaan, karena nilai moral dan etika tidak tertanam kuat. Akibatnya, banyak remaja mengalami disorientasi moral dan kehilangan arah di tengah derasnya arus informasi.
Refleksi Al-Qur’an terhadap Perilaku Menyimpang
Al-Qur’an secara tegas mengingatkan manusia, termasuk para remaja, untuk tidak mengikuti hawa nafsu yang menjerumuskan kepada kesesatan. Allah SWT berfirman dalam Surah Shad ayat 26 yang berbunyi:
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢ بِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِࣖ
"Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan pentingnya kepemimpinan diri (self-leadership) dan kendali atas dorongan nafsu, agar tidak keluar dari jalan petunjuk Ilahi. Menurut beliau, “nafsu bukan untuk dimatikan, melainkan diarahkan.” Dalam konteks remaja digital, ini berarti mendidik mereka untuk mengelola dorongan emosional dan keinginan sesaat dengan akal sehat dan nilai spiritual.
Peran Keluarga dan Pendidikan Qur’ani
Keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak yang memiliki peran sangat penting dalam membentuk kepribadian, moral, dan karakter sejak usia dini. Di dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali belajar mengenal nilai-nilai kebaikan, norma sosial, serta ajaran agama yang menjadi fondasi dalam kehidupannya kelak. Oleh karena itu, keluarga seharusnya menjadi benteng moral utama yang mampu melindungi anak dari berbagai pengaruh negatif, terutama di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini. Peran orang tua sangat krusial dalam memberikan teladan yang baik, membimbing dengan kasih sayang, dan menanamkan prinsip-prinsip akhlak yang mulia.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Orang tua memiliki tanggung jawab spiritual yang sangat besar dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya, terutama di tengah tantangan dunia digital yang semakin kompleks. Anak-anak kini dihadapkan pada berbagai pengaruh negatif dari internet, media sosial, dan lingkungan yang dapat mengikis nilai moral jika tidak dibentengi dengan baik. Oleh karena itu, kehadiran orang tua sebagai pendidik utama sangat penting, bukan hanya untuk mengawasi, tetapi juga untuk menanamkan nilai kehidupan yang benar. Pendidikan Qur’ani harus menjadi prioritas sejak dini karena tidak hanya mengajarkan bacaan Al-Qur’an, tetapi juga membina akhlak, pemahaman makna hidup, dan kontrol diri. Nilai-nilai Qur’ani dapat membentuk karakter anak agar mampu membedakan yang baik dan buruk dalam setiap aspek kehidupan. Dengan pondasi spiritual yang kuat, anak-anak akan lebih siap menghadapi arus informasi dan tantangan zaman tanpa kehilangan arah moral.
Menghidupkan Nilai-Nilai Qur’ani di Era Digital
Al-Qur’an bukan hanya sekadar bacaan ritual, melainkan pedoman hidup yang relevan dan aplikatif untuk segala zaman, termasuk era digital saat ini. Nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya, seperti kejujuran (sidq), menjaga pandangan (ghadd al-basar), menjauhi pergaulan bebas (zina), dan menebar kasih sayang (rahmah), harus senantiasa ditanamkan dalam kehidupan remaja. Remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dibekali dengan prinsip-prinsip Qur’ani agar tidak terjerumus dalam gaya hidup bebas yang merusak moral. Dalam Surah An-Nur ayat 30-31, Allah SWT memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangannya dan memelihara kehormatannya. Perintah ini sangat relevan di tengah maraknya pornografi digital, budaya eksibisionisme, dan penyimpangan moral yang tersebar luas di media sosial. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an, remaja dapat membentengi diri dari pengaruh negatif serta membentuk karakter yang tangguh dan berakhlak mulia.
Prof. Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini tidak sekadar larangan teknis, tetapi juga pendidikan spiritual agar manusia belajar menahan diri dari dorongan syahwat yang merusak martabat dirinya.
Membangun Generasi Qur’ani
Menghadapi kenakalan remaja di era digital tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan represif, karena tindakan semacam itu sering kali hanya menyentuh permukaan masalah. Yang lebih dibutuhkan adalah pendekatan edukatif dan spiritual yang mampu menyentuh hati dan membentuk kesadaran dari dalam diri remaja. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memberikan kerangka nilai yang kokoh dan menyeluruh untuk membangun karakter remaja yang tangguh, cerdas, serta berakhlak mulia. Nilai-nilai Qur’ani mampu menjadi pedoman dalam menghadapi godaan digital yang begitu luas dan tak terbatas. Oleh karena itu, sudah saatnya kita, sebagai umat Islam, kembali menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat pendidikan moral yang utama. Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam pembinaan karakter, remaja akan memiliki fondasi spiritual yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan zaman.
Biodata Penulis: