Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kirab Pusaka Surakarta: Sakral, Estetik, dan Penuh Filosofi Jawa

Kirab Pusaka adalah prosesi mengarak benda-benda pusaka milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Benda-benda ini bukan sembarang barang ...

Pernah nggak sih ngebayangin arak-arakan benda pusaka keramat, diiringi aroma kemenyan, suara gamelan yang magis, dan pasukan berkuda lewat di tengah kota? Kalau belum, kamu wajib tahu soal Kirab Pusaka Keraton Surakarta, tradisi tahunan yang bukan cuma keren, tapi juga penuh makna budaya dan spiritual.

Kirab Pusaka Surakarta

Apa sih Kirab Pusaka itu?

Kirab Pusaka adalah prosesi mengarak benda-benda pusaka milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Benda-benda ini bukan sembarang barang antik, lho. Mereka dianggap punya kekuatan spiritual dan dihormati layaknya "sesepuh".

Kirab ini biasanya digelar saat 1 Sura, alias Tahun Baru Jawa. Bagi masyarakat Jawa, ini bukan sekadar momen ganti kalender, tapi waktu untuk refleksi, menyucikan diri, dan menghormati leluhur.

Kebo Bule: Si Kerbau Putih yang Jadi Primadona

Nah, ini dia yang paling ditunggu-tunggu: Kebo Bule atau sering juga disebut Kebo Londo. Hewan keramat berwarna putih pucat ini bukan sapi, tapi kerbau albino. Yap, kamu nggak salah baca kerbau langka yang punya kulit dan bulu putih, bahkan matanya bisa merah muda atau biru muda, khas hewan albino.

Kebo Bule dipercaya sebagai hewan sakral dan merupakan bagian dari pusaka hidup yang dijaga turun-temurun oleh Keraton Surakarta. Dalam kirab, Kebo Bule jalan paling depan, diiringi iring-iringan pusaka lainnya.

Yang bikin unik, Kebo Bule dibiarkan berjalan bebas tanpa dikendalikan tali. Mereka punya “jalur spiritual” sendiri dan dipercaya nggak akan menyimpang dari rute kirab. Bahkan ada mitos, siapa pun yang bisa menyentuh kotoran Kebo Bule bakal dapat berkah!

Pusaka Lain yang Diarak

Selain Kebo Bule, ada juga keris-keris pusaka, tombak, tombak Kyai Slamet, dan benda keramat lainnya. Semua dibungkus kain putih dan dijaga ketat oleh abdi dalem pengabdi setia keraton yang mengenakan busana tradisional lengkap.

Kadang, ada peserta kirab yang jalan kaki tanpa alas, sambil membawa dupa dan sesajen. Suasananya bener-bener magis, apalagi kalau kamu nonton langsung saat malam 1 Sura. Remang-remang, gamelan bertalu-talu, dan vibe-nya mistis banget.

Bukan Sekadar Jalan-Jalan Bareng Pusaka

Kirab ini bukan festival iseng atau konten IG Story semata. Di balik prosesi ini, ada nilai-nilai spiritual tentang introspeksi, penyucian diri, dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Banyak warga percaya bahwa ikut menyaksikan atau ikut kirab bisa mendatangkan berkah dan perlindungan selama setahun ke depan.

Fun fact: seluruh lampu kendaraan di sepanjang rute harus dimatikan saat kirab berlangsung. Kota jadi gelap, hening, dan benar-benar kerasa sakralnya.

Kenapa Masih Relevan Buat Kita?

Buat Gen Z yang hidupnya nggak bisa lepas dari layar, Kirab Pusaka jadi pengingat bahwa budaya itu bukan cuma konten masa lalu, tapi warisan hidup yang masih bisa kita rasakan langsung. Ini tentang jati diri, tentang menghargai apa yang diwariskan leluhur kita.

Kirab ini ngajarin kita pentingnya menjaga tradisi, menghormati spiritualitas, dan tetap membumi di tengah dunia yang makin serba digital.

Dateng Sekali Seumur Hidup, Deh!

Kirab Pusaka bukan sekadar pertunjukan budaya, tapi pengalaman yang susah dijelaskan dengan kata-kata. Kalau kamu dapet kesempatan buat nonton langsung, jangan dilewatkan. Siapa tahu, kamu bisa jadi saksi betapa sakral dan megahnya arak-arakan ini plus ketemu langsung si Kebo Bule, kerbau mistis yang jadi bintang utamanya!

Biodata Penulis:

Fahri Rois Lastanto saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

© Sepenuhnya. All rights reserved.