Artificial Intelligence (AI) atau biasa juga disebut dengan kecerdasan buatan, telah membawa perubahan cukup besar bagi semua aspek kehidupan, terutama manusia. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, telah mengubah cara manusia bekerja, berinteraksi, dan menjalani kehidupan secara keseluruhan. Di zaman sekarang, kecerdasan buatan memiliki peran penting dan relevan dalam menawarkan solusi yang efektif dan inovatif untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi manusia. Namun di sisi lain, apakah Tuhan ikut berperan dalam penciptaan teknologi? Di sini, kita akan membahas tentang kecerdasan teknologi AI dan kaitannya dengan pengaruh Tuhan dalam penciptaannya.
Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Mukmin (23:78) dan QS. Al-Baqarah (2:219):
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ٧٨
Artinya: "Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. Al-Mu'minun [23]:78).
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ ٢١٩
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan).Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir." (QS. Al-Baqarah [2]:219).
Kedua ayat ini menggambarkan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dan membekalinya dengan hati nurani (akal) untuk berpikir dan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan keistimewaannya. Keistimewaan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang tidak diberikan kepada ciptaan Tuhan lainnya, termasuk malaikat. Dengan kemampuan ini, manusia mampu berkarya dan memberikan manfaat untuk diri sendiri serta orang lain. Dalam Al-Quran, terdapat empat istilah yang merujuk pada manusia, yaitu bashar, insan atau nas, serta bani adam. Potensi yang dimiliki mencakup potensi fisik, spiritual, dan mental. Ketiga potensi ini memberikan manusia kemampuan untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberikan kebebasan untuk mengatur nasibnya, tergantung pada cara mereka memanfaatkan potensi yang ada dalam diri mereka. Di zaman sekarang, manusia sudah menciptakan sebuah inovasi yang sudah membawa perubahan besar bagi kehidupan. sebagai ciptaan-Nya, manusia diberikan kemampuan untuk mengembangkan kecerdasannya dalam membuat inovasi baru, salah satunya yaitu penciptaan teknologi Artificial Intelligence.
Bagaimana Artificial Intelligence Tercipta?
Artificial Intelligence merupakan suatu tiruan dari kecerdasan yang ada pada manusia. Kecerdasan buatan diciptakan manusia dengan tujuan tertentu. Teknologi ini diterapkan dalam bentuk mesin dan diprogram untuk berfungsi sama seperti manusia. Dengan demikian, kecerdasan buatan dapat dipahami sebagai usaha untuk memberikan kemampuan kepada mesin. Sehingga dapat menunjukkan perilaku yang sebanding dengan kecerdasan yang diperlihatkan oleh manusia. AI dapat mengerjakan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kemampuan atau kecerdasan manusia untuk menyelesaikannya. Teknologi ini membutuhkan data untuk diolah menjadi pengetahuan. Sama halnya dengan proses yang terjadi pada manusia, AI perlu pengalaman dan data agar dapat meningkatkan kecerdasannya. Aspek krusial dalam pengembangan AI adalah pembelajaran, penalaran, dan koreksi diri.
Dilansir dari website aws.amazon.com, Pada tahun 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts, seorang ilmuan pengembangan teori jaringan saraf dan kecerdasan buatan (AI) mengusulkan model neuron buatan yang menjadi dasar bagi jaringan neural dan bagian inti AI. Sehingga ditahun 1950, Alan Turing mempertanyakan apakah mesin dapat berpikir layaknya manusia? Lalu dari pertanyaan itu, ia berhasil menciptakan istilah kecerdasan buatan, dan memperkenalkan tes Turing dalam makalahnya, yang dikenal dengan Computing Machinandery Intelligence.
Apakah AI Memiliki Jiwa, Sama seperti Manusia?
Keberadaan AI kini telah menjadi penting dan semakin berkembang setiap tahunnya. Banyak ahli yang meyakini bahwa AI akan menjadi salah satu kemajuan terbesar dalam sejarah. Kini AI tidak hanya digunakan dalam aplikasi permainan dan video. Dengan kemajuannya, AI sudah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk bisnis, Kesehatan dan transportasi. Perlu kita sadari, teknologi mampu membentuk pikiran dan emosi manusia.
Salah satu yang sudah terjadi yaitu, AI telah menjadi subjek hukum. Di zaman sekarang, hukum pidana terutama yang berkaitan dengan tanggung jawab pidana tidak hanya berlaku pada individu manusia. Seiring berjalannya waktu, hukum pidana telah berubah untuk mengakomodasi peran korporasi sebagai subjek hukum. Lebih dari itu, munculnya teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI), menimbulkan pertanyaan mengenai apakah AI juga seharusnya diperlakukan sebagai subjek hukum dalam hal tindak pidana. Ada berbagai pandangan tentang tanggung jawab pidana yang bisa dimiliki oleh AI, di mana sebagian kalangan mendukung penerapan doktrin strict liability yang menghilangkan keharusan adanya mens rea (niat jahat) untuk menilai tanggung jawab pidana. Dengan keberadaan korporasi sebagai subjek hukum dalam perkara kriminal, pemikiran tentang subjek hukum pun semakin berkembang. Di samping itu, kemajuan teknologi telah menciptakan kecerdasan buatan (AI) yang mampu membuat keputusan secara mandiri. Dalam konteks hukum di Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi hanya menyebutkan subjek-subjek hukum yang dapat melakukan tindakan korupsi, tetapi tidak memberikan penjelasan mengenai tanggung jawab mereka.
Mesin Otonom merupakan salah satu tipe kecerdasan buatan, yang mampu menggunakan logika dan pemikirannya sendiri meskipun diciptakan oleh manusia. Mesin Otonom memiliki bentuk fisik tetapi tidak memiliki jiwa. Mesin ini bisa beroperasi di dalam ruang pengadilan terkait tindakan yang dilakukannya. Selain itu, Mesin Otonom juga mampu memberikan penjelasan tentang apa yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, sudah sangat penting untuk ada peraturan guna mencegah potensi kerugian keuangan negara yang disebabkan oleh Artificial Intelligence. Jadi meskipun AI memiliki kecerdasan yang hampir sama seperti manusia, namun teknologi ini tidak memiliki jiwa. Karena beroperasi menggunakan algoritma dan data, tanpa pengalaman subjektif, emosi dan kesadaran diri.
Lalu Apa Peran Tuhan dalam dunia AI?
Tuhan menciptakan apa yang belum tercipta, menjadi tercipta. Apabila manusia tidak diciptakan, siapa yang akan menciptakan AI, dan bagaimana AI akan tercipta, jika tidak ada manusia? Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna. Sebagaimana yang terkandung dalam QS. At-Tin (95:4) yang berbunyi:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤
Artinya: "Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS.At-Tin [95]:4).
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa peran Tuhan tidak langsung merujuk pada penciptaan teknologi, tetapi penciptaan manusia dengan akal untuk memikirkan segala sesuatu yang ada di dalam semesta dan sebagai perantara terciptanya teknologi. Dengan akalnya, manusia akan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sebagai bekal untuk dikembangkan menjadi Teknologi AI.
Jadi, antara sains dan agama bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan saling mendukung. Tuhan memainkan peran yang sangat penting dalam proses penciptaan teknologi Kecerdasan Buatan. Tanpa adanya Tuhan, manusia tidak akan ada, dan tanpa keberadaan manusia, teknologi tidak akan tercipta. Sains menjelaskan kepada manusia berbagai cara untuk mengembangkan teknologi. Di sisi lain, Agama juga mengajarkan bagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan akal budi yang memungkinkan mereka berpikir dan menciptakan inovasi-inovasi baru.
Referensi:
- Hanif Hawari, Surah At-Tin Ayat 4: Manusia Diciptakan dalam Keadaan Terbaik, detikhikmah, 10 September 2024.
- Https://medium.com/@dualisticunity/can-ai-be-spiritual-exploring-the-soul-in-a-machine-411f46e64450.
- Https://aws.amazon.com/id/what-is/artificial-intelligence/.
- Imam Adzro'i, Islam dan Pengembangan Teknologi, IPMAFA PATI: Institut Pesantren Mathalilul Falah, 3 Agustus 2013.
- Mutia, "Teknologi dalam Al-Qur'an", Islam Futura, Vol. 6, No. 2, 2007.
- Maryanu Farwati, dkk, Analisa Pengaruh Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Kehidupan Sehari-hari", Jursima, Vol. 1, No. 1, 2023.
- https://quran.nu.or.id/al-baqarah/219.
- https://quran.nu.or.id/al-mu'minun/78.
- Pasha Nandaka dan Clara Moningka, Spiritualitas: Makan dan Fungsi, Jurnal Ilmiah Terapan, Vol. 4, No. 4, 2018.
- Maryani Farwati, dkk, "Analisa Pengaruh Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari", JURSIMA: Jurnal Sistem Informasi dan Manajemen, Vol. 11, No. 1, 2023.
- Mawi Asmawi, Alam Tarlam, "Potensi Hebat Manusia Perspektif Islam", MAQOLAT: Journal Of Islamic Studies, Vol. 1, No. 3, 2023.
- Chiquita Thefirstly Noerman, Rosalia Dika Agustanti, "Pertanggungjawaban Artificial Intelligence Sebagai Subjek Hukum Yang Melakukan Tindak Pidana Korupsi", Jurnal Hukum: Samudera Keadilan, Vol. 18, No. 2, 2023.
Biodata Penulis:
Zhahrania Oktavia Aryani saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.