Di tengah indahnya pegunungan Jayawijaya di Jayapura, Papua tersembunyi sebuah fenomena yang membuat kita semua sedih. Gletser abadi di Puncak Jaya, mahkota es tropis yang membentang di garis khatulistiwa Indonesia, kini tengah meratap dalam diam. Penyusutan lapisan es ini bukan sekadar catatan ilmiah, melainkan sebuah perubahan iklim global dan kerentanan Indonesia terhadap dampaknya. Kondisi ini menjadi alarm nyata yang mengindikasikan betapa rentannya Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang dan ekosistem yang beragam, terhadap dampak pemanasan global.
Apa Itu Oengertian Gletser?
Gletser adalah masa es alami yang sangat besar dan tebal dan terbentuk pada daratan melalui akumulasi di pemadatan salju yang terjadi selama periode waktu yang panjang. Kondisi di luar biasanya menyebabkan gletser bergerak perlahan mengalir menuruni lereng atau menyebar ke berbagai arah. Gletser merupakan komponen penting dari sistem kriosfer bumi, karena gletser memiliki peran yang sangat signifikan dalam siklus hidrologi global, serta menjadi indikator sensitif terhadap perubahan iklim karena ukurannya yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara akumulasi salju dan pencairan es.
Peristiwa Terjadinya Fenomena Gletser
Sejak awal abad ke-20, gletser Carstensz, Meren, dan Northwall Firn di Puncak Jaya telah menjadi saksi bisu perubahan zaman. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, laju pencairannya meningkat eksponensial. Gletser Meren bahkan telah lenyap sepenuhnya, menjadi pengingat pahit akan masa depan yang mungkin menanti sisa-sisa es di sana. Akar permasalahan ini terletak pada fenomena pemanasan global yang didorong oleh aktivitas manusia.
| sumber: jubi.id |
Pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik industri yang tidak berkelanjutan melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer. Gas-gas ini memerangkap panas matahari, menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global. Bagi gletser tropis yang sensitif terhadap perubahan suhu kecil sekalipun, kenaikan ini menjadi katalisator kehancuran.
Secara langsung, hilangnya massa es mengurangi ketersediaan air tawar di wilayah pegunungan. Ekosistem yang bergantung pada lelehan gletser, termasuk flora dan fauna endemik dataran tinggi, terancam punah. Perubahan pola aliran sungai dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal yang memanfaatkan sumber air dari pegunungan untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, dan kegiatan ekonomi lainnya.
Namun, implikasinya jauh melampaui batas geografis Papua. Mencairnya gletser Puncak Jaya adalah mikrokosmos dari tantangan perubahan iklim yang dihadapi Indonesia sebagai negara kepulauan. Dengan ribuan pulau dan garis pantai yang membentang lebih dari 99.000 kilometer, Indonesia sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut. Hilangnya gletser, memiliki kontribusinya terhadap kenaikan permukaan air laut global relatif kecil, yang artinya adalah simbol kuat dari perubahan yang lebih besar dan mengancam.
Gelombang pasang yang semakin tinggi, banjir rob yang meluas, dan erosi pantai menjadi ancaman nyata bagi komunitas pesisir di seluruh nusantara. Sektor pertanian dan perikanan juga menjadi tulang punggung ekonomi banyak wilayah, juga menjadi rentan terhadap perubahan pola cuaca ekstrem, kekeringan yang berkepanjangan, dan peningkatan suhu laut. Keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia juga berada di bawah tekanan, dengan banyak spesies menghadapi risiko kepunahan akibat perubahan habitat.
Pemerintah memegang peran sebagai kunci dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Transisi menuju sumber energi terbarukan harus segera diatasi, karena digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Upaya konservasi hutan dan lahan gambut merupakan fungsi sebagai penyerap karbon alami, juga krusial.
Masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan praktik hidup yang berkelanjutan sehingga perlu ditingkatkan. Partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pengurangan sampah, penghematan energi dan air, serta pemilihan produk yang ramah lingkungan akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Sektor swasta juga memiliki tanggung jawab besar dalam transisi menuju ekonomi hijau. Investasi dalam teknologi bersih, inovasi produk berkelanjutan, dan praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan bukan hanya merupakan keharusan etis, tetapi juga peluang ekonomi jangka panjang.
Lebih dari sekadar isu lingkungan, perubahan iklim adalah masalah keadilan sosial dan ekonomi. Kelompok masyarakat yang paling rentan, seperti masyarakat pesisir dan petani kecil, seringkali menjadi yang pertama dan paling parah merasakan dampaknya, meskipun kontribusi mereka terhadap emisi gas rumah kaca relatif kecil. Oleh karena itu, solusi perubahan iklim harus mempertimbangkan aspek keadilan dan inklusivitas.
Mencairnya gletser di Puncak Jaya adalah sebuah tragedi ekologis yang sedang berlangsung. Namun, di balik kesedihan ini, tersembunyi sebuah panggilan untuk bertindak. Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatasi krisis iklim, melindungi keanekaragaman hayatinya, dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Tangisan es abadi di Puncak Jaya harus menjadi pengingat yang kuat bahwa waktu untuk bertindak semakin menipis, dan setiap langkah kecil menuju planet yang lebih hijau memiliki arti yang sangat besar.
Cara mengatasi fenomena gletser yaitu dengan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memperlambat pencairan (mitigasi) dan mempersiapkan diri terhadap dampaknya melalui pengelolaan air, pengurangan risiko bencana, perlindungan ekosistem, peningkatan kesadaran, serta penelitian dan pemantauan (adaptasi).
Biodata Penulis:
Fatima Harjanto, lahir pada tanggal 20 April 2006 di Sukoharjo, saat ini aktif sebagai mahasiswi Universitas Sebelas Maret pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Prodi Matematika. Ia adalah seseorang yang tidak kenal lelah dalam segala hal kegiatan.
Di masa Sekolah Dasar ia sering mengikuti kegiatan Marching Band dan les dibidang akademik maupun les di bidang non-akademik. Pada saat Sekolah Menengah Pertama ia juga mengikuti beberapa kegiatan, yaitu Dewan Penggalang Pramuka serta mengikuti kelompok paduan suara. Selain itu ia juga mengembangkan hobi yang digemari saat kecil hingga dewasa di bidang tari. Saatnya menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas, ia mengikuti banyak sekali kegiatan seperti organisasi siswa SMA Negeri 1 Surakarta, Olimpiade Sains Nasional, Majelis Kerohanian Islam SMA Negeri 1 Surakarta, dan Java Ekstra SMA Negeri 1 Surakarta pada bidang tari. Di kampus ia juga mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan, yaitu Organisasi Himpunan Mahasiswa Matematika di bidang Eksternal, BEM FMIPA Kementrian Sosial dan Masyarakat, serta UKM BKKT di bidang tari.
Penulis bisa disapa di Instagram @fatimafh11