Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Mengapa Lagu Galau Selalu "Relate"? Menelusuri Rahasia di Balik Melodi Patah Hati

Pernahkah kamu merasa lagu galau seolah tahu betul perasaanmu? Temukan alasan mengapa lagu sedih bisa begitu "relate" dan bagaimana musik bisa ...

Pernahkah kamu merasa seperti sedang diceritakan oleh lagu? Seolah-olah liriknya tahu betul apa yang sedang kamu rasakan, bahkan sebelum kamu menyadarinya sendiri. Lagu galau selalu memiliki tempat khusus di hati banyak orang, tanpa mengenal batasan umur, gender, maupun latar belakang seseorang. Lagu bertema kesedihan dan kehilangan menjadi tempat pelarian ketika emosi sedang memuncak. Namun, apa yang sebenarnya membuat lagu-lagu ini terasa begitu “relate”? Mengapa banyak orang merasakan hal yang sama meski punya kisah yang berbeda?

Mengapa Lagu Galau Selalu Relate

Saat kita mendengarkan musik, otak kita merespons setiap nada dan lirik yang kita dengar. Amigdala dan korteks prefrontal merupakan bagian-bagian otak yang berperan dalam mengatur perasaan kita. Lagu sedih memicu pelepasan hormon prolaktin yang berfungsi untuk menenangkan. Efeknya dapat terasa ketika kita mendengarkan lagu galau, efek yang seharusnya bersedih tetapi malah merasa tenang.

Lagu galau sering kali menjadi tempat kita menangis atau curhat. Melalui musik, kita bisa meluapkan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa. Dalam psikologi, hal ini disebut katarsis. Katarsis merupakan sebuah proses pembersihan emosi dengan cara mengalirkannya keluar. Jadi, ketika kita menangis saat mendengarkan lagu galau, itu sebenarnya proses penyembuhan yang alami. Saya sendiri pernah larut dalam lagu “Tanpa Cinta” saat sedang galau. Setiap baitnya membuat saya menangis, namun entah mengapa, setelah itu saya merasa dimengerti.

Terkadang, merasa sedih saat mendengarkan lagu galau justru terasa enak? Aneh tapi nyata, itulah efek katarsis. Musik memberi ruang yang aman bagi kita untuk memproses perasaan tanpa harus menjelaskan apa-apa ke orang lain. Pernah nggak sih, kamu merasa lirik suatu lagu seperti diambil dari isi hati sendiri? Inilah yang membuat kita merasa “ditemani” oleh lagu tersebut. Kita merasa didengar, dipahami, dan akhirnya merasa lega

Lagu galau juga sering dikaitkan dengan momen-momen tertentu dalam hidup. Mungkin kamu pernah punya lagu “spesial” bersama seseorang. Namun ketika hubungan itu berakhir, lagu itu berubah menjadi lagu patah hati. Lagu mempunyai kekuatan untuk mengingat kembali kenangan lama, baik kenangan indah maupun kenangan buruk.

Media sosial, film, dan drama romantis memperkuat dominasi tema patah hati dalam budaya populer. Dari Bruno Mars sampai Afgan, lagu-lagu bertema galau sering mendominasi tangga lagu. Bahkan ada istilah “sad culture” atau fenomena ketika menjadi “sedih” terasa keren, estetis, dan relatable. Banyak orang menjadikan suasana galau sebagai gaya hidup, lengkap dengan playlist galau dan hujan deras sebagai latar.

Mendengarkan lagu galau dengan bijak, bisa menjadi bentuk penyembuhan diri atau self-healing. Musik membantu kita untuk mengenali perasaan, menangis secukupnya, lalu bangkit kembali. Bahkan, ada terapi khusus yang memanfaatkan musik untuk mengelola emosi dan stress yang dinamakan music therapy. Namun, terlalu larut dalam kesedihan juga bisa berdampak negatif. Alih-alih pulih, kita justru semakin terjebak dalam lingkaran kesedihan yang terus berulang. Oleh karena itu, penting untuk tahu kapan waktunya untuk berhenti bersedih. Layaknya obat, musik juga harus dikonsumsi dalam dosis yang tepat.

Lagu galau terasa "relate" karena pada dasarnya kita semua pernah merasakan hal yang sama, seperti merasa kehilangan, cinta bertepuk sebelah tangan, maupun harapan yang pupus. Musik menjadi jembatan yang menghubungkan pengalaman emosional antar manusia, tanpa batas bahasa atau latar belakang. Pada akhirnya, lagu galau bukan hanya soal kesedihan. Ia adalah cerminan dari pengalaman hidup yang kompleks, penuh makna, dan sangat manusiawi. Jadi, tak perlu merasa aneh kalau kamu suka lagu sedih. Asalkan tahu batasnya, lagu galau bisa menjadi teman yang menguatkan, bukan melemahkan. Mungkin luka hati tak bisa hilang seketika, tapi dengan lagu, kita belajar berdamai dengannya.

Imam Sidiq Hidayatulloh
Penulis: Imam Sidiq Hidayatulloh

© Sepenuhnya. All rights reserved.