Mengenal Sangiran, Situs Manusia Purba yang Mendunia

Situs Sangiran sangat cocok dikunjungi karena dapat menambah wawasan sejarah sekaligus memberikan pengalaman edukatif yang menyenangkan. Akses ...

Indonesia tidak hanya kaya akan keindahan alam dan budaya, tetapi juga menyimpan sejarah panjang mengenai asal-usul manusia. Salah satunya dapat kita temukan di Museum Sangiran, Museum Manusia Purba Sangiran merupakan museum arkeologi yang berada di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lokasinya terletak tidak jauh dari kawasan situs fosil purbakala Sangiran. 

Museum ini dikenal secara internasional sebagai situs arkeologi yang mempunyai peran besar karena menyimpan bukti-bukti evolusi manusia dan hewan. Koleksinya lengkap mulai dari fosil manusia purba, hewan purba, hingga alat-alat yang dipakai manusia zaman dulu. Sangiran juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO Nomor 593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Situs Sangiran

Situs Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C Schemulling melalui penelitiannya pada tahun 1864. Saat itu, Schemulling menemukan fosil vertebrata. Kemudian, penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois pada tahun 1895. Namun, tidak membuahkan hasil. Pada tahun 1932 penelitian kembali dilanjutkan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald. Koenigswald berhasil menemukan banyak penemuan baru berupa peralatan-peralatan sederhana yang terbuat dari batu kalsedon. Penduduk setempat menemukan fosil rahang kanan manusia purba pada tahun 1936. Kemudian, penemuan tersebut dinamakan S1 (Sangiran 1) oleh Koenigswald. Sejak penemuan tersebut, Koenigswald terus melakukan penggalian dan menemukan banyak fosil manusia Homo erectus hingga tahun 1941. Sebagian besar fosil yang ditemukan di Situs Sangiran berasal dari masa pleistosen, sekitar 10.000 tahun sebelum masehi.

Dari hasil penggalian tersebut, ditemukan sekitar 60 fosil Meganthropus paleojavanicus dan 100 fosil Pithecanthropus erectus. Selain fosil manusia purba, ditemukan juga fosil Bovidae (kerbau purba), Elephas (gajah purba), Cervidae (rusa purba), Hexatoprodon (kuda nil purba). Bukan hanya hewan darat, di Sangiran juga ditemukan hewan air karena dulunya Kawasan Sangiran merupakan lautan yang kemudian mengalami sedimentasi dan berubah menjadi rawa. Fosil yang ditemukan seperti, fosil moluska Gastropoda dan Bivalvia, penyu, kura-kura, berbagai jenis ikan, Crocodylus (buaya purba), gigi hiu dan hewan purba lainnya.

Mengenal Sangiran, Situs Manusia Purba yang Mendunia

Situs Sangiran memiliki sejumlah klaster yang tentunya memiliki tema dan daya tarik yang berbeda-beda, meliputi:

1. Klaster Krikilan

Klaster Krikilan berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Di sinilah pusat kunjungan atau visitor center berada, klaster ini memberikan informasi lengkap mengenai Situs Sangiran. Klaster Krikilan memiliki 3 ruang pameran. Ruang pertama menunjukkan kekayaan fosil dan temuan arkeologi di Sangiran. Ruang kedua menggambarkan proses evolusi manusia dengan tema “langkah-langkah kemanusiaan”. Ruang ketiga memperlihatkan masa kejayaan Homo erectus.

2. Klaster Dayu

Klaster Dayu berada di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Di museum ini kita dapat melihat bukti-bukti tentang kehidupan di masa lalu, mulai dari fosil fauna, manusia serta perubahan lingkungan. Stratigrafi Dayu menggambarkan evolusi lingkungan Sangiran dari lautan purba, menjadi kawasan rawa, lalu menjadi daratan.

3. Klaster Bukuran

Klaster Bukuran terletak di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Museum ini mempunyai tema “Evolusi Manusia dan Lingkungan”. Museum ini terdiri dari 2 lantai. Lantai atas memperlihatkan keanekaragaman makhluk yang hidup di bumi saat ini. Sementara itu, lantai bawah menyajikan replika fosil manusia purba yang pernah ditemukan di Sangiran.

4. Klaster Ngebung

Klaster Ngebung terletak kurang lebih 3 km dari Museum Klaster Krikilan, tepatnya di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Klaster ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi karena di sinilah penelitian pertama kali dilakukan. 

5. Museum Manyarejo

Museum ini berada di Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Museum ini dibangun sebagai bentuk penghargaan terhadap peneliti dan masyarakat Sangiran yang telah melakukan penelitian. Di museum ini terdapat diorama lokasi penggalian beserta fosil yang masih insitu. Diorama dibuat agar menjadi gambaran langsung lokasi ekskavasi. Selain itu, pengunjung dapat melihat informasi bagaimana kolaborasi antara para peneliti dan warga Sangiran, serta dinamika kehidupan masyarakat yang pernah turun ke lapangan.

Situs Sangiran sangat cocok dikunjungi karena dapat menambah wawasan sejarah sekaligus memberikan pengalaman edukatif yang menyenangkan. Akses menuju Situs Sangiran juga sangat mudah, jika menggunakan kendaraan pribadi membutuhkan waktu sekitar 45 menit-1 jam dari kota Solo. Namun, Klaster Krikilan mempunyai kebijakan khusus yaitu, kendaraan pribadi tidak diperbolehkan masuk langsung ke area museum. Semua kendaraan harus dititipkan di parkiran Terminal Sangiran. Dari Terminal Sangiran perlu menempuh jarak sekitar 650 meter untuk menuju pintu masuk Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Namun, ada dua pilihan untuk pengunjung, yaitu berjalan kaki atau menaiki ojek motor/mobil pick up dengan tarif Rp3.000,-per orang. Begitu juga saat keluar dari museum. Ini merupakan kebijakan dari pengelola museum untuk menjaga kenyamanan kawasan sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat lokal.

Situs ini terbuka untuk umum setiap hari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp5.000,- per orang untuk menikmati wisata sejarah di Sangiran. Seperti museum pada umumnya, Situs Sangiran tutup setiap hari Senin guna keperluan pembersihan dan perawatan koleksi.

Referensi:

  • https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/situs-sangiran-dan-trinil/

Afifah Thohiroh

Biodata Penulis:

Afifah Thohiroh, lahir pada tanggal 8 September 2006 di Sragen, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ekonomi Pembangunan, di Universitas Sebelas Maret. Penulis bisa disapa di Instagram @afifahhth

© Sepenuhnya. All rights reserved.