Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Menggugah Kesadaran Etika Profesi di Kalangan Mahasiswa dan Fresh Graduate

Etika profesi adalah fondasi dari karier jangka panjang. Tanpa etika, kecerdasan bisa disalahgunakan; tanpa integritas, prestasi pun bisa ...

Di tengah kemajuan teknologi, perubahan pola kerja, dan meningkatnya kompetisi di dunia profesional, kesuksesan seseorang tidak lagi hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual atau keterampilan teknis. Hari ini, kualitas pribadi seperti integritas, tanggung jawab, dan sikap profesional semakin mendapat perhatian. Inilah mengapa etika profesi menjadi hal yang sangat penting, namun sering kali diabaikan, terutama oleh kalangan mahasiswa dan fresh graduate.

Mahasiswa dan lulusan baru saat ini hidup di era yang penuh dengan kemudahan akses informasi, peluang digital, dan dorongan kuat untuk tampil sukses secara instan. Banyak dari mereka memiliki portofolio yang membanggakan, seperti mengikuti berbagai program magang, aktif dalam organisasi, hingga memiliki sertifikasi tambahan. Namun, tak sedikit pula yang masih menganggap etika sebagai hal yang “nanti saja” dipelajari, atau bahkan tidak penting.

Menggugah Kesadaran Etika Profesi di Kalangan Mahasiswa dan Fresh Graduate

Kenyataannya, etika profesi adalah fondasi dari karier jangka panjang. Tanpa etika, kecerdasan bisa disalahgunakan; tanpa integritas, prestasi pun bisa kehilangan makna. Dalam survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga sumber daya manusia, banyak perekrut menyebut bahwa masalah terbesar dari lulusan baru bukan terletak pada keterampilan, melainkan pada attitude dan etika kerja.

Masalah yang sering terjadi, yaitu mulai dari plagiarisme hingga ketidaksopanan.

Permasalahan terkait etika sudah bisa terlihat sejak masa kuliah. Contohnya adalah budaya copy-paste tugas, titip absen, hingga manipulasi data skripsi. Ini mungkin tampak sepele bagi sebagian mahasiswa, tapi justru menjadi cermin bagaimana seseorang memandang tanggung jawab dan kejujuran.

Di dunia kerja, pelanggaran etika ini berkembang dalam bentuk lain. Mulai dari datang terlambat tanpa alasan jelas, mengabaikan tanggung jawab pekerjaan, membuka informasi perusahaan tanpa izin, hingga bersikap tidak sopan kepada atasan atau klien. Hal-hal tersebut menciptakan kesan buruk dan merusak citra profesional, bahkan bisa berdampak pada hilangnya kesempatan kerja.

Kampus dan Dunia Industri Harus Turut Bertanggung Jawab

Pertanyaannya: mengapa hal ini bisa terjadi?

Jawabannya adalah karena kurangnya pendidikan etika profesi yang menyentuh praktik nyata. Banyak kampus yang memang menyelipkan mata kuliah etika profesi, namun pelaksanaannya kadang terbatas pada teori dan hafalan, bukan pembentukan karakter atau pembahasan studi kasus nyata.

Di sinilah peran penting institusi pendidikan yaitu tidak hanya mencetak lulusan yang pintar, tetapi juga membentuk pribadi yang berintegritas. Pembelajaran etika bisa dikemas dalam bentuk diskusi, roleplay, hingga mentoring langsung dengan pelaku industri yang bisa memberi teladan nyata tentang bagaimana menjaga etika di tempat kerja.

Tak kalah penting, dunia industri terutama HR dan atasan langsung harus bersedia memberi arahan, bukan sekadar menilai. Memberikan feedback, membangun budaya kerja yang terbuka namun beretika, serta menanamkan nilai kejujuran sejak masa onboarding adalah bagian penting dari tanggung jawab perusahaan.

Etika Profesi Merupakan Aset Jangka Panjang

Banyak anak muda yang mengejar karier dengan semangat tinggi, namun lupa bahwa keberhasilan sejati tidak bisa diraih dengan jalan pintas. Skill bisa diasah, pengetahuan bisa dipelajari, tapi reputasi dan kepercayaan dibangun dari waktu ke waktu dan semuanya bermuara pada etika.

Etika juga menjadi pembeda utama di era digital yang serba transparan ini. Di mana banyak profesional memamerkan pencapaiannya di media sosial, maka justru nilai-nilai seperti kerendahan hati, tanggung jawab, dan konsistensi sikap menjadi nilai langka yang dicari.

Seorang fresh graduate yang beretika, meski mungkin belum sepenuhnya mahir, tetap akan lebih mudah dipercaya, dibimbing, dan diajak berkembang. Sementara mereka yang cakap namun kerap melanggar etika, akan lebih cepat ditinggalkan, karena dinilai membahayakan budaya organisasi.

Saatnya Membentuk Generasi Profesional yang Berintegritas

Menggugah kesadaran etika profesi di kalangan mahasiswa dan fresh graduate bukan tugas satu pihak. Ini adalah tanggung jawab bersama antara kampus, dunia kerja, dan individu itu sendiri. Mahasiswa perlu menyadari sejak dini bahwa mereka sedang membentuk karakter kerja masa depan. Lulusan baru harus siap membawa nilai-nilai etis ke mana pun mereka berkarier.

Sudah waktunya kita menyadari bahwa di tengah kemajuan teknologi, disrupsi digital, dan persaingan global, etika tetap relevan bahkan lebih penting dari sebelumnya. Karena hanya dengan etika, profesionalisme seseorang bisa bertahan, dihormati, dan benar-benar memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Penulis:

  1. Pebri Sitinjak merupakan mahasiswa di Universitas Katolik St. Thomas Medan.
  2. Helena Sitohang, S.E., M.M. merupakan dosen di Universitas Katolik St. Thomas Medan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.