Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Menjadi Introvert di Era FOMO: Capek Tapi Nggak Bisa Nggak Ikut

Di era FOMO, menjadi introvert sering kali terasa seperti perjuangan antara butuh jeda dan takut ketinggalan. Tapi, apakah benar kita kehilangan ...

Dalam hidup ini, ada dua tipe orang: yang selalu ada di tiap acara kumpul—bahkan sebelum diajak sudah siap datang, dan yang baru buka chat undangan aja sudah capek duluan. Kalau kamu masuk golongan kedua, selamat! Kamu tidak sendiri. Kita adalah kaum introvert yang lelah secara sosial tapi tetap ingin tahu apa yang terjadi di dunia luar. Kenapa? Karena kita hidup di era FOMO.

FOMO Itu Nyata, Bung!

FOMO alias Fear of Missing Out bukan sekadar istilah gaul. Ini nyata dan sering bikin mental jungkir balik. Bayangkan, kamu baru rebahan 10 menit, buka Instagram, lalu muncul story teman-teman kamu yang sedang karaoke, trip dadakan ke Puncak, atau nonton konser band indie yang katanya "belum terkenal tapi vibes-nya beda.” Padahal, kamu juga suka band itu. Tapi hari itu kamu sedang ingin sendirian sambil menyeduh teh dan dengerin hujan.

Menjadi Introvert di Era FOMO
Sumber: Unsplash | @sigmund

Masalahnya, setelah lihat semua itu, kamu mulai gelisah. “Apa aku kurang pergaulan?” “Kok hidup orang lain kayaknya seru banget, ya?” Lalu, kamu mulai menyalahkan dirimu sendiri karena nggak ikut. Padahal tadi pagi kamu yakin, “Ah, hari ini waktunya me-time.” Lah, kok sekarang malah overthinking?

Antara Butuh Jeda dan Takut Ketinggalan

Menjadi introvert bukan berarti antisosial. Kita tetap ingin terhubung, cuma dengan cara yang berbeda. Kita butuh waktu untuk menyendiri, recharge energi sosial yang sudah terkuras habis waktu meeting Zoom 3 jam atau ngobrol basa-basi sama rekan kerja.

Tapi di saat yang sama, dunia luar terus bergerak. Grup WA ramai dengan rencana dadakan. Timeline penuh dengan teman-teman yang hustle culture-nya bikin kamu merasa gagal karena cuma nonton Netflix sambil ngemil.

Introvert zaman dulu mungkin cukup bahagia dengan buku dan radio. Tapi introvert zaman sekarang? Kita baca buku, tapi juga mantau IG. Kita dengerin podcast, tapi juga scroll TikTok sampai jam 2 pagi. Akhirnya, jeda yang harusnya bikin tenang malah jadi ajang perbandingan hidup.

Capek, Tapi Tetap Ikut

Lucunya, walau tahu diri kita butuh istirahat, kadang kita tetap datang ke acara kumpul. Bukan karena pengin banget, tapi karena takut kehilangan momen penting. Takut nggak nyambung besok saat semua orang ngomongin kejadian lucu di acara itu. Takut dibilang “susah diajak nongkrong.”

Dan setelah datang, ya sudah bisa ditebak: kita lebih banyak senyum sopan daripada ngobrol, lebih sibuk nyari sudut tenang daripada rebut mic karaoke. Lalu pulang dengan rasa lega... tapi juga lelah, bahkan kadang nyesel.

Ironisnya, meski capek, kita tetap ngeliat story teman yang nongkrong lagi minggu depannya dan mikir, “Kok seru juga ya. Mungkin harusnya aku ikut.” Padahal, waktu ikut aja kamu udah mikir, “Kapan ya acaranya selesai?”

Solusi? Jangan Terlalu Keras Sama Diri Sendiri

Kita hidup di zaman yang menuntut kita untuk selalu ada, selalu update, selalu eksis. Tapi kalau kamu adalah seorang introvert, izinkan dirimu untuk tidak selalu hadir di mana-mana.

FOMO itu wajar. Tapi bukan berarti kita harus terus memaksa diri ikut semua hal. Percaya deh, kadang ketinggalan satu acara bukan akhir dunia, dan tidak semua momen harus kamu saksikan langsung untuk tetap bisa merasa terhubung.

Dan satu hal lagi: teman yang baik tidak akan mengukur nilai pertemanan dari seberapa sering kamu nongol di acara. Kadang, cukup dengan satu voice note, satu meme lucu, atau ngobrol intens 10 menit sudah cukup untuk menjaga koneksi.

Menutup dengan Pelan-Pelan

Menjadi introvert di era FOMO memang bukan perkara mudah. Tapi bukan berarti kita harus jadi orang lain agar dianggap "ikut zaman". Kita tetap bisa terlibat, hanya saja dengan ritme dan cara kita sendiri.

Dan kalau nanti kamu milih di rumah saat semua orang lagi ramai konser? Nggak apa-apa. Ambil selimutmu, nyalain diffuser, putar lagu favorit, dan bisikkan pelan ke diri sendiri: "Aku tidak ketinggalan apa-apa. Aku sedang istirahat dari semuanya."

Anggita Yulia Nurrizqi

Biodata Penulis:

Anggita Yulia Nurrizqi, lahir pada tanggal 1 Juli 2006 di Pekalongan, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di UNS.

© Sepenuhnya. All rights reserved.