Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Menyedihkan! Ini Alasan Banyak Striker Tolak Manchester United

Untuk pemain top, bermain di kancah Eropa — terutama Liga Champions — adalah target utama. Sayangnya, Manchester United musim depan dipastikan ...

Manchester United, yang dulu menjadi magnet bagi para striker kelas dunia, kini seolah kehilangan pamornya. Nama-nama besar seperti Ruud van Nistelrooy, Robin van Persie, hingga Wayne Rooney pernah menghiasi lini depan Setan Merah, menjadikan Old Trafford rumah bagi para predator kotak penalti. Namun belakangan ini, situasinya berubah drastis. Bahkan kabarnya, penyerang tajam seperti Viktor Gyökeres dikabarkan sempat menolak tawaran dari klub berjuluk "Red Devils" ini. Pertanyaannya: apa yang menyebabkan Manchester United kini tidak lagi menarik di mata para striker elite?

Banyak Striker Tolak Manchester United

Mari kita telaah beberapa faktor yang diyakini menjadi penyebab utama meredupnya daya tarik Manchester United di mata para penyerang papan atas:

1. Proyek Tim yang Membingungkan dan Tidak Konsisten

Salah satu masalah mendasar adalah ketidakjelasan arah proyek jangka panjang klub. Dalam lima tahun terakhir, Manchester United lebih sering mengganti pelatih ketimbang meraih trofi. Mulai dari Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjær, Ralf Rangnick, hingga Erik ten Hag — rotasi kursi manajer menciptakan atmosfer yang tidak stabil. Setiap pelatih datang dengan filosofi berbeda, sehingga pembangunan tim terkesan setengah-setengah.

Akibatnya, para pemain — termasuk striker muda berbakat seperti Liam Delap — lebih memilih klub lain yang menawarkan kestabilan dan kejelasan proyek, seperti Chelsea. Manchester United butuh lebih dari sekadar nama besar untuk menarik perhatian striker top. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka memiliki visi yang jelas, sistem yang terarah, dan komitmen jangka panjang yang meyakinkan.

2. Tekanan Ekstrem di Lapangan

Bermain di Old Trafford bukan sekadar tentang mengenakan seragam merah — ada beban besar yang harus ditanggung. Setiap striker yang datang ke Manchester United otomatis dibebani ekspektasi tinggi dari jutaan fans di seluruh dunia. Harapan agar mencetak gol di hampir setiap pertandingan bukanlah tekanan ringan, apalagi ketika suplai bola dari lini tengah dan sisi sayap seringkali kurang optimal.

Kondisi ini membuat banyak striker menjadi kambing hitam ketika performa tim tidak memuaskan. Dalam situasi seperti itu, bukan hanya skill yang diuji, tetapi juga mental baja. Tidak semua pemain siap untuk menanggung tekanan sebesar itu, terlebih ketika klub belum memiliki struktur permainan yang solid.

3. Absen dari Kompetisi Eropa

Untuk pemain top, bermain di kancah Eropa — terutama Liga Champions — adalah target utama. Sayangnya, Manchester United musim depan dipastikan absen dari seluruh kompetisi Eropa. Ini menjadi pukulan telak bagi klub yang selama ini dikenal sebagai langganan pentas Eropa.

Kondisi ini jelas membuat banyak pemain berpikir dua kali sebelum menerima tawaran dari Manchester United. Bahkan pelatih Sporting Lisbon, Rúben Amorim, pernah berujar, “Jika seorang pemain hanya ingin datang ke Manchester United untuk bermain di Liga Champions, maka dia tidak akan datang.” Komentar ini mencerminkan kondisi yang sedang tidak ideal di tubuh United — sebuah klub besar yang sementara ini kehilangan daya saing di level tertinggi.

4. Manajemen yang Kacau dan Tidak Transparan

Permasalahan di level manajemen pun tak kalah pelik. Di bawah kepemilikan keluarga Glazer, Manchester United dianggap gagal berkembang seiring rival-rivalnya seperti Manchester City atau Liverpool. Walaupun investor baru seperti Sir Jim Ratcliffe mulai masuk dan membeli saham klub, dampak positifnya belum terasa secara signifikan.

Bahkan belakangan muncul laporan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sejumlah staf klub, yang menandakan ketidakteraturan internal. Dalam hal transfer pemain pun, United kerap terlihat seperti tim tanpa arah. Pembelian yang kurang strategis, harga yang tidak masuk akal, serta proses negosiasi yang bertele-tele menjadi masalah klasik yang masih terus berulang. Semua ini memberi kesan buruk bagi para pemain yang sedang mempertimbangkan masa depan kariernya.

5. Sorotan Media dan Tekanan dari Fans

Manchester United adalah salah satu klub dengan eksposur media tertinggi di dunia. Namun, eksposur ini sering kali membawa lebih banyak sisi negatif ketimbang positif. Kegagalan kecil pun bisa menjadi tajuk utama di berbagai media olahraga, dan ketika tim tersandung di momen penting — seperti kekalahan di final Liga Europa musim lalu — kritik datang bertubi-tubi dari berbagai penjuru.

Para striker pun sadar bahwa bermain di United bukan hanya soal tampil di lapangan, tetapi juga bertahan dari tekanan psikologis yang datang dari luar. Tekanan semacam ini bisa berdampak buruk terhadap performa pemain, terutama jika mereka tidak mendapatkan dukungan optimal dari sistem tim.

Manchester United Butuh Revolusi, Bukan Tambal Sulam

Jika Manchester United ingin kembali menjadi magnet bagi striker kelas dunia, mereka butuh perubahan besar-besaran. Bukan hanya di lini teknis, tetapi juga dalam filosofi manajerial dan pendekatan mereka terhadap proyek jangka panjang. Klub harus mampu membangun kembali reputasi sebagai tempat yang kondusif bagi para pemain untuk berkembang, meraih gelar, dan mencapai puncak karier mereka.

Tanpa perubahan yang menyeluruh, Old Trafford hanya akan menjadi tempat di mana nama-nama besar datang dan gagal bersinar. Para fans — yang dulu menyaksikan era kejayaan di bawah Sir Alex Ferguson — kini hanya bisa berharap, agar klub kesayangannya tidak terus-menerus menjadi tempat “pembunuhan karier” bagi para pemain berbakat.

Jika reputasi Manchester United ingin kembali bersinar, maka sudah waktunya untuk introspeksi dan melakukan transformasi secara total.

Biodata Penulis:

Arsyendo Putra Eksya saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

© Sepenuhnya. All rights reserved.