Munculnya internet yang merupakan salah satu produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, telah berhasil memudahkan interaksi sosial antar individu. Munculnya internet juga dapat mempercepat individu untuk mendapat berbagai konten informasi ataupun hiburan, tanpa terhalang oleh apapun. Salah satu contohnya, sekarang para remaja ataupun orang dewasa jauh lebih mudah mengakses konten-konten hiburan seperti musik, film, serial, ataupun karya yang lainnya. Di Indonesia sendiri, salah satu karya yang disukai saat ini adalah ‘K-Pop’, kependekan dari Korean Pop, yang mengarah pada budaya musik populer Korea.
Beberapa tahun ini, K-Pop telah berhasil mendapat perhatian para generasi muda. K-Pop telah berhasil menjadi tren global yang digemari oleh jutaan remaja di seluruh dunia, termasuk negara kita sendiri, yaitu Indonesia. K-Pop itu bukan hanya ada musik dan lirik lagu, tetapi juga ada koreografi, penampilan di atas panggung, video musik, foto dan video konsep, variety shows, live streams, serta komunikasi antara artis dan penggemar yang terjalin baik melalui media sosial. Didukung oleh perkembangan internet yang semakin pesat membuat semua konten-konten dapat lebih mudah untuk diakses. Konten yang berbahasa Korea tidak menjadi halangan karena sudah diterjemahkan dengan cepat, baik oleh pihak agensi hiburan ataupun oleh para kelompok penggemar, setelah itu hasil dari terjemahannya dibagikan secara gratis ke penggemar lain melalui berbagai komunitas di platform media sosial.
Di tengah tekanan akademik, seperti masalah pertemanan, dan masalah kehidupan masa remaja, banyak sekali remaja saat ini memilih untuk menyukai K-Pop sebagai pelarian dan sumber semangat serta pengalihan masalah dari stres dan depresi yang dialaminya. Mereka lebih memilih untuk menonton dan mendengarkan musik K-Pop untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya, serta mengisi waktu luang untuk mendapatkan hiburan. Oleh karena itu secara tidak langsung menyukai K-Pop dapat menjadi salah satu bentuk upaya untuk menjaga kesehatan mental.
Masa remaja merupakan masa perkembangan dari perubahan fisik, sikap, maupun perilaku. Remaja biasanya memiliki energi yang sangat besar, serta emosi yang tidak stabil. Remaja juga akan sering mengalami perasaan yang tidak nyaman, aman, tenang dan rasa khawatir akan hal apapun yang berakhir kesepian. Masa remaja sering kali dipenuhi oleh berbagai tekanan, seperti tuntutan akademik hingga masalah keluarga atau pertemanan. Semua itu dapat menimbulkan gangguan mental seperti stres, kecemasan, bahkan depresi. Dalam kondisi seperti ini, banyak remaja mencari cara untuk menghibur diri dan menenangkan pikiran. Salah satu cara yang banyak dipilih adalah mendengarkan musik atau mengikuti kegiatan yang mereka sukai. Di sinilah peran K-Pop mulai terlihat, bukan hanya sekadar tren, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan emosional yang dapat membantu kesehatan mental mereka.
Lagu-lagu K-Pop sering kali menyampaikan motivasi-motivasi positif seperti semangat hidup, mencintai diri sendiri, dan harapan. Contohnya, ada boyband terkenal BTS yang menciptakan lagu dengan judul ‘Answer: Love Myself’, yang menyampaikan bahwa, begitu pentingnya mencintai diri sendiri, mengajak para remaja untuk dapat menerima serta mengapresiasi kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki. Ada juga lagu dengan judul ‘Zero O’Clock’, yang menyampaikan bahwa, kita tidak boleh berlarut-larut dalam menghadapi masalah, kita harus percaya setelah melewati masa-masa sulit, akan ada saatnya kita diberi kesempatan untuk mengulang segalanya dan memulai yang lebih baru. Lagu ini memberikan harapan besar untuk memulai kembali dan memberikan semangat dan penenang di tengah-tengah kesulitan hidup.
Selain dari musiknya, dunia K-Pop juga memiliki komunitas penggemar atau fandom yang besar dan cukup aktif. Melalui media sosial seperti Whatsapp, Twitter dan Instagram, komunitas selalu membagikan informasi-informasi tentang idolanya kepada para penggemar yang bergabung. Bagi banyak remaja, bergabung dalam fandom dapat memberikan rasa memiliki dan persahabatan. Mereka saling berbagi cerita, dukungan, bahkan bekerja sama dalam kegiatan sosial. Hal ini dapat membangun hubungan sosial yang positif, membuat remaja merasa diterima dan tidak sendirian dalam menghadapi masalah.
Banyak idol K-Pop yang secara terbuka membagikan kisah perjuangan mereka dalam menghadapi tekanan, kegagalan, bahkan gangguan mental. Seperti Suga (BTS), ia pernah mengatakan tentang usahanya untuk melawan depresi serta gangguan kecemasan yang tak pernah terlupakan hingga dia masih muda melalui lagu “The Last”. Cerita-cerita ini mendorong remaja untuk lebih kuat dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah hidup. Ketika idola yang mereka kagumi berbicara soal pentingnya menjaga kesehatan mental, hal itu menjadi pengaruh besar yang membentuk pola pikir yang sehat.
K-Pop juga mendorong remaja untuk menyalurkan emosi dan kreativitas. Mereka belajar menari, membuat cover lagu, menggambar fan art, hingga membuat konten video. Aktivitas ini memberi dampak positif karena membantu mereka tetap aktif, produktif, dan lebih terarah ke hal-hal yang mereka minati atau yang mereka sukai, aktivitas-aktivitas tersebut dapat membantu kesehatan mental yang lebih stabil.
Memang tidak sedikit orang yang mengkritik K-Pop karena dianggap membuat remaja terlalu bersikap fanatik, melupakan kewajiban belajar, hingga obsesi berlebihan terhadap idola yang bisa membuat remaja lupa kepada tanggung jawab dan realitas kehidupan sehari-hari. Tetapi, hal ini lebih berkaitan dengan manajemen waktu dan pola konsumsi hiburan, bukan K-Pop itu sendiri. Jika didampingi dengan bijak, K-Pop bisa menjadi hiburan yang seimbang, bahkan dapat menambah rasa semangat remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Di era milenial para remaja sangat mudah untuk mendapatkan informasi, oleh karena itu fase dalam pembentukan jati diri dan sikap banyak menghadapi tantangannya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekhawatiran serta ketakutan untuk menghadapi berbagai rintangan dan pengalaman baru. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk mengendalikan rasa kekhawatiran dan ketakutan sebagai bentuk usaha agar tetap dapat memiliki kesehatan mental, dan selalu bersikap positif.
Pengaruh Korean Wave berdampak cukup besar pada perilaku para remaja saat ini, K-Pop bukan hanya tentang musik dan tarian semata. K-Pop telah menjadi bagian dari kehidupan remaja yang membawa dampak positif, khususnya terhadap kesehatan mental. Sebagian dari remaja yang menyukai K-Pop adalah manusia yang mempunyai seribu luka, manusia yang tidak punya rumah untuk tempat pulang, yang pada akhirnya menemukan sebuah rumah, rumah yang tidak berbentuk bangunan, tapi mampu memberikan kehangatan, cinta, kasih sayang, dan memberi semangat untuk tetap bertahan hidup, walaupun mereka yang dianggap rumah tidak pernah tahu bahwa ada manusia yang kembali semangat menjalani hidup karena adanya mereka. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat memandang K-Pop secara lebih terbuka, serta mendampingi remaja dalam menyalurkan minatnya dengan cara yang positif dan sehat.
Referensi:
- https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/article/view/3384
- https://journal.lpkd.or.id/index.php/Sosial/article/view/1642
- https://e-journal.unair.ac.id/BRPKM/article/view/34636
Biodata Penulis:
Kaela Mita Octaviani, lahir pada tanggal 7 Oktober 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Panca Sakti Tegal, program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.