Dalam beberapa tahun terakhir ini, minat mahasiswa dalam mengikuti organisasi di dalam kampus sangat menurun. Fenomena ini membuat banyak organisasi mengalami penurunan performa karena kekurangan anggota. Banyak pertanyaan timbul oleh sebab fenomena ini. Mengapa mahasiswa tidak minat lagi untuk berorganisasi? Apakah organisasi sudah tidak relevan lagi bagi mahasiswa? Mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan tersebut!
Organisasi mahasiswa merupakan sebuah wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan soft skill dan juga hard skill yang mereka miliki, bahkan memperoleh yang baru. Melalui organisasi juga, mahasiswa dapat memperluas jaringan profesional, mengeksplorasi minat dan mengembangkan bakat, sehingga dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Namun, akhir-akhir ini minat mahasiswa dalam berorganisasi sangatlah menurun. Menurunnya minat mahasiswa dalam berorganisasi ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1. Tuntutan Akademik yang Tinggi
Tugas yang menumpuk dan jadwal kuliah yang padat membuat mahasiswa enggan mengikuti organisasi. Bagi mereka, mengikuti organisasi hanya menambah beban akademik dan membuang waktu. Tanggung jawab yang diemban pun menjadi semakin besar, karena harus tetap berfokus pada akademik juga berkomitmen pada organisasi. Sedangkan standar kelulusan yang baik di Indonesia sekarang dipandang melalui IPK, sehingga banyak mahasiswa yang berfokus pada akademik saja.
2. Banyaknya Alternatif Pengembangan Diri
Organisasi dapat menjadi sebuah wadah pengembangan diri bagi mahasiswa. Namun, sekarang banyak wadah pengembangan diri selain organisasi. Soft skill dan juga hard skill bisa didapatkan mahasiswa tanpa mengikuti organisasi kampus. Mereka bisa mendapatkan pengembangan diri yang lebih fleksibel dengan mengikuti berbagai kursus, bootcamp/pelatihan, magang, ataupun suatu komunitas.
3. Perubahan Prioritas dan Gaya Hidup
Kemajuan teknologi telah mengubah gaya hidup mahasiswa, seperti cara mereka berinteraksi secara sosial, mencari informasi, dan bahkan mengembangkan keterampilan. Banyak yang lebih memilih kursus online, magang virtual, atau proyek individu yang lebih menawarkan manfaat konkret seperti mendapatkan sertifikat ataupun portofolio tanpa harus mengikuti struktur hirarkis organisasi yang kompleks. Selain itu, hiburan digital (game, streaming, atau komunitas online) dianggap sebagai hiburan yang lebih mudah dari tekanan akademik dibandingkan kegiatan organisasi yang sering kali penuh tugas ataupun program kerja.
4. Pengalaman Negatif
Pengalaman buruk karena adanya konflik internal ataupun eksternal yang pernah dialami mahasiswa pada jenjang sebelumnya juga dapat menyebabkan seorang mahasiswa menjauhi organisasi. Pengalaman seperti ini menjadi trauma yang sulit dihilangkan bagi beberapa mahasiswa, sehingga mereka tidak percaya lagi pada keberjalanan suatu organisasi dan berakhir menjauhinya.
Meski masih terdapat banyak faktor yang menyebabkan turunnya minat mahasiswa dalam berorganisasi, hal ini bukan berarti organisasi tidak memiliki nilai nilai intrinsik lagi dalam pengembangan diri mahasiswa. Relevansi organisasi kemahasiswaan justru terletak pada kemampuan organisasi dalam beradaptasi dengan dinamika yang sedang terjadi, seperti pemanfaatan teknologi yang digunakan untuk mengadakan webinar ataupun bootcamp, berfokus pada isu kontemporer (politik, lingkungan, ataupun teknologi), menawarkan pengembangan soft skill yang dapat diakui pada dunia kerja, dan mampu mengurangi birokrasi berlebihan, serta memperkuat jejaring dengan industri atau alumni tetap memiliki potensi untuk menarik partisipasi mahasiswa yang mencari pengalaman praktis di luar ruang kelas.
Berikut merupakan penjabaran mengenai relevansi organisasi bagi mahasiswa:
1. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Profesional
Organisasi masih menjadi sebuah wadah efektif dalam melatih soft skill seperti public speaking atau komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, problem solving, dan manajemen waktu. Keterampilan ini sangat dihargai dunia kerja dan tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh platform digital atau kursus online. Melalui organisasi, mahasiswa dapat dengan langsung menerapkan kemampuan yang dimilikinya secara konkrit, baik itu melalui program kerja, tugas, atau bahkan kehidupan sehari hari di dalam kampus.
2. Adaptasi dengan Digitalisasi
Adanya digitalisasi, membuat organisasi harus mengikuti perkembangan zaman agar tetap relevan. Organisasi yang mampu mengintegrasikan teknologi (seperti kegiatan hybrid, sistem administrasi digital, atau promosi melalui media sosial) akan tetap relevan di era digital ini. Contohnya, penggunaan platform daring untuk diskusi memudahkan partisipasi mahasiswa yang sibuk tanpa mengurangi esensi interaksi langsung. Media sosial juga menjadi alat efektif untuk membangun citra positif organisasi dan melakukan promosi terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi tersebut.
3. Relevansi dengan Isu Kontemporer
Organisasi mahasiswa yang fokus pada isu-isu aktual (politik, lingkungan, ataupun teknologi) tentunya memiliki daya tarik tinggi. Misalnya, organisasi mahasiswa yang aktif dalam proyek lingkungan atau inovasi digital lebih mungkin menarik partisipan karena sesuai dengan minat dan idealisme generasi muda. Ini menunjukkan bahwa organisasi perlu "menyesuaikan diri dengan zaman" untuk tetap bermakna.
4. Jaringan Profesional dan Dukungan Karier
Organisasi biasanya banyak menjalin hubungan profesional dengan berbagai kemitraan seperti industri, lembaga pemerintah, juga alumni. Jaringan profesional ini memberikan manfaat konkret bagi mahasiswa, seperti akses magang yang dipermudah atau pelatihan teknis mengenai bidang yang ingin ditekuni. Oleh karena itu, organisasi tidak hanya sekedar tempat untuk menjalankan tugas dan program kerja formal, tetapi juga jembatan menuju dunia kerja.
5. Membentuk Karakter dan Tanggung Jawab
Organisasi mengajarkan mahasiswa untuk bertanggung jawab atas tugas, toleransi, dan menghadapi konflik dengan kepala yang dingin. Pengalaman ini sulit digantikan oleh aktivitas individual seperti menonton video atau membaca artikel. Melalui organisasi, mahasiswa dapat merasakan manfaat dan langsung menerapkannya secara konkret di dalam kehidupan sehari hari.
Adaptasi yang dilakukan suatu organisasi dalam menghadapi dinamika yang sedang terjadi, membuat organisasi dapat selalu bertahan dalam gempuran ini. Sehingga, menurunnya minat mahasiswa terhadap organisasi bukanlah akhir dari relevansi organisasi kemahasiswaan. Meski menghadapi tantangan besar seperti dominasi platform digital dan pergeseran prioritas mahasiswa, organisasi masih memiliki potensi untuk eksis jika mampu beradaptasi.
Dengan mengintegrasikan teknologi, fokus pada isu-isu aktual, dan memperkuat nilai intrinsik pengembangan diri, organisasi mahasiswa dapat kembali menjadi wadah bermakna bagi mahasiswa. Namun, keberhasilannya bergantung pada kemampuan organisasi untuk "membaca zaman" dan merumuskan strategi yang sesuai dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masa kini.
Biodata Penulis:
Reval Aulia Rahman Erlangga, lahir pada tanggal 8 September 2006 di Cirebon, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penulis bisa disapa di Instagram @revallare_