Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Performa Red Bull Diklaim Anjlok, F1 Season 2025 Jadi Tahun Terburuk Mereka?

Red Bull di ujung tanduk! Yuk, simak kisah turunnya performa tim juara dunia F1 ini, dari drama internal hingga masa depan Verstappen yang mulai ...

Red Bull menjadi tim yang dominan sejak kemenangan Max Verstappen sebagai juara dunia. Namun, sejak tahun 2024 lalu, performa Red Bull diklaim menurun, dengan mobil RB20 yang dinilai kurang sesuai dengan data simulasi dan adanya masalah keseimbangan. Musim 2024 lalu, Red Bull kehilangan gelar konstruktor oleh McLaren. Di saat McLaren dan Ferrari mengejar ketertinggalannya, Red Bull justru mengalami masalah dengan mobil mereka. Hasilnya, Red Bull kehilangan gelar konstruktor untuk pertama kalinya sejak 2021, dan performa mereka mulai dipertanyakan.

Tampilan Paddock Max Verstappen di GP Austria 2019
Photo by Sebastian Stam on Unsplash

Penurunan performa Red Bull di musim tahun lalu bukan hanya soal mobil yang kurang kompetitif. Isu internal juga ternyata turut serta memperkeruh suasana tim. Skandal yang melibatkan Christian Horner membuat situasi menjadi semakin tidak kondusif. Selain itu, hengkangnya Adrian Newey yang selama ini menjadi sosok paling penting di balik desain mobil Red Bull juga menjadi kehilangan yang besar bagi tim. Kepergiannya ke Aston Martin di tengah persiapan menuju regulasi baru tahun 2026 menjadi tantangan yang baru. Dari sisi teknis, RB20 dinilai mempunyai banyak kelemahan, terutama soal keseimbangan mobil di tikungan lambat. Max Verstappen sendiri menyebut mobilnya sulit dikendarai sejak akhir musim 2023. Sayangnya, keluhan Verstappen tidak ditanggapi dengan serius, sehingga akhirnya berdampak besar di musim berikutnya.

Di tengah semua permasalahan, Max Verstappen tetap berhasil mengamankan gelar juara dunia keempatnya dengan perjalanan yang tentu tidak mudah. Verstappen sempat melewati beberapa balapan tanpa kemenangan, yang cukup kontras jika dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya yang nyaris sempurna. Spekulasi mengenai masa depan Verstappen juga mulai bermunculan. Meskipun terikat kontrak dengan Red Bull hingga 2028, banyak yang mempercayai bahwa adanya masalah performa dan masalah internal bisa membuat Verstappen pergi lebih cepat, terlebih dengan kabar bahwa Mercedes tertarik untuk merekrutnya. Jika Red Bull tidak segera bangkit, bukan suatu ketidakmungkinan bahwa Verstappen akan mempertimbangkan pindah tim.

Performa Red Bull yang menurun tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pengamat dan para penggemar F1. Beberapa analisis mulai mempertanyakan apakah masa kejayaan Red Bull sudah berakhir. Tim-tim pesaing seperti McLaren, Ferrari, Mercedes, hingga Williams perlahan mulai mengejar dan terlihat lebih kompetitif. Meski begitu, tidak kecil kemungkinan bahwa Red Bull bisa bangkit, terlebih dengan talenta Yuki Tsunoda yang kini menggantikan Liam Lawson. Namun tentu semua tergantung pada bagaimana Red Bull dapat menyelesaikan dan memperbaiki permasalahannya.

Musim 2025 tahun ini akan menjadi momen yang krusial bagi Red Bull. Setelah bertahun-tahun mendominasi, Red Bull kini ada di posisi yang belum pernah mereka alami dalam musim-musim sebelumnya. Performa yang menurun, kehilangan sosok penting di tim, hingga ketegangan internal membuat Red Bull berada di situasi yang rawan. Apakah tahun ini akan menjadi tahun terburuk mereka? Atau justru menjadi titik balik untuk bangkit lebih kuat?

Biodata Penulis:

Laila Faidatus Syifa saat ini aktif sebagai mahasiswi, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret. Ia aktif mengikuti isu-isu lingkungan dan motorsport internasional, khususnya Formula 1. Penulis bisa disapa di Instagram @lailafsyifa

© Sepenuhnya. All rights reserved.