Sejak dilaksanakannya program pemerintah berupa Makan Bergizi Gratis atau kerap disebut MBG sejak Januari 2025 hingga saat ini, telah terjadi rentetan keracunan makanan mulai dari daerah Cianjur, Bandung, Sukoharjo, hingga Bombana yang terletak di Sulawesi Tenggara. Bahkan kasus yang terjadi di Cianjur telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), dikarenakan sebanyak 78 siswa dari dua sekolah mengalami gejala keracunan makanan pasca mengonsumsi MBG.
Pelaksanaan program MBG ini adalah sebagai bentuk "pertanggungjawaban" dari janji kampanye yang diberikan Prabowo pada Pilpres 2024 lalu. Prabowo memproyeksikan program ini untuk mengurangi angka stunting pada anak Indonesia, yang diketahui menjangkiti seperlima populasi anak Indonesia di bawah usia lima tahun. "Dengan inisiatif ini, anak-anak kita akan tumbuh lebih tinggi dan menjadi juara," kata Prabowo pada 2023 silam. Program ini sempat meningkatkan tingkat penerimaan publik terhadap Prabowo naik cukup signifikan, sekitar 80% setelah 100 hari menjabat.
"Meskipun program ini 'bermaksud baik', tidak ada bukti urgensi yang tinggi untuk makanan gratis di sekolah" ucap Maria Monica Wihardja, seorang peneliti taju di ISEAS-Yusof Ishak Institute. Statement tersebut muncul setelah melihat data sebuah survei nasional pada tahun 2024, bahwasanya kurang dari 1% rumah tangga di Indonesia merasakan setidaknya satu hari tanpa makan.
Salah satu contoh kasus keracunan makanan yang disebabkan MBG terjadi di SMP Negeri 35 Kota Bandung yang menimpa ratusan siswa dan dua orang guru. Peristiwa ini di sekolah yang berlokasi di Jalan Dago Pojok, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Para korban mengalami mual, pusing, muntah, hingga diare diduga akibat mengonsumsi menu MBG berupa makaroni dan sayur yang tidak layak konsumsi. Ganjar Sulandiana, Humas SMPN 35 Bandung, mengatakan, laporan pertama diterima dari orangtua siswa pada Rabu (30/4/2025), sehari setelah makanan dibagikan.
Berkat fenomena problematik di atas, alhasil sejumlah media asing menyoroti kasus keracunan MBG tersebut. Beberapa media asing yang menyoroti keracunan massal MBG, antara lain:
1. BBC: Biaya Mahal tapi Menimbulkan Masalah Pangan
Media BBC memberitakan perihal keracunan massal MBG di Indonesia melalui artikel berjudul "Mass food poisionings casr shadow over Indonesia’s free school meals" yang diterbitkan pada Jumat (25/4/2025). Dalam artikel tersebut program MBG disebut sebagai program yang ambisius tetapi tidak berjalan sesuai dengan rencana awal.
Media asing tersebut menyebutkan bahwa program MBG menelan anggaran sebesar 28 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 471 triliun, biaya tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan program sama yang dilakukan di beberapa negara di dunia. Sayangnya, anggaran sangat besar tersebut harus hilang digunakan untuk "memberi" makan gratis para siswa yang tidak jelas urgensinya.
2. Malaymail: Keracunan Massal dan Korupsi menjadi Tantangan MBG
Melalui artikel berjudul "Budget cuts and food poisoning: The complex reality of Indonesia's free school meals" yang dipublikasikan pada Jumat (25/4/2025), Malaymail menyebutkan bahwa program yang ditujukan untuk 80 juta anak sekolah di Indonesia itu telah menghadapi tantangan yang signifikan sejak awal. Malaymail kemudian mengutip keterangan dari peneiliti di Center of Reform on Economics Indonesia Eliza Mardian, yang menilai MBG terlalu tergesa-gesa sehingga pelaksanannya kurang maksimal. "Ketergesaan ini akhirnya mengorbankan kualitas dan efektivitas, yang justru memperburuk persepsi publik terhadap program ini," kata dia.
Lebih kontroversial lagi, Prabowo juga memerintahkan efisiensi anggaran sebesar 19 miliar dollar AS di berbagai sektor pemerintahan untuk mendukung pendanaan program tersebut. Realokasi anggaran tersebut berdampak cukup signifikan di berbagai kementerian dan sempat memicu protes keras ketika ribuan orang melakukan demonstrasi menentang pemotongan anggaran pada Februari 2025.
Selain tantangan keracunan makanan, tuduhan korupsi juga turut membayangi program tersebut. Apalagi fakta bahwa kepolisian baru-baru melakukan penyelidikan setelah mendapat laporan tuduhan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalibata, Jakarta Selatan kepada pihak berwenang bahwasannya telah melakukan penggelapan dana dengan mengklaim bahwa mereka belum membayar tagihan sejak Februari 2025.
3. Asia News: Penetapan KLB Usai Keracunan MBG
Media gabungan dari 22 grup media di kota-kota Asia ini menyoroti melalui artikel berjudul "Indonesian regency declares 'extraordinary occurrence' after 78 students suffer food poisoning" yang tayang pada Kamis (24/4/2025), fokusnya menyoroti kasus keracunan massal akibat MBG yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat. Akibat insiden tersebut, Dinas Kesehatan Cianjur menetapkan status KLB agar penanganan kejadian berlangsung lebih cepat dan terpusat.
Meskipun banyak kontroversial yang ada, Prabowo tetap mengklaim keberhasilan MBG sangat tinggi, yaitu pada angka 99,99 persen. Klaim tersebut didasarkan pada nominal kasus keracunan penerima MBG. Sebab, program ini menyasar sekitar 3 juta penerima, sedangkan yang terkena kasus keracunan hanya sekitar 200 orang. "Yang rawat inap hanya 5 orang. Jadi bisa dikatakan yang keracunan atau yang perutnya enggak enak sejumlah 200 orang, itu 200 dari 3 koma sekian juta kalau tidak salah adalah 0,005 persen. Berarti keberhasilannya adalah 99,99 persen," kata dia dalam sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (5/5/2025). Oleh karena itulah Prabowo mengklaim MBG sebagai program yang sukses meskipun ada beberapa miss yang menyebabkan keracunan massal di berbagai daerah.
Biodata Penulis:
Adib Barliyin Abdurrahim, kerap disapa Adib, saat ini aktif sebagai mahasiswa, jurusan Ekonomi Pembangunan, FEB, di UNS. Ia merupakan penggemar serta pengamat kebijakan-kebijakan publik, terutama kebijakan yang memiliki korelasi dengan ekonomi. Ia juga aktif dalam beberapa organisasi intra kampus maupun ekstra kampus, seperti BEM UNS, SIPA community, dan Himpunan Mahasiswa Islam. Penulis dapat disapa di Instagram @barleyna_