Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Rambu Lalu Lintas, Bukannya Dipatuhi Malah Dilintasi

Sering lihat orang nerobos lampu merah atau masuk jalur busway? Yuk cari tahu kenapa rambu lalu lintas sering diabaikan dan mulai ubah kebiasaan ...

Siapa sih yang nggak pernah lihat orang nyelonong di lampu merah? Atau motor yang dengan santainya masuk jalur busway? Peristiwa seperti itu udah jadi hal yang wajar di jalan raya kita sehari-hari. Kenapa ya, rambu yang jelas-jelas udah ada dan tinggal diikuti aja masih sering banget diabaikan? Ternyata, alasannya beragam dan kebanyakan lebih ke soal kebiasaan dan pola pikir daripada sekadar kondisi di jalan.

Rambu Lalu Lintas, Bukannya Dipatuhi Malah Dilintasi
Sumber: Pinterest

Kenapa sih kok bisa gitu? Mau tau alasan sederhananya? Yuk simak penjelasannya!

‘Buru-buru’ Jadi Alasan untuk Abaikan Aturan

Banyak orang di jalan merasa waktu itu lebih berharga daripada nyawa. Alasan yang paling sering digunakan buat orang yang suka nerobos lampu merah yaitu ‘buru-buru’. Entah ingin cepat sampai rumah, takut terlambat masuk kelas, ataupun takut ketinggalan jadwal kereta. Intinya adalah waktu yang selalu dijadikan sebagai alasan utama buat melanggar aturan lalu lintas.

Padahal waktu yang dikeluarkan buat nunggu lampu merah juga nggak seberapa lamanya. Kok bisa ya orang-orang lebih milih buat diterobos aja tuh lampu merah. Padahal kan jelas-jelas lampu merah itu tandanya untuk berhenti. Toh risikonya juga lebih gede kalau kita nggak taat aturan. Akibatnya bisa menimbulkan kecelakaan yang bikin orang lain dan diri sendiri rugi bahkan lebih parahnya lagi kalau sampai menimbulkan korban kecelakaan, selain itu juga bisa kena tilang polisi, kena denda juga. Rugi banget nggak sih, mending patuhi aja tuh aturan lalu lintas.

Prinsip Kalau Aman Terobos Aja 

Masih banyak orang yang menganggap bahwa rambu lalu lintas bisa diabaikan kalau situasi jalan terlihat aman. Contohnya, lampu merah tetap diterobos karena tidak ada kendaraan dari arah lain, atau rambu larangan masuk dilanggar karena jalanan terlihat kosong. Padahal, meskipun tidak ada kendaraan lain, aturan tetaplah aturan.

Kepatuhan terhadap rambu lalu lintas seringkali bergantung pada ada tidaknya pengawasan. Jika ada petugas atau kamera, barulah aturan ditaati. Sebaliknya, saat tidak ada yang mengawasi, pelanggaran dianggap wajar-wajar saja. Pola pikir seperti ini membuat aturan lalu lintas tidak dijalankan karena kesadaran, tetapi karena takut terkena sanksi.

Jika hal seperti ini terus terjadi, pelanggaran bisa dianggap sebagai hal biasa. Bahkan rambu lalu lintas tidak lagi dihargai fungsinya sebagai pengatur keselamatan, melainkan hanya dianggap pelengkap jalan. Padahal, keberadaan rambu sangat penting untuk menjaga kelancaran dan keamanan bersama di jalan raya.

Ikut-ikutan Orang Lain

Salah satu alasan kenapa pelanggaran lalu lintas sering terjadi adalah karena kebiasaan mengikuti orang lain dan mudah terbawa arus. Ketika ada satu pengendara yang melanggar rambu, pengendara lain cenderung ikut melanggar juga. Situasi ini sering terlihat di lampu merah, begitu satu kendaraan mulai jalan sebelum waktunya, kendaraan di belakang pun otomatis ikut bergerak tanpa berpikir panjang. Bahkan, kalau kita nggak ikut gerak juga bakal diklakson dari belakang. Jadi mau nggak mau kita juga harus mengikuti pengendara lain yang udah jalan duluan. Serba salah ya.

Kebiasaan seperti ini muncul karena adanya anggapan bahwa jika ada banyak yang melanggar, maka pelanggaran itu menjadi hal yang wajar. Logika ini sering dikalahkan oleh rasa sungkan, tidak enak, atau sekadar tidak ingin terlihat berbeda. Padahal jumlah yang melanggar tidak menjadikan suatu tindakan menjadi benar. Jika pelanggaran terus terjadi karena suka mengikuti pengendara lain, maka budaya tertib lalu lintas akan semakin sulit dibentuk. Rambu yang seharusnya dihormati akan makin kehilangan fungsinya karena bakal terabaikan. Padahal, setiap pengendara punya tanggung jawab sendiri untuk patuh terhadap aturan, sehingga terlepas dari apa yang dilakukan oleh orang lain di sekitarnya.

Contoh yang Salah dari Aparat

Aparat seharusnya menjadi panutan dalam tertib berlalu lintas. Tapi pada kenyataannya, masih sering terlihat tindakan yang justru memberikan contoh yang keliru. Seperti yang sedang viral di media sosial, banyak berita yang menayangkan video kalau aparat dan juga mobil polisi menggunakan jalur busway hanya untuk menghindari kemacetan.

Tindakan seperti itu bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap aturan. Jika penegak hukum sendiri tidak mematuhi peraturan, maka akan muncul anggapan bahwa aturan lalu lintas tidak berlaku untuk semua orang. Akibatnya, kepatuhan di jalan semakin berkurang karena tidak ada contoh yang baik dari pihak yang seharusnya memberi teladan. Oleh karena itu, sangat penting agar setiap aparat menunjukkan sikap disiplin dalam berkendara supaya tercipta budaya tertib yang dimulai oleh penegak aturan itu sendiri.

Yuk Ubah Kebiasaan dan Taati Aturan Lalu Lintas!

Tertib di jalan itu bukan soal takut ditilang, tapi soal menghargai keselamatan diri sendiri dan orang lain. Rambu lalu lintas ada untuk dipatuhi, bukan untuk dilintasi. Kalau ingin jalanan lebih aman dan nyaman, perubahan harus dimulai dari kebiasaan kecil seperti berhenti saat lampu merah, nggak parkir sembarangan, dan selalu hati-hati.

Kebiasaan baik bisa menular, begitu juga sebaliknya. Jadi, yuk biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa. Menaati aturan bukan karena diawasi, tapi karena mengerti arti keselamatan sejati.

Biodata Penulis:

Anis Nabila Nurrosidah saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

© Sepenuhnya. All rights reserved.