Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Ribuan Semangat dalam Harmoni Pendidikan dan Budaya

Peringatan Hardiknas 2025 di Nganjuk menjadi ajang kolaborasi pendidikan dan budaya, menampilkan senam, tari kolosal, dan bazar karya siswa dari ...

Pendidikan bukan sekadar proses mentransfer ilmu pengetahuan dari guru untuk murid, melainkan sebuah peradaban yang tumbuh dan berkembang bersama semangat zaman. Dalam perjalanan sejarah bangsa indonesia, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momen penting untuk merefleksikan nilai-nilai luhur pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara-tokoh pelopor pendidikan yang menekankan pentingnya pendidikan holistik, merdeka, dan berakar pada budaya bangsa.

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini merayakan Hardiknas sebagai bentuk penghargaan atas jasa para pendidik dan perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, di Kabupaten Nganjuk, peringatan Hardiknas tahun 2025 ini dirayakan lebih dari sekadar seremoni. Namun menjelma menjadi panggung besar kolaborasi lintas jenjang pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai budaya, semangat gotong royong, dan kekuatan komunitas.

Ribuan Semangat dalam Harmoni Pendidikan dan Budaya

Sebuah perayaan penuh warna dan makna terjadi di jantung Kabupaten Nganjuk pada Sabtu, 10 Mei 2025. Ribuan peserta dari seluruh penjuru kabupaten berkumpul dalam satu tujuan mulia, memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan semangat kolaborasi, kebudayaan, dan masa depan pendidikan yang cerah.

Peringatan Hardiknas 2025 Kabupaten Nganjuk berlangsung meriah pada hari Sabtu, 10 Mei 2025. Kegiatan dimulai sejak pukul 07.00 pagi dan berakhir sekitar pukul 09.00 WIB. Seluruh rangkaian acara dipusatkan di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Nganjuk dari utara Tugu Jayastamba hingga ke utara Tugu 20 Pilar Anjuk Ladang yang untuk sementara ditutup dan di sulap menjadi panggung terbuka bagi semangat pendidikan dan budaya.

Jalan utama kota ini dipenuhi lautan peserta dan pengunjung yang antusias menyaksikan berbagai pertunjukan. Setelah dibuka secara resmi dengan sambutan dari perwakilan Dinas Pendidikan dan Bupati Nganjuk, acara dilanjutkan dengan senam massal 1.000 anak TK, kemudian dilanjutkan dengan tarian kolosal “Laskar Anjuk Ladang” oleh 1.000 siswa SD. Dan dilanjutkan senam seluruh Kepala Sekolah se-Kabupaten Nganjuk bersatu dalam gelaran besar yang memadukan seni, kesehatan, edukasi, dan semangat gotong royong. Puncak kemeriahan ditutup dengan pembukaan bazar pendidikan, yang menampilkan puluhan stand dari TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK se-Kabupaten Nganjuk.

Suasana penuh semangat sudah terasa sejak pagi hari ketika sebanyak 1.000 anak Taman Kanak-Kanak (TK) dari seluruh Kecamatan Nganjuk mulai memadati area kegiatan. Mereka berkumpul untuk mengikuti senam massal bersama, sebuah bentuk gerakan yang mengedepankan pentingnya hidup sehat dan aktif sejak usia dini.

Dengan mengenakan seragam olahraga berwarna-warni, para anak-anak tampak antusias mengikuti gerakan yang dipandu instruktur senam. Tawa ceria dan semangat luar biasa dari para peserta menjadi gambaran nyata bahwa pendidikan bukan hanya soal duduk di bangku kelas, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan gaya hidup sehat.

Lapangan utama tempat acara berlangsung berubah menjadi lautan tawa anak-anak. Tempat untuk acara tersebut bertepat di sepanjang jalan A.Yani dari utara Tugu Jayastamba hingga ke selatan Tugu 20 pilar Anjuk Ladang. Senam ini bukan hanya ajang hiburan, melainkan juga bentuk pendidikan kesehatan fisik dan disiplin sejak usia dini. Gerakan lincah mereka menunjukkan bahwa tubuh yang sehat adalah fondasi penting dalam proses belajar dan tumbuh kembang anak.

Tak hanya dari anak Taman Kanak-Kanak (TK) saja yang sangat antusias, terlihat juga dari raut wajah yang penuh semangat yakni anak Sekolah Dasar (SD) yang juga ikut meriahkan acara tersebut dengan mempersembahkan pertunjukan seni tari yang memukau, yaitu tari "Laskar Anjuk Ladang" dengan mengenakan kostum bertema kepahlawanan dan budaya lokal yang memiliki banyak ciri khas dari kostum tersebut.

Tarian ini mengangkat semangat juang dan sejarah lokal Kabupaten Nganjuk, yang dahulu dikenal sebagai Anjuk Ladang, sebuah daerah yang memiliki peran penting dalam perlawanan terhadap penjajahan. Anak-anak tampil dengan kostum khas pahlawan dengan menari mengikuti alunan musik etnik dan dinamis. Serta dilengkapi dengan senjata yang menandakan sebagai prajurit yang penuh semangat.

Selanjutnya ada tampilan senam bersama dari para Kepala Sekolah se-Kabupaten Nganjuk yang juga turut meriahkan Hardiknas tersebut. Mereka tidak hanya hadir sebagai tamu undangan, tetapi juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan, termasuk menyaksikan pertunjukan siswa, mengunjungi stand bazar, serta terlibat dalam dialog antar-lembaga pendidikan.

Menambah kemeriahan acara, digelar pula bazar pendidikan yang diikuti oleh sekolah-sekolah dari seluruh jenjang: TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK se-Kabupaten Nganjuk. Puluhan stand memamerkan berbagai produk kreatif hasil karya siswa dan guru. Dari kerajinan tangan berbahan daur ulang, makanan sehat, batik hasil cipta siswa, hingga miniatur teknologi sederhana, semua menjadi bukti bahwa proses belajar bisa di wujudkan dalam bentuk nyata.

Perayaan Hardiknas 2025 ini juga menjadi momen untuk merefleksikan kembali nilai-nilai yang ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam konteks pendidikan modern. Di tengah era digital dan perubahan global yang cepat, prinsip “Tut Wuri Handayani” semakin relevan. Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga fasilitator dan inspirator.

Kesuksesan peringatan ini tidak lepas dari dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Nganjuk, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak beberapa bulan sebelumnya, koordinasi dan persiapan intens dilakukan dengan melibatkan semua unsur pendidikan.

Tingginya partisipasi masyarakat, mulai dari orang tua, komite sekolah, hingga tokoh masyarakat, menjadi kekuatan besar di balik suksesnya acara ini. Beberapa stand bazar bahkan dikelola bersama antara siswa dan orang tua, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat dan kolaboratif.

Dengan segala semarak, makna, dan substansi yang dibawanya, Hardiknas 2025 di Kabupaten Nganjuk bukan hanya sebuah peringatan tahunan, melainkan cermin bahwa pendidikan yang berpihak pada anak dan budaya lokal adalah fondasi yang kokoh untuk membangun peradaban.

Identitas lokal menjadi fondasi kuat dalam pendidikan karakter. Peringatan Hardiknas 2025 di Nganjuk menegaskan bahwa pendidikan tidak harus menjauh dari akar budaya. Tarian “Laskar Anjuk Ladang” adalah bukti nyata bagaimana sejarah lokal dapat dikemas menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan membangkitkan rasa cinta tanah air.

Peringatan Hardiknas 2025 di Kabupaten Nganjuk bukanlah sekadar rutinitas tahunan, tetapi sebuah gerakan sosial yang melibatkan seluruh unsur masyarakat dari: guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, hingga pemerintah daerah. Dengan pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif, Kabupaten Nganjuk memberikan contoh konkret bagaimana pendidikan dapat menjadi kekuatan pemersatu dan pendorong kemajuan. Semoga semangat ini terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun ekosistem pendidikan yang kuat, inklusif, dan berbasis nilai-nilai kebangsaan.

Yunita Dian Ningrum

Biodata Penulis:

Yunita Dian Ningrum, lahir pada tanggal 22 Juli 2006 di Nganjuk, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penulis bisa disapa Instagram @_xynta27

© Sepenuhnya. All rights reserved.