Kalau ditanya “Martabak apa yang paling enak?” kebanyakan orang pasti jawabnya martabak manis coklat keju, martabak telur daging, martabak keju susu, atau martabak tipis kering yang renyahnya bisa bikin ketagihan. Tapi coba sebut “martabak ketan hitam”, pasti langsung muncul komentar “Itu makanan orang tua” atau “Masih ada ya yang doyan begituan?”
Martabak kekinian makin ramai, topping makin melimpah. Tapi ada satu yang pelan-pelan ditinggalin. Ya, martabak ketan hitam.
Padahal ya, martabak ketan hitam itu enak banget. Teksturnya lembut kenyal, aromanya wangi khas ketan, dan rasanya manis yang nggak lebay. Apalagi kalau ditambah kelapa parut, sensasinya bisa bikin senyum-senyum sendiri kayak habis dibalas chat sama gebetan.
Sayangnya, martabak ini sering dianggap kuno, nggak kekinian, kurang instagramable, dan kesannya tuh kayak camilan yang cuma dicari saat ikut pengajian ibu-ibu atau arisan keluarga.
Kenapa yang Enak Malah Dianggap Old School?
Ketan hitam memang sering dianggap sebagai jajanan yang dianggap “vintage” atau "masa lalu". Padahal kalau dipikir-pikir, justru di situlah daya tariknya. Martabak ketan hitam itu sederhana, jujur, nggak sok keren, nggak butuh topping bertingkat tiga buat bisa dinikmati. Tapi tetap bisa bikin nyaman dan ketagihan, apalagi kalau dimakan pas masih panas sambil nonton hujan dari balik jendela atau dari timeline X yang isinya drama tiada akhir.
Masalahnya, zaman sekarang makanan nggak cuma soal rasa, tapi harus ada nilai estetika, harus cantik di foto, harus bisa diunggah ke Instagram Story dengan caption puitis atau lucu. Apa boleh buat? Martabak ketan hitam ini memang kalah dari sisi visual. Warnanya gelap, tampilannya sederhana, nggak meleleh atau berkilau. Sebenarnya, justru di situlah karismanya, dia lowkey, dan nggak cari perhatian, tapi selalu ada buat siapa saja yang benar-benar lapar dan butuh pelukan manis sederhana.
Saatnya Generasi Muda Berdamai dengan Ketan Hitam
Sebenarnya, martabak ketan hitam itu cocok banget buat jadi comfort food generasi sekarang. Rasanya bisa menenangkan, dan bonusnya katanya sih bagus buat pencernaan juga. Jadi, bisa ngemil enak tanpa rasa bersalah daripada jajan yang cuma manis doang tapi nggak punya manfaat (ehh).
Camilan ini juga jadi pengingat bahwa nggak semua yang sederhana itu membosankan. Terkadang justru yang polos dan nggak neko-neko malah bikin betah. Seperti martabak ketan hitam yang sabar nunggu dipesan, walau tiap hari harus lihat martabak keju-coklat laku keras.
Jangan Menilai Martabak dari Tampilannya
Martabak ketan hitam memang bukan bintang utama di etalase abang-abang martabak. Tapi siapa tahu, setelah mencicipinya sekali justru jadi favorit baru yang nggak tergantikan. Karena pada akhirnya, lidah tahu mana yang tulus dan mana yang cuma penuh topping tapi kosong di dalam.
Sudah saatnya kita kasih kesempatan buat camilan-camilan underrated kayak martabak ketan hitam. Bukan karena nostalgia semata, tapi karena rasa sederhana dan nostalgianya. Di tengah tren makanan viral yang sering cuma menang tampang, martabak ini hadir sebagai pengingat bahwa yang sederhana pun bisa bikin bahagia.
Siapa tahu, dari sekian banyak pilihan yang fancy dan penuh topping, justru martabak ketan hitam yang diam-diam mencuri hatimu. Mungkin rasa yang kamu cari selama ini tersembunyi di dalam “martabak ketan hitam kuno” yang selama ini sering diabaikan, loh!
Jadi, jangan ragu mencoba martabak ketan hitam, ya!
Biodata Penulis:
Izzah Qurroti Aini saat ini aktif mahasiswa, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.