Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Tepat atau Celaka: Media Sosial bagi Gen Z, Generasi Digital

Sentuhan jari bisa buka dunia, tapi sudahkah kita bijak memakainya? Yuk, telusuri bagaimana media sosial membentuk hidup Gen Z—antara ekspresi dan ...

"Dunia bisa kita lampaui dengan sentuhan jari"

Dunia kini dapat telusuri hanya lewat sentuhan jari—itulah kekuatan media sosial bagi Gen Z. Media sosial bukan sekadar alat namun sebagai "rumah" bagi mereka, tempat bertukar informasi, cerita atau sebagai tempat berekspresi kehidupan.

Media Sosial bagi Gen Z, Generasi Digital
Sumber: Pixabay

Semakin berkembangnya zaman, media sosial mulai berkembang dan beragam. Gen Z merupakan generasi yang lahir di pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Gen Z tumbuh bersama media sosial, mulai dari Facebook, Youtube, Twitter yang saat ini berubah nama menjadi X, dan Tiktok. Mereka hidup berdampingan dengan itu sehingga disebut sebagai generasi digital sejati. Mereka tidak hanya tumbuh, namun hidup di dalamnya. Tumbuh bersama media sosial, apakah sudah bijak dalam penggunaanya?

Seperti rumah dan panggung, mereka menunjukan jati diri dan versi terbaik diri mereka. Membagikan life update-nya secara estetik adalah ciri khasnya. Namun, apakah di balik estetika itu benar nyata seperti aslinya? Media sosial bagaikan cermin dalam kehidupan, yang terlihat menarik dan sempurna belum tentu sama dengan real life-nya.

Seperti pepatah kehidupan "Hidup tak seindah feeds instagram" bukan sekadar lelucon, namun itulah kenyataannya. Secara fisik memang terlihat sempurna, namun kita tidak tahu yang sebenarnya. Bagaikan lemari tua yang terlihat kokoh, namun sudah rapuh dalamnya. Gen Z terlihat sempurna di depan media sosial, namun seperti serpihan kaca di dalam jiwanya.

Keinginan untuk tidak tertinggal dan merasa keren dapat menimbulkan dampak negatif, bahkan tidak sedikit yang mengalami depresi. Mereka merasa insecure, cemas dan takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing Out) kepada yang "lebih" dalam suatu hal. Bukan tidak memiliki manfaat, namun cara menggunakannya yang salah. Media sosial seharusnya sangatlah tepat untuk Gen Z karena mereka generasi yang mudah beradaptasi dan inovatif.

Gen Z memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, mereka bekerja sebagai content creator contohnya. Mereka membangun personal branding atau image untuk ditampilkan, membuat karya untuk dijual dan membangun sebuah komunitas untuk mendapat teman. Semua sudah tergenggam olehnya. Mulai dari uang, relasi, bahkan pengalaman. Media sosial dapat berdampak baik jika bijak dalam menggunakan, sesuaikan dengan kebutuhan agar tidak over dan menimbulkan dampak negatif.

Media sosial bagaikan berjalan di tengah jurang, akan jatuh jika salah langkah dan akan berhasil jika di jalan yang tepat. Bijaklah dalam bermedia sosial.

Biodata Penulis:

Rahma Raissa Indria saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.