Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Vaksin, Pandemi, dan Takdir: Menimbang Peran Iman dan Ilmu dalam Menghadapi Krisis Global

Semua virus corona (CoV) yang telah memicu wabah, termasuk COVID-19, diyakini berasal dari kelelawar. Hewan ini dikenal sebagai inang alami bagi ...

Pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan baru yang harus dihadapi oleh berbagai negara. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana negara-negara merespons, mencegah, dan mengendalikan penyebaran virus agar tidak meluas. Beragam kebijakan pun diberlakukan, seperti penerapan lockdown dan pembatasan interaksi sosial atau social distancing. Beberapa negara berhasil menerapkan kebijakan tersebut dengan efektif, sementara yang lain mengalami kegagalan.

Kedua kebijakan ini dapat dianggap sebagai bentuk vaksin sosial yang diterapkan pemerintah dalam menghadapi situasi darurat. Meski demikian, keberhasilan vaksin sosial ini sangat bergantung pada faktor pendukung lainnya, terutama transparansi data yang menjadi elemen krusial. Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menetapkan wabah COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona sebagai pandemi global. Penetapan status ini dilakukan karena jumlah kasus positif di luar China meningkat tajam sebanyak tiga belas kali lipat dan telah menyebar ke 114 negara, dengan jumlah kematian saat itu mencapai 4.291 orang.

Vaksin, Pandemi, dan Takdir

WHO menegaskan bahwa sebelumnya belum pernah terjadi pandemi yang disebabkan oleh virus corona, dan belum ada pandemi yang bisa dikendalikan seperti ini. Oleh karena itu, WHO menyerukan kepada seluruh negara untuk segera mengambil langkah-langkah yang cepat dan tegas guna mencegah serta menangani penyebaran virus COVID-19 (WHO 2020).

Seiring perkembangannya, wabah COVID-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019, telah menyebar ke 210 negara hingga April 2020 (Worldometers 2020). Virus ini memiliki tingkat penularan yang sangat cepat antar manusia dan diperparah oleh mobilitas global yang tinggi, sehingga memperbesar risiko penyebarannya. Berdasarkan data dari Worldometer per 23 April 2020, jumlah kasus positif COVID-19 secara global telah mencapai 2,7 juta. Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia menjadi tiga negara dengan jumlah kasus tertinggi, melampaui China sebagai negara asal mula penyebaran virus ini.

Dalam ranah spiritual, intensitas doa yang dilakukan bersama kelompok atau keluarga diperkuat melalui teladan yang ditunjukkan dalam pertemuan ibadah secara langsung. Selain itu, terdapat pula interaksi simbolik yang muncul dalam aktivitas lembaga keagamaan yang diselenggarakan secara daring. Penerapan nilai-nilai dari firman Tuhan menjadi salah satu strategi dalam membentuk cara berpikir seseorang. Selain itu, terdapat pula tindakan nyata yang direncanakan sebelumnya, pemahaman terhadap diri sendiri, serta kaitannya dengan interaksi sosial. Seluruh strategi ini pada akhirnya bertujuan untuk menjadi sarana mediasi dan interpretasi makna dalam konteks kehidupan masyarakat tempat individu tersebut hidup dan berinteraksi.

Dari peristiwa tersebut, dapat diketahui bahwa Covid-19 memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Virus ini tidak hanya menyerang kesehatan individu, tetapi juga telah memberikan dampak yang luas terhadap berbagai sektor dalam perekonomian, sehingga menyebabkan kerugian finansial yang cukup signifikan. Berbagai permasalahan yang muncul akibat penyebaran virus yang sulit untuk dikendalikan menuntut masyarakat untuk terus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, salah satunya adalah dengan tetap menggunakan masker dalam berbagai aktivitas sehari-hari guna mencegah penularan yang lebih luas.

Semua virus corona (CoV) yang telah memicu wabah, termasuk COVID-19, diyakini berasal dari kelelawar. Hewan ini dikenal sebagai inang alami bagi berbagai jenis virus corona. Meski demikian, sebagian besar virus tersebut menular ke manusia melalui hewan perantara. Penularan SARS-CoV, misalnya, diduga terjadi melalui kontak langsung dengan musang yang dijual di pasar, sementara MERS-CoV ditularkan langsung dari unta dromedaris kepada manusia. Adapun COVID-19, awal kemunculannya diduga terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, Tiongkok.

Peran sains dan agama menjadi fondasi penting dalam membentuk pemahaman holistik tentang kehidupan dan alam semesta. Dalam konteks ini, sains dapat berfungsi sebagai gerbang untuk memahami nilai-nilai agama, sementara agama mampu memberi makna dan arah dalam penggalian ilmu sains secara lebih mendalam. Ketika keduanya dioptimalkan secara seimbang, integrasi ini dapat mengantar pada penguatan nilai-nilai tauhid. 

Keberhasilan pendekatan integratif antara sains dan agama tercermin dalam karya-karya ilmuwan modern seperti The Tao of Physics karya Fritjof Capra dan The Dancing Wu Li Masters karya Garv Zukav, yang menggambarkan harmoni antara ilmu fisika dan filsafat Timur. Nidhal Guessoum, seorang astrofisikawan sekaligus ulama, dalam karya monumentalnya merujuk pada pemikiran Seyyed Hossein Nasr, seorang profesor terkemuka dalam studi Islam dan filsafat. 

Nasr menyoroti bahwa sains modern memang turut menyumbang pada berbagai krisis sosial dan kerusakan lingkungan. Namun demikian, ia juga mengakui bahwa sains modern telah berperan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pandangan ini menunjukkan pentingnya pendekatan spiritual dan etis dalam mengarahkan perkembangan sains agar tetap selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan.

Dewi Ayu Narasati

Biodata Penulis:

Dewi Ayu Narasati saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Penulis bisa disapa di Instagram @da.nara___

© Sepenuhnya. All rights reserved.