Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Ziarah dalam Lintasan Iman dan Ilmu: Refleksi Spiritual dan Psikologis

Di Indonesia, ziarah memiliki peran sosial dan budaya yang sangat penting. Tradisi mengunjungi makam Wali Songo tidak hanya sebagai bentuk ...

Ziarah merupakan suatu bentuk kunjungan ke lokasi-lokasi yang dianggap suci atau memiliki nilai sejarah dalam ajaran agama, seperti makam nabi, wali, atau tokoh ulama. Dalam ajaran Islam, ziarah kubur memiliki makna spiritual yang mendalam karena mengingatkan manusia akan kematian dan kehidupan setelahnya.

Dalam Surah At-Takatsur ayat 2, Allah berfirman:

حَتّٰى زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَؕ

Artinya: “Sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (QS. At-Takatsur :2)

Oleh sebagian ulama diartikan sebagai anjuran untuk mendatangi makam agar manusia selalu ingat akan akhir hayatnya. Di kawasan Nusantara, tradisi ini berkembang menjadi bagian penting dari praktik keagamaan, khususnya menjelang bulan Ramadan atau perayaan hari besar Islam.

Ziarah dalam Lintasan Iman dan Ilmu

Secara teologis, ziarah tidak dimaknai sebagai bentuk ibadah yang mengarah pada penyembahan terhadap penghuni makam, melainkan sebagai wujud penghormatan atas jasa dan keteladanan para tokoh saleh. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Kunjungilah kubur, karena itu akan mengingatkanmu kepada akhirat” (HR. Muslim). Pernyataan ini menegaskan bahwa ziarah memiliki nilai spiritual sebagai pengingat akan kehidupan setelah mati. Kegiatan ini menjadi sarana untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri, mendorong umat Islam agar lebih taat beribadah dan menjauhi maksiat. Dengan demikian, dari sudut pandang agama, ziarah bukan hanya tradisi budaya, tetapi juga bagian dari proses pembinaan spiritual.

Dari sudut pandang psikologi agama, ziarah memiliki pengaruh positif yang besar terhadap kesehatan mental. Dalam kerangka psikologi transpersonal, aktivitas ini dapat memicu terjadinya "pengalaman puncak" (peak experience), yaitu sebuah kondisi emosional yang mendalam yang memperkuat hubungan seseorang dengan Tuhan serta memberikan pemaknaan hidup yang lebih dalam. Berkunjung ke tempat-tempat suci atau makam para wali sering kali menimbulkan perasaan haru, ketenangan batin, dan kedamaian yang meningkatkan kesadaran spiritual. Dalam hal ini, ziarah dapat berperan sebagai bentuk terapi psikologis yang membantu menenangkan jiwa dan memulihkan kestabilan emosional, khususnya bagi mereka yang tengah menghadapi tekanan atau beban hidup.

Ilmu neuroscience modern juga mendukung pandangan ini dengan menunjukkan bahwa praktik keagamaan seperti ziarah memiliki pengaruh terhadap sistem saraf pusat. Ketika seseorang melakukan ziarah dengan penuh kekhusyukan, terjadi aktivasi pada bagian otak seperti prefrontal cortex yang berperan dalam pemrosesan spiritualitas dan pencarian makna hidup. Di samping itu, aktivitas tersebut turut merangsang pelepasan hormon oksitosin dan dopamin yang dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kebahagiaan. Dengan demikian, dari sudut pandang ilmiah, ziarah bukanlah tindakan yang tidak rasional, melainkan kegiatan yang secara nyata berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mental dan emosional seseorang.

Selama ini, agama dan sains sering diposisikan secara berseberangan, seolah keduanya tidak bisa berjalan berdampingan. Namun, dalam praktik ziarah, justru tampak bahwa keduanya bisa saling melengkapi. Agama menyediakan kerangka nilai, makna, dan motivasi spiritual, sementara sains menjelaskan berbagai dampak positifnya secara empiris. Dalam hal ini, Al-Qur’an telah memberikan landasan yang kuat untuk menjembatani keduanya.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ayat ini menegaskan bahwa Islam tidak menolak ilmu pengetahuan; sebaliknya, Islam justru mendorong umatnya untuk menuntut ilmu demi kemaslahatan umat dan kemajuan peradaban. Oleh karena itu, kolaborasi antara agama dan sains menjadikan pemahaman terhadap praktik ziarah lebih utuh, menyeluruh, dan dapat dijelaskan secara rasional.

Di Indonesia, ziarah memiliki peran sosial dan budaya yang sangat penting. Tradisi mengunjungi makam Wali Songo tidak hanya sebagai bentuk pembinaan keagamaan, tetapi juga sebagai upaya pelestarian nilai-nilai lokal yang kuat. Selain itu, ziarah turut memperkuat ikatan sosial, menjaga solidaritas antar anggota komunitas, serta menumbuhkan rasa hormat lintas generasi. Melalui kegiatan ini, nilai-nilai seperti toleransi, kesabaran, dan penghormatan diajarkan, yang merupakan aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Penting untuk melihat ziarah dengan pendekatan yang seimbang agar tidak terjebak pada sikap fanatik berlebihan atau penolakan total. Pelaksanaan ziarah harus didasari niat yang tulus dan sesuai dengan prinsip tauhid serta syariah. Dengan adanya bukti ilmiah mengenai manfaat psikologis dari ziarah, praktik ini bisa menjadi ibadah yang sehat dan rasional dalam konteks kehidupan modern. Pendekatan menyeluruh ini membantu umat memahami ziarah sebagai sarana spiritual sekaligus metode penyembuhan jiwa.

Dari kesimpulan di atas, Ziarah merupakan sebuah tradisi keagamaan yang sarat makna, dengan kandungan nilai-nilai spiritual dan psikologis yang mendalam. Dalam pandangan agama, ziarah berfungsi sebagai pengingat akan kematian dan sarana untuk memperkuat keimanan. Sementara itu, ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa kegiatan ini memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Perpaduan antara pendekatan keagamaan dan ilmiah dalam memahami ziarah membuka jalan bagi pemahaman yang lebih utuh tentang pengalaman spiritual manusia, khususnya di tengah tantangan kehidupan masa kini. Dengan demikian, ziarah menjadi media penting dalam menjaga harmoni antara kebutuhan jasmani dan rohani.

Referensi:

  • Quraish Shihab. (2007). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati.
  • Nasrullah, R. (2017). Makna Ziarah dalam Tradisi Keagamaan Islam. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 11(2), 233–247.
  • Mufidah, L. (2021). Dimensi Spiritualitas dalam Kegiatan Ziarah Wali Songo. Jurnal Studi Islam Nusantara, 6(2), 101–115.
  • Syaifuddin, A. (2020). Ziarah Kubur dalam Perspektif Psikologi Agama. Jurnal Ilmiah Psikologi Islam, 8(1), 45–58.
  • Santosa, D. (2019). Pengaruh Ziarah terhadap Kesehatan Mental Remaja di Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 5(1), 89–103.
  • Fauziyah, N. (2017). Dimensi Sosial dan Budaya Ziarah Wali Songo di Jawa. Jurnal Antropologi Indonesia, 9(2), 101-115.
  • Sari, D. P. (2022). Pendekatan Holistik terhadap Praktik Ziarah di Era Modern. Jurnal Studi Agama dan Budaya, 13(1), 45-59.

Penulis: Rakhmah Andini

© Sepenuhnya. All rights reserved.