Pernah dengar kata ‘e-book’, tapi mengira sejenis makanan Korea? Tenang saja, kamu nggak sendiri. Yakin, deh masih banyak dari pembaca yang belum tahu tentang e-book. Mari kita belajar tentang e-book atau buku digital!
Buku digital, atau yang sering disebut e-book, adalah versi elektronik dari buku cetak. Isinya bisa sama persis dengan buku biasa, ada judul, penulis, bab, bahkan daftar isi tapi bentuknya bukan kertas, melainkan file digital. Bedanya, kalau buku cetak harus dibawa fisiknya, buku digital bisa kamu simpan di HP, tablet, atau laptop. Praktis, 'kan? Formatnya pun beragam, mulai dari PDF yang umum banget, sampai ePub yang bisa menyesuaikan ukuran teks. Ada juga format MOBI khusus untuk Kindle. Untuk membaca, kamu tinggal pakai aplikasi pembaca e-book, seperti Google Play Books, Kindle, atau bahkan PDF reader biasa. Gampang banget diakses, kapan saja dan di mana saja!
Di zaman serba digital seperti sekarang, buku digital jadi solusi baca yang praktis dan efisien. Kamu nggak perlu lagi bawa-bawa tas berat berisi buku tebal ke mana-mana, cukup satu HP, bisa simpan ratusan judul sekaligus. Selain itu, buku digital juga ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan kertas. Mau cari buku pelajaran, novel, atau buku referensi? Banyak yang tersedia gratis di internet atau lewat aplikasi perpustakaan digital seperti iPusnas dan Perpustakaan Nasional. Buku digital juga memungkinkan pembaca untuk mencari kata kunci tertentu, memperbesar teks, dan menyesuaikan pencahayaan, sesuatu yang nggak bisa dilakukan di buku cetak. Jadi, selain hemat tempat dan uang, buku digital juga bikin proses belajar dan membaca jadi lebih fleksibel.
Setiap teknologi pasti punya dua sisi, termasuk buku digital. Dari segi kelebihan, buku digital jelas unggul soal kepraktisan. Nggak perlu rak besar, cukup satu perangkat untuk menyimpan ratusan buku. Mau baca malam-malam? Tinggal nyalakan mode malam. Mau cari kutipan penting? Pakai fitur pencarian teks. Beberapa e-book bahkan dilengkapi fitur audio, jadi bisa disimak sambil rebahan. Tapi, tentu ada kekurangannya juga. Membaca terlalu lama di layar bisa bikin mata cepat lelah. Belum lagi sensasi membalik halaman dan aroma kertas yang khas, itu semua nggak bisa digantikan layar. Dan, kalau gadget lowbat atau error, ya... bukunya ikut ‘hilang’. Jadi, meski praktis, buku digital tetap punya batas.
Buku digital cocok banget buat siapa saja yang hidupnya dinamis dan butuh akses cepat ke bacaan. Mahasiswa dan pelajar bisa mengandalkannya untuk membaca materi kuliah atau tugas sekolah tanpa perlu fotokopi tebal-tebal. Para pekerja, peneliti, atau content creator juga diuntungkan karena bisa menyimpan referensi dalam jumlah banyak dan membacanya kapan saja. Traveler yang suka membaca di jalan juga pasti senang, nggak perlu repot bawa banyak buku, cukup satu HP atau tablet, semua bisa diakses. Bahkan untuk pembaca kasual yang cuma ingin baca novel sebelum tidur, buku digital tetap jadi pilihan praktis dan ekonomis. Intinya, siapa pun yang ingin baca lebih banyak tanpa repot, buku digital bisa jadi sahabat baru.
Zaman berubah, cara membaca pun ikut bertransformasi. Buku digital bukan ancaman bagi buku cetak, tapi pelengkap yang memberi kemudahan dan akses lebih luas bagi siapa saja yang ingin belajar, membaca, dan berkembang. Nggak ada alasan untuk nggak mulai mencoba, banyak platform gratis, banyak pilihan bacaan, dan bisa dibawa ke mana-mana tanpa ribet. Yuk, jangan cuma denger istilah “e-book” tanpa tahu rasanya. Coba baca satu judul hari ini, siapa tahu besok jadi kebiasaan. Karena meski bukunya digital, ilmu dan imajinasinya tetap nyata.
Biodata Penulis:
Nasywaa Khanza Az-Zahra saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.