Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Memangnya Bangun Pagi Bermanfaat?

Masih suka begadang dan susah bangun pagi? Yuk ubah kebiasaan itu! Bangun pagi bukan sekadar rutinitas, tapi kunci fokus, produktivitas, dan ...

Bangun pagi, satu hal sederhana yang seharusnya bisa dilakukan siapa pun, nyatanya masih menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Bahkan, kebiasaan ini kerap kali dianggap sepele, dianggap tidak lebih dari rutinitas harian biasa yang tidak begitu penting jika dilewatkan. Tapi benarkah demikian? Apakah bangun pagi hanyalah sebuah kebiasaan tradisional yang mulai kehilangan makna di era modern yang serba fleksibel dan digital?

Di tengah gaya hidup yang semakin malam—di mana pekerjaan, hiburan, dan aktivitas sosial kerap berlangsung hingga larut—bangun pagi terasa semakin asing. Tidur larut malam dianggap wajar, bahkan menjadi gaya hidup yang seolah keren dan produktif. Padahal, banyak penelitian dan pandangan dari berbagai sudut—baik medis, psikologis, hingga spiritual—justru menunjukkan bahwa bangun pagi bukan hanya sekadar baik, melainkan sangat penting bagi tubuh, pikiran, dan jiwa.

1. Bangun Pagi dan Konsentrasi Otak

Salah satu manfaat utama dari bangun pagi adalah peningkatan konsentrasi dan kesiapan otak untuk berpikir jernih. Saat seseorang bangun pagi dalam kondisi istirahat yang cukup, otaknya bekerja dengan lebih optimal. Aktivitas otak yang masih segar ini memungkinkan seseorang untuk berpikir lebih fokus, membuat keputusan dengan lebih baik, dan menyelesaikan tugas-tugas rumit dengan lebih efisien.

Memangnya Bangun Pagi Bermanfaat
Sumber: Unsplash | @julianhochgesang

Fungsi kognitif seperti mengingat, mengolah informasi, dan menyelesaikan masalah bekerja secara lebih efisien di pagi hari. Ini menjadikan waktu pagi sebagai momen terbaik untuk memulai pekerjaan penting atau menyusun rencana harian. Tidak heran jika banyak tokoh sukses dunia, mulai dari CEO perusahaan teknologi hingga pemimpin negara, memiliki rutinitas bangun pagi sebagai fondasi hidup mereka.

Penelitian dari University of Texas menemukan bahwa mahasiswa yang terbiasa bangun pagi memiliki nilai akademis lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidur larut dan bangun siang. Korelasi ini memperkuat hipotesis bahwa waktu bangun seseorang sangat memengaruhi performa kognitif dan mentalnya.

2. Punya Waktu Sarapan: Kecil Tapi Vital

Bagi sebagian orang, sarapan bisa jadi hanya dianggap aktivitas sepele. Namun, sarapan adalah bahan bakar utama untuk menjalani hari. Seseorang yang bangun pagi memiliki cukup waktu untuk sarapan, dan ini merupakan keuntungan besar yang tidak bisa disepelekan.

Ketika tubuh mendapatkan asupan nutrisi sehat di pagi hari, kadar gula darah menjadi stabil, suasana hati lebih positif, dan tubuh pun lebih siap menghadapi aktivitas. Orang yang terbiasa melewatkan sarapan karena bangun terlalu mepet dengan jam kerja atau sekolah cenderung merasa lemas, mudah marah, dan tidak fokus. Bahkan, banyak kasus hipoglikemia ringan (penurunan kadar gula darah) yang dialami oleh mereka yang melewatkan sarapan.

Sarapan juga memberikan efek jangka panjang pada sistem metabolisme. Orang yang konsisten sarapan cenderung memiliki berat badan ideal, sistem pencernaan yang sehat, dan kadar kolesterol yang stabil. Manfaat ini tentu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki waktu cukup di pagi hari—yang artinya, bangun pagi adalah prasyaratnya.

3. Lebih Produktif dan Terorganisir

Bangun pagi memberikan keunggulan berupa waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan hari. Seseorang bisa mengatur agenda harian dengan lebih tenang, mengecek ulang prioritas, hingga menyusun strategi untuk menghadapi tantangan hari itu. Ini sangat berbeda dibandingkan dengan mereka yang bangun mepet dan terburu-buru—biasanya aktivitas pun dilakukan tanpa perencanaan, yang ujungnya menimbulkan stres dan kekacauan.

Sebuah studi dari Harvard Business Review menemukan bahwa orang yang bangun pagi cenderung lebih proaktif dan memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka juga terbukti lebih mampu mengelola waktu dan mencapai target jangka panjang.

Produktivitas tinggi ini tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan kantor atau sekolah, tetapi juga mencakup kebiasaan hidup lainnya: olahraga pagi, membaca buku, meditasi, atau bahkan merapikan rumah. Semua aktivitas ini mungkin terdengar sepele, tetapi memiliki dampak besar dalam membangun keseimbangan hidup.

4. Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Ketika seseorang terbiasa bangun pagi dan memiliki rutinitas pagi yang sehat, suasana hati pun cenderung lebih stabil. Rasa damai, tenang, dan penuh semangat menjadi ciri khas pagi hari yang tenang. Tidak sedikit orang yang mengaku merasa lebih bahagia setelah membangun kebiasaan bangun pagi.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychiatry Research menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ritme tidur lebih awal dan bangun pagi lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Sebaliknya, mereka yang suka begadang dan bangun siang memiliki risiko dua kali lipat terkena gangguan suasana hati.

Bangun pagi juga menciptakan ruang untuk menyendiri sejenak sebelum dunia mulai sibuk. Waktu hening di pagi hari sangat cocok untuk refleksi diri, menulis jurnal, atau sekadar duduk menikmati secangkir teh. Momen-momen ini sangat penting dalam memperkuat kesehatan mental.

Perspektif Islam tentang Bangun Pagi

Dalam ajaran Islam, bangun pagi bukan hanya dianjurkan, tetapi juga memiliki kedudukan spiritual yang tinggi. Salat Subuh menjadi salah satu ibadah yang diwajibkan, dan pelaksanaannya tentu mengharuskan seorang muslim untuk bangun sebelum fajar menyingsing.

Ibnul Qayyim Rahimakumullah menyatakan bahwa waktu subuh adalah waktu paling diberkahi dalam sehari. Orang yang bangun pagi bukan hanya mendapatkan manfaat duniawi seperti kesehatan dan produktivitas, tetapi juga mendapatkan peluang spiritual yang luar biasa: waktu mustajab untuk berdoa, waktu untuk mendekat kepada Allah, dan waktu untuk mencari rezeki yang halal dengan semangat dan ketekunan.

Rasulullah SAW pun pernah berdoa, “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa pagi adalah waktu yang penuh keberkahan. Siapa yang menyia-nyiakan pagi, bisa jadi sedang menyia-nyiakan keberkahan hidupnya sendiri.

Lebih dari itu, banyak ulama salaf yang terbiasa memulai hari mereka sejak sepertiga malam terakhir. Mereka tidak hanya melaksanakan salat tahajud dan subuh, tetapi juga menulis kitab, mengajar, dan mencari ilmu sejak pagi buta. Ini menjadi bukti nyata bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kebiasaan bangun pagi.

Tantangan dan Kendala: Mengapa Masih Banyak yang Sulit?

Meski manfaat bangun pagi sangat banyak dan nyata, tetap saja masih banyak orang yang kesulitan melakukannya. Salah satu penyebab utamanya adalah pola tidur yang buruk. Tidur larut malam, sering bermain gadget menjelang tidur, serta kurangnya manajemen waktu menjadi penyebab utama seseorang susah bangun pagi.

Kondisi ini semakin diperparah dengan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Misalnya, budaya lembur tanpa batas di tempat kerja, tugas sekolah yang menumpuk hingga dini hari, atau kebiasaan "scrolling" media sosial sebelum tidur yang mengacaukan ritme sirkadian tubuh.

Ada pula faktor psikologis yang memengaruhi. Seseorang yang mengalami stres berat, depresi, atau gangguan tidur kronis tentu akan kesulitan bangun pagi. Oleh karena itu, membangun kebiasaan bangun pagi tidak cukup hanya dengan alarm atau niat semata, tetapi perlu dukungan menyeluruh: dari manajemen waktu, lingkungan tidur yang nyaman, hingga kesehatan mental yang terjaga.

Strategi Bangun Pagi: Bukan Sekadar Alarm

Untuk menjadikan bangun pagi sebagai kebiasaan, diperlukan strategi yang realistis dan bertahap. Tidak semua orang bisa langsung beralih dari tidur pukul 01.00 menjadi bangun pukul 04.00 dalam semalam. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:

  1. Tidur lebih awal: Kebiasaan bangun pagi tidak bisa dibangun tanpa memperbaiki waktu tidur. Cobalah tidur 15-30 menit lebih awal setiap malam hingga mencapai waktu ideal.
  2. Kurangi paparan cahaya biru: Batasi penggunaan gawai minimal 1 jam sebelum tidur.
  3. Ciptakan rutinitas malam: Aktivitas seperti membaca, berdoa, atau mandi air hangat bisa membantu tubuh lebih rileks menjelang tidur.
  4. Pasang tujuan pagi: Bangun pagi akan terasa lebih ringan jika ada motivasi yang jelas, seperti olahraga, menulis, atau waktu untuk refleksi diri.
  5. Bangun di waktu yang sama setiap hari: Konsistensi membentuk ritme alami tubuh.

Masihkah Bangun Pagi Dianggap Biasa?

Bangun pagi bukanlah sekadar pilihan gaya hidup atau kebiasaan warisan nenek moyang. Ini adalah kebutuhan dasar tubuh dan jiwa yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan ajaran agama. Manfaatnya sangat luas, mulai dari peningkatan fokus, produktivitas, suasana hati yang positif, hingga spiritualitas yang mendalam.

Jika kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan hidup adalah tujuan, maka bangun pagi adalah salah satu langkah paling realistis dan mudah untuk mencapainya. Dunia mungkin semakin sibuk dan bergeser ke arah malam, tetapi manfaat pagi tidak pernah berubah: ia tetap menjadi waktu paling berharga yang bisa dimiliki manusia.

Biodata Penulis:

Aretha Nasywa Ardhani saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, jurusan Ilmu Lingkungan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.