Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Melihat Mimpi di Balik Layar: Pandangan Guru BK terhadap Siswa yang Berambisi Sukses di Dunia Esport

Fenomena siswa yang bercita-cita menjadi atlet esport menantang peran guru BK untuk lebih adaptif. Bagaimana menyikapi cita-cita nonkonvensional ...

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi, dunia pendidikan mengalami tantangan baru. Salah satunya adalah bagaimana menghadapi fenomena siswa yang bercita-cita menjadi profesional di bidang esport (electronic sport). Esport bukan sekadar permainan digital, melainkan telah menjadi cabang olahraga kompetitif yang diakui secara nasional maupun internasional, bahkan dipertandingkan dalam ajang sekelas SEA Games dan Asian Games.

Sebagai guru Bimbingan dan Konseling (BK), fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan: bagaimana kita menyikapi siswa yang memiliki cita-cita di luar jalur akademik konvensional? Apakah dunia esport layak didukung sebagai pilihan karier? Bagaimana cara membantu siswa merencanakannya dengan bijak?

Esport: Hobi atau Masa Depan?

Bagi sebagian besar generasi muda, esport telah menjadi bagian dari keseharian. Mereka tidak hanya bermain, tetapi juga mengikuti turnamen, menonton streamer di platform digital, dan memiliki idola seperti atlet profesional. Hal ini membuat esport bukan lagi sekadar hiburan, tetapi identitas dan aspirasi.

Pandangan Guru BK terhadap Siswa yang Berambisi Sukses di Dunia Esport
Sumber: Unsplash | @onurbinay

Bagi guru BK, penting untuk memandang hal ini sebagai cermin dari perkembangan zaman. Dunia kerja telah berubah. Dulu, karier dianggap hanya terbatas pada profesi seperti dokter, guru, atau PNS. Kini, dunia digital membuka jalan bagi profesi baru seperti pro-player, shoutcaster, game analyst, coach esport, streamer, hingga manajer tim.

Tantangan Guru BK dalam Menyikapi Cita-cita Esport

Meski begitu, tak dapat dipungkiri bahwa banyak guru BK masih merasa ambivalen terhadap cita-cita siswa di bidang esport. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini:

1. Kurangnya Pengetahuan tentang Industri Esport

Sebagai profesi baru, masih banyak guru BK yang belum mendapatkan pelatihan atau literatur memadai tentang karier di bidang esport. Akibatnya, penilaian yang diberikan cenderung berdasarkan asumsi pribadi, bukan pada data dan fakta karier yang objektif.

2. Stigma Negatif terhadap Game

Permainan video sering dikaitkan dengan kecanduan, malas belajar, hingga pergaulan bebas. Ini membuat guru BK (dan juga guru lain) waspada berlebihan, dan bisa saja langsung menolak cita-cita siswa sebelum memahami konteksnya.

3. Kekhawatiran akan Keamanan dan Stabilitas Karier

Dunia esport dikenal penuh persaingan dan usia produktif pemain pro cenderung pendek. Banyak guru BK khawatir siswa terlalu cepat mengambil keputusan tanpa rencana cadangan. Mereka takut siswa hanya “ikut-ikutan tren” dan mengabaikan pendidikan formal.

Peran Strategis Guru BK: Menjadi Pendamping, Bukan Penghakim

Dalam konteks inilah peran guru BK sangat vital. Alih-alih menjadi penghakim atas pilihan siswa, guru BK perlu menjadi fasilitator karier yang membuka ruang eksplorasi.

1. Membantu Siswa Mengenal Diri dan Potensinya

Melalui asesmen minat dan bakat, guru BK bisa membantu siswa memahami apakah esport adalah panggilan yang sesuai dengan kepribadian, keterampilan, dan nilai hidupnya.

2. Mendorong Perencanaan Karier yang Terstruktur

Guru BK bisa mengarahkan siswa untuk membuat rencana jangka pendek dan panjang. Misalnya:

    • Mengikuti pelatihan esport profesional
    • Menjaga keseimbangan antara latihan dan akademik
    • Membuat portofolio digital (streaming, konten, turnamen)
    • Melanjutkan kuliah di bidang teknologi, komunikasi, atau manajemen olahraga

3. Mengembangkan Literasi Karier Alternatif

Guru BK juga bisa mengajak sekolah untuk mengadakan seminar, menghadirkan alumni atau profesional dari dunia digital, dan menulis modul tentang karier non-konvensional.

4. Menjadi Jembatan Komunikasi dengan Orang Tua

Guru BK dapat membantu mengkomunikasikan aspirasi ini dengan pendekatan yang rasional dan empatik, serta memberikan informasi akurat kepada keluarga.

Refleksi: Mengapa Ini Penting?

Guru BK bukan hanya bertugas mendisiplinkan atau mengatur siswa. BK adalah ruang tumbuh yang menerima keberagaman mimpi. Dunia telah berubah. Dunia kerja dan karier juga berubah. Jika pendidikan ingin tetap relevan, maka pandangan kita terhadap cita-cita siswa juga harus ikut berubah.

Mendukung siswa yang ingin sukses di dunia esport bukan berarti membenarkan semua pilihan mereka secara membabi buta. Justru peran BK adalah memastikan bahwa pilihan itu didasari oleh kesadaran, pengetahuan, dan kesiapan diri.

Fenomena siswa yang bercita-cita sukses di dunia esport seharusnya menjadi momentum refleksi bagi profesi Bimbingan dan Konseling. Di satu sisi, kita ditantang untuk memperbarui wawasan, membuka pikiran, dan keluar dari zona nyaman. Di sisi lain, kita juga dituntut untuk tetap berpijak pada nilai-nilai konseling: empati, kejujuran, dan pemberdayaan.

Mimpi siswa, sekecil apapun itu bagi kita, bisa jadi adalah masa depan besar bagi mereka. Mari kita hadir bukan sebagai penjaga gerbang masa depan mereka, tetapi sebagai pendamping setia dalam setiap langkahnya.

Biodata Penulis:

Reza Hakim Muhammad saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.