Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Usaha Sampingan dalam Ragam Kegiatan: Cerita Mahasiswa Mengajar Les Sambil Kuliah

Pernah bayangin kuliah sambil ngajar les privat? Banyak mahasiswa serba bisa yang melakukannya demi mandiri secara finansial dan akademik.

Di balik dinding kampus yang ramai dengan diskusi, presentasi, dan tugas kuliah, ada sosok-sosok tangguh yang tidak hanya duduk di bangku perkuliahan, tapi juga menyempatkan diri menjadi pengajar les privat. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa serba bisa yang menjalani peran ganda demi masa depan dan kemandirian. Di tengah kebutuhan hidup yang kian kompleks, banyak mahasiswa memilih untuk bekerja sambil kuliah. Salah satu pekerjaan yang banyak diminati adalah menjadi guru les privat. Kenapa? Karena pekerjaan ini relatif fleksibel. Mahasiswa bisa menentukan sendiri jadwal mengajar, menyesuaikannya dengan agenda kuliah yang padat.

Usaha Sampingan dalam Ragam Kegiatan

Mengajar juga menjadi cara cerdas untuk tetap berada di dunia akademik. Bagi mahasiswa jurusan eksakta, mengajar anak SMP adalah bentuk pengulangan yang memperkuat pemahaman materi. Bagi mahasiswa jurusan sosial atau bahasa, ini adalah ajang mengasah kemampuan menjelaskan dengan logis dan komunikatif. Tak hanya itu, les privat juga menawarkan penghasilan yang cukup menjanjikan. Dibanding kerja paruh waktu lainnya, satu sesi les bisa bernilai lebih tinggi. Ini membuat banyak mahasiswa bisa tetap fokus kuliah tanpa harus bekerja berjam-jam seperti di tempat lain.

Dua Dunia, Satu Tujuan

Menjalani dua peran sekaligus bukan hal mudah. Di pagi hari mereka kuliah, berpindah kelas, menghadapi dosen, dan mengejar tugas. Sore atau malamnya, mereka berubah menjadi pengajar: membawa modul, menjelaskan materi, memotivasi murid, dan menyusun strategi belajar yang sesuai. Keseharian seperti ini membuat jadwal mereka padat. Namun, justru dari sini mereka belajar manajemen waktu, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Tak sedikit mahasiswa yang bahkan mengaku lebih fokus dan produktif setelah mulai mengajar, karena waktunya benar-benar dimanfaatkan dengan efektif. Meski lelah, banyak dari mereka tetap bertahan karena percaya bahwa apa yang dilakukan saat ini adalah investasi masa depan. Ada juga yang mengembangkan jaringan dari wali murid, bahkan mendapat tawaran kerja setelah lulus dari sana.

Manfaat yang Tak Didapat di Bangku Kuliah

Menjadi guru les bukan hanya tentang menambah penghasilan. Ini juga tentang melatih kemampuan komunikasi, kesabaran, dan empati. Mahasiswa yang mengajar akan terbiasa menghadapi karakter murid yang beragam, dari yang pemalu hingga yang aktif. Hal ini melatih mereka menjadi lebih fleksibel dan dewasa. Secara akademik, mengajar membantu mereka menguasai materi lebih baik. Pepatah “belajar terbaik adalah dengan mengajar” memang terbukti. Mereka dituntut memahami materi dengan mendalam agar bisa menjelaskannya secara sederhana. Secara mental dan emosional, melihat murid berhasil memahami pelajaran dan meningkat nilainya bisa menjadi sumber kepuasan yang besar. Ada perasaan bangga dan senang yang tak bisa diukur dengan angka.

Tentu tidak semua berjalan mulus. Menghadapi kelelahan, stres karena tugas kuliah yang menumpuk, dan jadwal les yang padat adalah hal yang lumrah. Tidak jarang pula mereka harus menolak undangan nongkrong atau kegiatan kampus demi memenuhi janji les. Kuncinya ada pada manajemen waktu dan komunikasi. Mahasiswa yang berhasil menjalani keduanya biasanya punya jadwal yang jelas, tahu kapan harus fokus kuliah dan kapan mengajar. Mereka juga tidak segan untuk istirahat saat tubuh butuh jeda.

Mahasiswa Serba Bisa Itu Nyata

Fenomena mahasiswa yang kuliah pagi dan mengajar sore bukan sekadar tren, tapi bentuk nyata dari semangat belajar, bekerja, dan berbagi. Mereka menunjukkan bahwa usia muda bukan halangan untuk bertanggung jawab, dan kesibukan bukan alasan untuk berhenti berkembang. Di tangan mereka, ilmu bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga dibagikan. Dan di balik setiap sesi les, terselip harapan, kerja keras, dan impian yang terus tumbuh.

Mahasiswa serba bisa ini nyata adanya. Mereka bukan superhero, tapi mereka tahu cara memaksimalkan waktu dan peluang. Mereka kuliah untuk masa depan, mengajar untuk berbagi, dan bekerja bukan semata karena butuh uang, tapi karena ingin mandiri.

Biodata Penulis:

Reza Nur Latifah, lahir pada tanggal 24 Februari 2007 di Sragen, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret. Penulis bisa disapa di Instagram @rzaltfh

© Sepenuhnya. All rights reserved.