Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Syair Mencari Ibu Bapa (Karya Raja Ali Haji)

Syair Mencari Ibu Bapa menegaskan bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang penuh ujian, tetapi dengan kesabaran, kebaikan, dan pertolongan Tuhan, ...

Syair Mencari Ibu Bapa


Kata orang yang menceritakan
Tersebutlah khabar tuan syeh di hutan
Duduk memeliharakan puteranya sultan
Abdul Gani konon dinamakan

Tujuh tahun sampailah umurnya
Berkhabarlah tuan syeh kepada dianya
Pesan Rafiah yaitu bundanya
Minta suruhkan mencari dianya

Abdul Gani mendengarkan cerita
Ia pun segera menjawab kata
Apakah namanya ayah bunda beta
Sekarang di mana tempatnya nyata

Berkatalah tuan syeh yang berilmu
Abdul Gani ketahui olehmu
Sitti Rafiah nama bundamu
Abdul Muluk nama ayahmu

Di negeri Hindi sekarang ia
Pergilah engkau dapatkan dia
Dengan tolong Tuhan yang kaya
Lepas daripada sekalian bahaya

Berjalanlah engkau esok pagi
Turutkan mana kehendak kaki
Berserah kepada Tuhan yang baki
Sampailah ke tempat yang dikehendaki

Tiadalah hamba panjangkan kalam
Setelah hari sudahlah malam
Tuan syeh sembahyang sempurna salam
Lalu tidur di atas tilam

Isteri tuan syeh yang handalan
Dua beranak membuat perbekalan
Setelah sudah masak sekalian
Ia pun tidur berkaparan

Setelah fajar sudahlah nyata
Bangun sembahyang tuan pendeta
Abdul Gani samalah serta
Anak dan isteri sekalian rata

Telah siang sudahlah hari
Kepada tuan syeh kanak-kanak berperi
Bersamalah serta mencium jari
Hendak bermohon begini hari

Syeh berkata mencium kepala
Pergilah cucuku yang terala
Kuserahkan kepada hak Ta'ala
Lepas daripada bahaya dan bala

Mak dayang menangis seraya berkata
Dipeluk dicium kanak-kanak tu rata
Pergilah cucuku emas juita
Selamat sempurna mendapat tahta

Sudah bermohon pada datuk angkatnya
Lalulah turun dari rumahnya
Menurutkan mana sekehendak kakinya
Ke dalam hutan sampailah dianya

Beberapa hari budak yang sakti
Menurutkan mana sekehendak hati
Ke sebuah negeri sampailah pasti
Lalu di situ ia berhenti

Orang kedai datang menerpa
Dengan sukanya ia menyapa
Ayuhai budak yang baik rupa
Engkau ini anak siapa

Abdul Gani menjawab dengan perlahan
Ibu bapa hamba berceraian
Khabarnya ada di negeri Hindustan
Inilah hamba hendak mendapatkan

Ayuhai ibuku hamba bertanya
Negeri ini apa namanya
Mereka menjawab dengan sebenarnya
Barham tuan negeri namanya

Jika hendak ke negeri Hindi
Tidak berapa jauhnya lagi
Sepuluh hari berjalan kaki
Orang di sini selalu pergi

Berkata laki-laki seorang
Jikalau engkau hendak menumpang
Aku ni berjalan petang sekarang
Ke negeri Hindi pergi berdagang

Jika anakku hendak beserta
Petang sekarang bersamalah kita
Abdul Gani menjawab kata
Baiklah bapak pergilah beta

Setelah sudah berperi-peri
Hingga petang sudahlah hari
Lalu berjalan laki-laki jauhari
Serta Abdul Gani bestari

Beberapa hari ia berjalan
Sampailah sudah ke negeri Hindustan
Hari malam tiada ke lihatan
Tidurlah pada tempat perhentian

Setelah hari sudahlah siang
Laki-laki jauhari pepundinya hilang
Marahnya bukan alang kepalang
Siapa mencuri gerangan jembalang

Ia bertanya kepada tolan
Siapa bangun semalam tuan
Mereka menjawab perlahan-lahan
Abdul Gani nampak kelihatan

Abdul Gani nampak kelihatannya
Sungguh bangun semalam beta
Wallahi tiada mencuri harta
Pergi ke sungai juga semata

Laki-laki marah terlalu sangat
Janganlah banyak katamu laknat
Tolanku sekalian orang amanat
Baiklah pulangkan hartaku bangat

Dimanakah tempatnya engkau sembunyikan
Baiklah segera engkau tunjukkan
Jikalau tidak engkau pulangkan
Niscaya merasa engkau kuderakan

Abdul Gani menjawab kata
Sambil terhambur airnya mata
Rabbul'alamin saksinya beta
Mengambil itu tidak semata

Laki-laki itu marah terlalu
Abdul Gani hendak dipalu
Tendang terjang bertalu-talu
Segala yang melihat belas dan pilu

Abdul Gani budak yang pokta
Jeritnya tidak lagi menderita
Sambil menangis ia berkata
Lepaskan juga dahulu beta

Biarlah hamba pergi berjalan
Masuk ke dalam negeri Hindustan
Jikalau ada orang yang kasihan
Dibayarnya hamba mudah-mudahan

Lalu berkata seorang tolannya
Cobalah tuan lepaskan dianya
Kalau-kalau sungguh bagai katanya
Dipalu pun tiada apa gunanya

Laki-laki itu pula berkata
Berjalanlah engkau akupun serta
Jika tak sungguh bagai dikata
Aku palu juga engkau semata

Abdul Gani lalu berjalan
Dengan air mata berhamburan
Sakit sungguh rasaku tuan
Dipalu orang tiada berketahuan

Seketika berjalan bertemulah ia
Dengan mengisar gandum orang bahagia
Dilihatnya budak rupanya mulia
Pada laki-laki itu bertanyalah ia

Hai laki-laki yang berdagang
Apakah dosanya budak nin gerang
Laki-laki menyahut lakunya berang
Ia nin mencuri hartanya orang

Abdul Gani budak bestari
Pada tukang gandum merendahkan diri
Dipeluknya kaki diciumnya jari
Ambillah beta tuan ajari

Tukang gandum terlalu kasihan
Air matanya berhamburan
Ia bertanya dengan perlahan
Pada laki-laki yang kecurian

Saudaraku jangan marahkan beta
Hamba nin hendak bertanyakan warta
Sudahkah sah dengannya nyata
Budak ini mencuri harta

Laki-laki menjawab lakunya berang
Sungguh pun tidak nyata dipandang
Yang bangun semalam ia seorang
Serta menengok pepundi hilang

Abdul Gani pula bersabda
Kepada tukang gandum yang syahda
Sungguhpun bangun semalam ayahanda
Tempat pepundi tabu pun tiada

Entah pun ditinggalkan kepada bininya
Inilah orang sejahat-jahatnya
Orang tiada mencuri dipukulnya
Sekonyong-konyong orang dituduhnya

Demi didengar laki-laki yang tengkar
Dianya marah misainya mengkar
Bangkit berdiri hendak mencakar
Kata tukang gandum segeralah sabar

Tukang kisar lalu berkata
Saudagar jangan berkecil cita
Atas hambalah membayar harta
Budak tinggalkan kepada beta

Oleh tukang kisar dibayarnya
Kepada laki-laki itu diberikannya
Disambut jauhari dengan sukanya
Berjalan pulang dengan segeranya

Sudah pulang laki-laki jauhari
Tukang kisar lalu berperi
Naik ke rumah anakku mari
Janganlah tuan takut dan ngeri

Pulang ke rumahnya tukang yang pokta
Abdul Gani dibawanya serta
Kepadanya isterinya ia berkata
Dapatlah anak sekarang kita

Tidaklah hamba panjangkan peri
Sukalah tukang laki isteri
Beroleh budak wajah berseri
Iapun tiada anak sendiri

Tukang gandum bertanya perlahan
Abdul Gani usul pilihan
Di manakah tempat ibu bapa tuan
Datang kemari apalah pekerjaan

Abdul Gani menjawab kata
Sebab pun kemari datang beta
Disuruh oleh seorang pendeta
Mencari ibu bapa di sinilah nyata

Tukang gandum sebagai bertanya
Ibu bapak tuan siapa namanya
Jikalau ada di sini dianya
Boleh bapa tolong mencarinya

Abdul Gani budak yang elok
Ia berkata serta tunduk
Sedap manis tiada bertolok
Nama bapa hamba yaitu Abdul Muluk

Sitti Rafiah namanya bunda
Dikhabarkan orang di sini dia
Tukang gandum mendengarkan sabda
Berdebar lenyap di dalam dada

Tukang berpikir seorang diri
Di mana dapat hendak dicari
Nama begitu di dalam negeri
Hanyalah sultan dua laki isteri

Hendak kukatakan putera sultan
Tiada kudengar khabar perkataan
Tetapi kulihat tingkah kelakuan
Budak ini asal orang pilihan

Barang apapun kulihat segala
Kebesaran Tuhan Azza wajalla
Jikalau sungguh asal kemala
Masakan cahayanya tiada bernyala

Setelah sudah dipikirkan
Duduklah ia minum dan makan
Abdul Gani dipeliharakan
Seperti anak yang dijadikan

Sumber: Syair Abdul Muluk (1847)

Analisis Puisi:

Raja Ali Haji, pujangga besar Melayu abad ke-19, banyak menghasilkan karya yang mengandung nilai moral, religius, serta gambaran budaya masyarakat Melayu. Salah satunya adalah Syair Abdul Muluk, sebuah kisah epik yang tidak hanya menuturkan kepahlawanan tetapi juga konflik keluarga, pengorbanan, dan perjalanan hidup penuh ujian.

Bagian "Syair Mencari Ibu Bapa" menjadi salah satu episode menarik karena menghadirkan tokoh baru, yakni Abdul Gani, putera Abdul Muluk dan Sitti Rafiah yang sejak kecil terpisah dari orang tuanya. Episode ini sarat nilai moral, religius, dan sosial yang mencerminkan pandangan dunia Melayu-Islam.

Ringkasan Isi Syair

Syair ini dimulai dengan kisah Abdul Gani yang dipelihara oleh seorang syeh di hutan sejak bayi. Setelah berusia tujuh tahun, sang syeh menyampaikan pesan bahwa ibu bapanya masih hidup, bernama Abdul Muluk dan Sitti Rafiah, yang kini berada di negeri Hindustan.

Dengan restu dan doa dari syeh serta istrinya, Abdul Gani berangkat mencari ibu bapanya. Dalam perjalanan, ia menumpang dengan seorang pedagang menuju Hindustan. Namun, malang menimpa: ia difitnah mencuri harta pedagang tersebut dan disiksa dengan kejam.

Dalam keadaan teraniaya, Abdul Gani tetap sabar, bersumpah tidak bersalah, bahkan memohon agar dilepaskan untuk melanjutkan pencarian orang tuanya. Akhirnya, seorang tukang gandum merasa iba, menebus tuduhan dengan membayar ganti rugi, dan membawa Abdul Gani ke rumahnya. Tukang gandum serta istrinya kemudian merawat Abdul Gani seperti anak sendiri, meskipun mereka sadar ada tanda-tanda kebangsawanan pada diri anak itu.

Tema

  1. Pencarian Identitas dan Asal-usul: Tema utama syair ini adalah pencarian jati diri Abdul Gani. Ia tidak hanya mencari ibu bapanya secara fisik, tetapi juga mencari asal-usul, kedudukan, dan identitas dirinya. Pencarian ini mencerminkan nilai pentingnya garis keturunan dalam budaya Melayu.
  2. Kesabaran dan Ketabahan dalam Ujian: Abdul Gani difitnah, dipukul, bahkan ditendang meski tidak bersalah. Namun, ia tetap sabar, menangis hanya karena sakit dan rindu, bukan karena menyerah. Pesan moralnya jelas: kesabaran adalah kunci menghadapi fitnah dan ujian hidup.
  3. Pertolongan dan Solidaritas Sosial: Tokoh tukang gandum dan istrinya menggambarkan nilai gotong royong dan kasih sayang. Mereka berani menanggung kerugian demi menolong seorang anak kecil yang difitnah. Hal ini menegaskan pentingnya welas asih dan solidaritas dalam budaya Melayu-Islam.
  4. Takdir dan Perlindungan Tuhan: Sejak awal, syeh menekankan agar Abdul Gani menyerahkan diri kepada Tuhan dalam perjalanannya. Meski mendapat fitnah, ia akhirnya bertemu orang baik yang melindunginya. Ini menggambarkan keyakinan bahwa takdir Allah akan melindungi orang yang benar dan sabar.

Struktur dan Bahasa

Bentuk Syair

Syair ini tetap memakai pola rima a-a-a-a dengan larik empat baris setiap bait, sesuai dengan konvensi syair klasik Melayu.

Bahasa Religius

Beberapa ungkapan menegaskan nilai Islam, seperti "Rabbul ‘alamin saksinya beta", doa syeh, dan penyerahan diri kepada Tuhan.

Penggambaran Emosional

Bahasa syair penuh ekspresi:

    • Tangisan Abdul Gani ketika dipukul,
    • Rasa iba tukang gandum yang meneteskan air mata,
    • Kasih sayang mak dayang yang menangis melepas Abdul Gani.

Simbolisme

    • Perjalanan Abdul Gani melambangkan perjalanan manusia mencari jati diri.
    • Fitnah pencurian adalah ujian hidup yang harus dihadapi dengan kesabaran.
    • Pertolongan tukang gandum menjadi simbol rahmat Allah yang datang melalui manusia baik.

Nilai Moral dan Budaya

  • Kesabaran dan Tawakal: Abdul Gani menunjukkan akhlak mulia: tidak membalas fitnah dengan kebencian, melainkan dengan sabar dan doa.
  • Kedudukan Anak dalam Budaya Melayu: Syair ini menegaskan pentingnya nasab. Meskipun terlunta-lunta, Abdul Gani tetap dihormati karena ciri-ciri kebangsawanannya terpancar.
  • Kebaikan Sosial: Tukang gandum dan istrinya menjadi teladan bahwa siapa pun, meski bukan orang kaya atau bangsawan, bisa menjadi perantara kebaikan dengan menolong sesama.
  • Kebenaran Akan Terungkap: Meski difitnah, Abdul Gani akhirnya terbebas berkat bantuan orang baik. Pesan ini sesuai dengan falsafah Melayu: “Yang benar takkan hilang, yang salah takkan menang.”

"Syair Mencari Ibu Bapa" menghadirkan kisah penuh nilai moral tentang perjalanan Abdul Gani mencari orang tuanya. Episode ini tidak hanya menegangkan, tetapi juga menyentuh karena memadukan pencarian jati diri, ketabahan menghadapi fitnah, pentingnya solidaritas sosial, serta keyakinan kepada takdir Allah.

Raja Ali Haji melalui syair ini ingin menegaskan bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang penuh ujian, tetapi dengan kesabaran, kebaikan, dan pertolongan Tuhan, manusia akan menemukan jalan pulang kepada asal-usul dan kebenaran.

Raja Ali Haji
Puisi: Syair Mencari Ibu Bapa
Karya: Raja Ali Haji

Biodata Penulis:

Raja Ali Haji (nama pena dari Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad) adalah seorang ulama, sekaligus pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.

© Sepenuhnya. All rights reserved.