Puisi: Syair Rafiah Menunjukkan Diri (Karya Raja Ali Haji)

Syair Rafiah Menunjukkan Diri

Sumber: Syair Abdul Muluk (1847)

Analisis Puisi:

Raja Ali Haji, sastrawan besar abad ke-19, meninggalkan karya epik berjudul Syair Abdul Muluk yang memuat kisah kepahlawanan, politik, cinta, dan pergulatan batin para tokohnya. Salah satu episode penting dalam karya ini adalah “Syair Rafiah Menunjukkan Diri”, yaitu bagian ketika identitas Sultan Duri ternyata terbongkar: ia bukan laki-laki, melainkan Sitti Rafiah, isteri Abdul Muluk yang lama terpisah darinya. Episode ini sarat makna, baik dari sisi naratif, simbolik, maupun budaya Melayu klasik.

Ringkasan Isi Syair

Syair ini dimulai dengan adegan Sultan Duri berbincang dengan Sultan Barbari (Abdul Muluk) dan Sitti Rahmah. Abdul Muluk, yang sejak awal merasa curiga, menatap Duri berulang kali karena parasnya mengingatkan pada isterinya, Rafiah. Namun, ia ragu sebab Rafiah diyakini telah meninggal.

Melalui percakapan penuh sindiran, akhirnya Sultan Duri membuka rahasianya dengan melepaskan pakaian dan mengurai rambutnya. Ternyata, Duri adalah Sitti Rafiah. Peristiwa ini menimbulkan kegembiraan besar: Abdul Muluk, Rafiah, dan Rahmah saling berpelukan dan menangis bahagia.

Rafiah lalu menceritakan kisah penderitaannya selama melarikan diri dari musuh dan bagaimana ia menyamar sebagai Sultan Duri untuk mempertahankan harga diri. Pertemuan ini juga disaksikan oleh Sultan Jamaluddin dan para menteri, yang tercengang sekaligus tertawa karena selama ini tak menyadari penyamaran Rafiah.

Akhir syair memperlihatkan bagaimana kebahagiaan keluarga Abdul Muluk semakin lengkap, sekaligus meneguhkan kedudukannya sebagai sultan yang sah di Hindustan.

Tema

1. Identitas Tersembunyi dan Penyingkapan

Tema utama syair ini adalah penyingkapan identitas Rafiah. Penyamaran sebagai Sultan Duri menggambarkan strategi bertahan hidup sekaligus simbol keteguhan perempuan bangsawan dalam menghadapi krisis. Saat akhirnya menampakkan diri, momen itu menjadi klimaks emosional sekaligus transisi politik.

2. Kesetiaan Perempuan Melayu

Rafiah digambarkan sebagai isteri setia yang rela menderita, menyamar, bahkan menanggung risiko besar demi keselamatan diri dan kehormatan suaminya. Kesetiaan Rafiah menjadi cermin nilai perempuan Melayu klasik: tabah, taat, dan setia hingga akhir.

3. Penyatuan Keluarga sebagai Puncak Bahagia

Pertemuan Rafiah dengan Abdul Muluk bukan hanya reuni suami-isteri, tetapi juga melengkapi struktur keluarga kerajaan. Kehadiran tiga tokoh perempuan (Rafiah, Rahmah, dan Rahah) menunjukkan model keseimbangan rumah tangga bangsawan, di mana kasih sayang, ketaatan, dan solidaritas perempuan menopang kekuasaan laki-laki.

4. Legitimasi Politik melalui Pengakuan

Dengan tampilnya Rafiah, Abdul Muluk semakin kuat secara politik. Identitas isterinya yang terhormat diakui oleh Jamaluddin dan para menteri, sehingga kedudukan Abdul Muluk sebagai sultan Hindustan makin tak tergoyahkan.

Struktur dan Bahasa

Bentuk Syair

Syair tetap disusun dengan pola a-a-a-a, sesuai kaidah klasik. Pola ini memudahkan pembacaan lisan dan menegaskan sifat syair sebagai medium penceritaan yang berirama.

Bahasa dan Gaya

• Penggambaran visual: Rambut panjang Rafiah yang diurai menjadi simbol penyingkapan identitas.
• Bahasa emosional: Tangisan dan sujud menghadirkan nuansa dramatik dan menyentuh.
• Sindir-menyindir: Dialog Duri dan Abdul Muluk penuh sindiran sebelum rahasia terbongkar.

Simbolisme

• Rambut panjang: lambang kewanitaan dan jati diri yang tak bisa dipadamkan meski disembunyikan.
• Tangisan bersama: simbol rekonsiliasi, kasih sayang, dan penyatuan keluarga.

Konteks Budaya dan Sejarah

Dalam tradisi Melayu, perempuan sering diposisikan sebagai penopang moral dan kehormatan keluarga. Kisah Rafiah memperlihatkan bahwa perempuan tidak hanya pasif, melainkan bisa aktif bertahan hidup dengan cara cerdik (menyamar sebagai raja). Namun, pada akhirnya ia kembali ke posisi tradisionalnya sebagai isteri, penopang suami, dan ibu rumah tangga.

Selain itu, syair ini menunjukkan bagaimana kekuatan politik dalam budaya Melayu selalu terkait erat dengan legitimasi keluarga. Dengan kembalinya Rafiah, Abdul Muluk bukan hanya menang secara emosional, tetapi juga memperoleh legitimasi simbolik sebagai pemimpin sah.

Pesan Moral

• Kesetiaan dan ketabahan adalah sifat utama yang harus dimiliki perempuan dalam menghadapi ujian hidup.
• Penyatuan keluarga dipandang sebagai puncak kebahagiaan, bahkan melebihi kekayaan atau kekuasaan.
• Identitas sejati tidak bisa disembunyikan selamanya – pada akhirnya akan terbongkar oleh kebenaran.
• Legitimasi politik dalam tradisi Melayu bertumpu pada kehormatan pribadi dan keluarga.

"Syair Rafiah Menunjukkan Diri" adalah bagian penting dalam Syair Abdul Muluk karena menghadirkan momen klimaks berupa terungkapnya penyamaran Rafiah. Syair ini memadukan drama emosional (pertemuan kembali suami-isteri), pesan moral (kesetiaan, tabah, dan jujur), serta makna politik (legitimasi kekuasaan).

Dengan bahasa puitis, Raja Ali Haji berhasil menghadirkan gambaran yang kaya: seorang perempuan yang cerdas dan tabah, seorang suami yang akhirnya menemukan kembali cinta sejatinya, serta masyarakat yang belajar tentang nilai kesetiaan, adat, dan legitimasi dalam kehidupan berkerajaan Melayu.

Puisi: Syair Rafiah Menunjukkan Diri

Karya: Raja Ali Haji

Biodata Penulis:

Raja Ali Haji (nama pena dari Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad) adalah seorang ulama, sekaligus pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.