Matematika adalah salah satu pelajaran dasar yang sangat penting dalam pendidikan di sekolah dasar. Namun sering kali materi matematika, terutama pecahan, menjadi momok bagi siswa karena sifatnya yang abstrak dan sulit divisualisasikan. Banyak siswa yang hanya menghafal aturan dan rumus tanpa benar benar memahami makna dari pecahan itu sendiri. Hal ini diamini oleh penelitian bahwa siswa cenderung “menghafal prosedur tanpa memahami makna esensialnya” dalam materi pecahan (Jurnal P4I, 2023).
Pentingnya pengajaran pecahan secara mendalam juga ditegaskan dalam panduan pendidikan: menurut Robert S. Siegler dkk. dalam The Importance of Fractions Instruction, “anak-anak mulai mempelajari gagasan umum tentang pecahan seperti apa arti pembilang dan penyebut ketika mereka diajarkan secara bertahap dari kelas dua sampai keempat” (IES, 2010). Pemahaman awal ini sangat krusial, karena jika konsep pecahan tidak dikuasai di tingkat dasar, siswa akan mengalami kesulitan dalam matematika lanjut seperti aljabar, proporsi, dan rasio.
Lebih lanjut, penelitian pendidikan menyatakan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran yang kontekstual atau realistis sangat membantu siswa dalam memahami pecahan.
Sebagai contoh, pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) memungkinkan siswa menjembatani konsep abstrak dan pengalaman sehari-hari sehingga pemahaman menjadi lebih bermakna (ResearchGate, 2021). Dalam konteks ini, penggunaan media nyata -- seperti permainan kue, replika kue kertas, atau bagian-bagian kue -- dapat memperkuat pengalaman konkret siswa terhadap konsep “bagian dari keseluruhan.”
Melalui permainan kue, guru dapat memperkenalkan pecahan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Guru menyiapkan kue (asli, karton, atau replika) yang bisa dipotong menjadi bagian sama besar. Siswa diajak bermain: satu potong dari empat bagian disebut 1/4, dua potong disebut 2/4 atau 1/2, dan seterusnya. Kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan permainan berbagi kue antar siswa.
Konsep matematika yang diperoleh antara lain: pecahan sebagai bagian dari keseluruhan, pecahan senilai, perbandingan pecahan, dan penjumlahan sederhana pecahan dengan penyebut sama.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan manipulatif (benda nyata untuk manipulasi) efektif meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pecahan (Scholar UMW, 2020).
Selain itu, panduan Developing Effective Fractions Instruction (IES, 2010) juga merekomendasikan agar guru membangun pemahaman pecahan dari pengalaman informal berbagi makanan sebelum masuk ke rumus formal. Dengan demikian, metode permainan kue sejalan dengan pendekatan ilmiah dalam pendidikan matematika modern.
Pembelajaran pecahan tidak harus abstrak dan membosankan. Dengan metode sederhana seperti permainan kue, guru dapat menjembatani dunia nyata dengan konsep matematika. Geoff White menegaskan: “Teach mathematics … make it visual, make it concrete, not dependent on meaningless, abstract symbols” (Denise Gaskins, 2018).
Artinya, guru perlu menghadirkan matematika yang nyata, bisa dilihat, disentuh, dan dipahami siswa melalui pengalaman sehari-hari. Permainan kue adalah salah satu cara sederhana untuk mewujudkannya.
Belajar pecahan sering kali menjadi tantangan bagi siswa sekolah dasar karena sifatnya yang abstrak. Namun, melalui permainan kue, konsep pecahan dapat disajikan dengan cara yang konkret, sederhana, dan menyenangkan. Aktivitas ini membantu siswa memahami konsep pecahan sekaligus menumbuhkan nilai berbagi, kerja sama, dan berpikir logis.
Dengan memanfaatkan media sederhana, guru tidak hanya mengajar angka, tetapi juga makna di balik angka tersebut. Pada akhirnya, matematika bukan lagi pelajaran menakutkan, melainkan pelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Inilah kekuatan permainan kue: sederhana, nyata, dan mampu mengubah matematika menjadi sahabat bagi anak-anak.
Biodata Penulis:
Vinna Novitasari saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.