Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Implementasi Metode Pengelompokan untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas VII SMP Yos Sudarso Sidoarjo dalam Menyusun Kalimat Simple Present Tense

Mari telusuri bagaimana Dr. Edy Suseno menerapkan Metode Pengelompokan untuk membantu siswa SMP menguasai Simple Present Tense dengan lebih mudah.
Dr Edy Suseno, S.Pd., M.Pd.

Tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), merupakan wahana vital bagi akademisi untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan inovasi praktis kepada komunitas pendidikan. Esai ini menyajikan analisis komprehensif atas pelaksanaan PkM oleh Dr. Edy Suseno, seorang dosen senior dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI) IKIP Widya Darma Surabaya, yang berfokus pada penerapan ‘Metode Pengelompokan’ (Grouping Method) untuk mengoptimalkan penguasaan konstruksi kalimat Simple Present Tense pada siswa kelas VII semester ganjil tahun akademik 2025-2026 di SMP Yos Sudarso Sidoarjo. Melalui stratifikasi subjek berdasarkan kebutuhan konjugasi kata kerja (subject-verb agreement), metode ini secara signifikan menyederhanakan aturan tata bahasa yang kompleks, baik untuk kalimat verbal maupun nominal. Hasil observasi dan analisis menunjukkan bahwa pendekatan bertahap dan terstruktur, yang didukung oleh umpan balik instan dan penguatan positif, efektif dalam meminimalisir kesalahan mendasar siswa dan secara konsisten meningkatkan akurasi serta kepercayaan diri mereka dalam berbahasa Inggris.

Pendidikan bahasa Inggris

Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia menghadapi tantangan laten terkait penguasaan tata bahasa, terutama pada level dasar seperti Simple Present Tense. Struktur ini adalah fondasi utama untuk membangun komunikasi sehari-hari, namun sering kali menjadi sumber kebingungan utama, khususnya dalam aspek kesesuaian subjek dan kata kerja (subject-verb agreement). Menyadari urgensi ini, lembaga pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab moral dan fungsional untuk berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah mitra melalui kegiatan PkM.

Dr. Edy Suseno, yang berafiliasi dengan Prodi PBI IKIP Widya Darma Surabaya, telah melaksanakan salah satu tugas PkM yang terstruktur dan terencana di SMP Yos Sudarso Sidoarjo, sebuah institusi pendidikan yang berlokasi strategis di Jl. Monginsidi No.1 Sidoarjo, Sidoklumpuk, Kec. Sidoarjo, Kab. Sidoarjo, di bawah kepemimpinan Ibu Mufid Ikromi, S.Pd. Kegiatan ini berlangsung selama satu semester penuh, menjadikan siswa kelas VII yang baru memulai semester ganjil tahun 2025 sebagai objek utama intervensi pedagogis.

Fokus utama PkM ini adalah “Implementasi Metode Pengelompokan untuk Membantu Siswa Mengembangkan Keterampilan Mereka dalam Menyusun Kalimat Simple Present.” Metode ini didasarkan pada premis bahwa penyederhanaan tata bahasa menjadi kategori yang jelas dan terpisah akan memfasilitasi proses kognitif siswa dalam menginternalisasi aturan yang berlaku. Esai ini bertujuan untuk menganalisis landasan teoretis metode pengelompokan, mendeskripsikan secara rinci tahapan implementasinya, dan mendiskusikan implikasi pedagogisnya terhadap peningkatan keterampilan berbahasa Inggris siswa.

Urgensi Simple Present Tense

Simple Present Tense adalah struktur gramatikal yang digunakan untuk menyatakan kebenaran umum (general truths), kebiasaan (habits), jadwal, dan situasi permanen. Dalam kerangka pengajaran tata bahasa, penguasaannya merupakan prasyarat mutlak sebelum siswa dapat beralih ke tenses yang lebih kompleks. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh pembelajar bahasa Inggris yang berbahasa ibu bahasa Indonesia adalah perbedaan mendasar dalam struktur kalimat, khususnya mengenai konjugasi kata kerja yang tidak ada dalam sistem tata bahasa Indonesia. Kegagalan memahami aturan Simple Present akan berdampak sistemik pada semua konstruksi tata bahasa berikutnya.

Landasan Filosofi Metode Pengelompokan

Metode Pengelompokan dalam konteks ini adalah sebuah strategi kategorisasi yang bertujuan untuk mengurangi beban kognitif siswa. Alih-alih menyajikan aturan tata bahasa secara monolitik, Dr. Edy Suseno memecah aturan subject-verb agreement menjadi unit-unit logis. Pendekatan ini selaras dengan teori belajar kognitif yang menekankan pentingnya organisasi materi pelajaran ke dalam skema mental yang dapat diakses dan diingat dengan mudah (chunking). Dengan mengelompokkan subjek yang memiliki pola kata kerja yang sama, siswa dapat melakukan generalisasi dan memprediksi bentuk kata kerja yang benar secara lebih cepat dan akurat.

Prinsip Subject-Verb Agreement dan Kelompok Subjek

Prinsip subject-verb agreement mensyaratkan bahwa kata kerja harus sesuai dengan subjek dalam hal jumlah (singular atau plural). Dalam Simple Present Tense (kalimat verbal), konjugasi ini terlihat pada penambahan akhiran -s atau -es pada kata kerja ketika subjeknya adalah orang ketiga tunggal (He, She, It, atau kata benda tunggal). Dr. Edy Suseno merumuskan pengelompokan ini menjadi tiga kategori utama, yang secara cerdas mencakup baik kalimat verbal maupun nominal.

Implementasi Metode Pengelompokan dalam Pengabdian Masyarakat

Kegiatan PkM Dr. Edy Suseno di SMP Yos Sudarso Sidoarjo dirancang secara sekuensial dan bertahap selama satu semester, memastikan setiap konsep diserap secara tuntas sebelum melangkah ke materi berikutnya. Penerapan metode pengelompokan ini dibagi menjadi dua fase utama: pengajaran kalimat verbal dan pengajaran kalimat nominal, diikuti dengan fase penguatan terpadu.

Fase I: Pengelompokan Kalimat Verbal (Kelompok A dan B)

Fase pertama berfokus pada struktur kalimat yang melibatkan kata kerja (kalimat verbal). Dr. Edy menyajikan tata bahasa dengan membagi subjek menjadi dua kelompok yang sangat berbeda dalam hal konjugasi kata kerja:

Pengelompokan Struktural

Simple Present

1. Kelompok A (Subjek Plural/Kecuali Orang Ketiga Tunggal): Meliputi subjek I, YOU, WE, THEY, serta subjek jamak.

Aturan: Subjek-subjek ini diikuti oleh kata kerja dasar (base form) atau Verb 1 (V1) tanpa penambahan akhiran apa pun.

2. Kelompok B (Subjek Orang Ketiga Tunggal): Meliputi subjek She, He, It, serta subjek tunggal (contoh: Andy).

Aturan: Subjek-subjek ini diikuti oleh kata kerja yang diberi akhiran -s.

Tahapan Pembelajaran Kalimat Verbal

Penerapan pengajaran dimulai dengan penanaman kosa kata dan struktur dasar:

1. Penanaman Kosa Kata (Vocabulary Drilling): Dr. Edy menuliskan daftar kata kerja dasar beserta terjemahan bahasa Indonesianya di papan tulis (misalnya: eat: makan, drink: minum). Siswa kemudian menirukan pembacaan setiap kata kerja oleh beliau, sebuah proses yang mengintegrasikan keterampilan mendengarkan dan berbicara untuk memperkuat ingatan leksikal.

2. Pemberian Contoh Kalimat Terjemahan (Contextual Translation): Beliau memberikan contoh penerjemahan langsung dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, menyoroti bagaimana pengelompokan subjek memengaruhi bentuk kata kerja:

    • Mereka makan (Kelompok A): They eat
    • Andy minum (Kelompok B, Subjek Tunggal): Andy eats

3. Pengaturan Deferensi Akhiran -es: Secara pedagogis, Dr. Edy memutuskan untuk tidak menerapkan aturan penambahan akhiran -es pada kata kerja Kelompok B di tahap awal. Keputusan ini didasarkan pada prinsip progresivitas kesulitan. Aturan penambahan -es (yang berlaku untuk kata kerja yang berakhiran ch, sh, s, x, z, dan o) akan dibahas kemudian, bersamaan dengan diskusi tentang bentuk jamak kata benda yang berakhiran suara desis, y, dan o. Strategi ini menciptakan koneksi logis antara pluralisasi kata benda dan konjugasi kata kerja, memastikan pemahaman yang lebih dalam dan terintegrasi mengenai pola-pola bahasa.

4. Latihan Terbimbing (Guided Practice): Siswa diminta untuk membentuk kalimat verbal menggunakan Kelompok A dan B berdasarkan latihan yang diberikan, diikuti dengan sesi umpan balik langsung.

Fase II: Pengelompokan Kalimat Nominal (Kelompok C)

Fase kedua berfokus pada kalimat yang tidak menggunakan kata kerja aksi, melainkan menggunakan kata kerja bantu to be (kalimat nominal).

Pengelompokan Struktural

Kalimat Simple Present Tense

1. Kelompok C (To Be Construction): Meliputi kombinasi subjek dan to be yang telah dilekatkan (I am, You are, We are, They are, She is, He is, It is).

Aturan: Subjek dan to be ini diikuti oleh Kata Sifat (Adjective) atau Kata Benda (Noun)/Kata Keterangan (Adverb). Pengelompokan ini menekankan bahwa setelah subjek dan to be dipasangkan, struktur pelengkapnya adalah kategori kata yang berbeda dari kata kerja aksi.

Tahapan Pembelajaran Kalimat Nominal

1. Penanaman Kosa Kata Pelengkap: Dr. Edy menuliskan daftar kata sifat dan kata benda beserta artinya di papan tulis (misalnya: happy: senang, student: murid). Siswa kembali menirukan pembacaan untuk memperkuat kosa kata deskriptif dan pelengkap.

2. Pemberian Contoh Kalimat Nominal: Contoh yang diberikan berfokus pada pasangan subjek-to be dan pelengkapnya:

    • Kamu senang: You are happy
    • Saya seorang murid: I am a student

3. Latihan Terbimbing: Siswa berlatih membentuk kalimat nominal dengan menerapkan Kelompok C menggunakan daftar kata yang tersedia. Tahap ini kembali melibatkan umpan balik individual dan kolektif.

Fase III: Integrasi, Reinforcement, dan Evaluasi

Menyusun Kalimat Simple Present Tense

Setelah kedua jenis kalimat (verbal dan nominal) diajarkan secara terpisah dan bertahap, Dr. Edy Suseno melanjutkan ke fase penguatan dan evaluasi terpadu. Tujuannya adalah memastikan siswa mampu membedakan dan menerapkan kedua pola struktur tersebut secara acak dan spontan.

  1. Pembacaan Kolektif (Collaborative Reading): Siswa membacakan bersama-sama kalimat verbal dan nominal yang telah mereka kerjakan. Kegiatan ini berfungsi untuk membangun kepercayaan diri, melatih pelafalan, dan memberikan konfirmasi sosial atas kebenaran struktur kalimat.
  2. Latihan Acak dan Penerjemahan Teks (Randomized Translation): Dr. Edy menuliskan kalimat bahasa Indonesia yang mencampurkan konstruksi verbal dan nominal secara acak di papan tulis, menuntut siswa untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Aktivitas ini adalah simulasi situasi nyata di mana siswa harus secara cepat mengidentifikasi jenis kalimat dan menerapkan aturan pengelompokan A, B, atau C yang sesuai.
  3. Penguatan Positif (Positive Reinforcement): Sebagai puncak dari proses pembelajaran, Dr. Edy memberikan hadiah berupa buku tulis kepada siswa yang mampu mengerjakan latihan terjemahan acak tersebut dengan sempurna. Penguatan positif semacam ini terbukti secara pedagogis efektif dalam meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik siswa untuk mencapai ketepatan dan ketelitian dalam tugas.

Efektivitas Metode Pengelompokan

Metode pengelompokan yang diterapkan oleh Dr. Edy Suseno terbukti menjadi kerangka kerja yang sangat efektif dalam konteks pengajaran Simple Present Tense di kelas VII SMP. Kesuksesan metode ini didasarkan pada beberapa faktor kunci:

  1. Simplifikasi Aturan (Cognitive Load Reduction): Dengan memisahkan subjek ke dalam Kelompok A (V1), Kelompok B (V-s), dan Kelompok C (To Be), kompleksitas aturan tata bahasa direduksi menjadi keputusan biner sederhana: apakah subjeknya termasuk kategori ‘S-free’ (A), ‘S-required’ (B), atau ‘To Be’ (C). Ini memfasilitasi pengambilan keputusan gramatikal yang cepat oleh siswa.
  2. Fokus pada Konsep Inti (Deferred Complexity): Keputusan strategis untuk menunda pembahasan akhiran -es dan mengaitkannya dengan pluralisasi kata benda adalah langkah pedagogis yang cerdas. Ini memungkinkan siswa untuk sepenuhnya menguasai prinsip dasar V1 vs. V-s sebelum dihadapkan pada variasi pengecualian vokal/konsonan, sehingga mencegah kebingungan di tahap awal pembelajaran.
  3. Keterpaduan Keterampilan (Integrated Skills): Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada tata bahasa kognitif. Melalui drilling kosa kata, penerjemahan, dan terutama pembacaan kolektif, keterampilan reseptif (mendengar) dan produktif (berbicara dan menulis) diintegrasikan. Pembacaan bersama membantu memindahkan pengetahuan deklaratif (aturan tata bahasa) menjadi pengetahuan prosedural (kemampuan menggunakannya secara otomatis).

Peran Umpan Balik dan Motivasi

Belajar Bahasa Inggris

Pemberian umpan balik (feedback) segera, yang merupakan komponen integral dari setiap tahapan latihan, sangat penting. Umpan balik yang cepat memungkinkan siswa untuk mengoreksi kesalahan mereka saat itu juga, mencegah fosilisasi kesalahan. Selain itu, pemberian hadiah berupa buku tulis—sebuah bentuk pengakuan atas kesempurnaan—menjadi katalisator motivasi yang kuat. Dalam lingkungan belajar yang sering kali mengasosiasikan tata bahasa dengan kesulitan, insentif positif ini mendorong siswa untuk berjuang mencapai akurasi mutlak.

Implikasi bagi Prodi PBI IKIP Widya Darma

Kegiatan PkM ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi siswa SMP Yos Sudarso, tetapi juga memperkuat citra dan relevansi Prodi PBI IKIP Widya Darma Surabaya sebagai institusi yang responsif terhadap kebutuhan pendidikan masyarakat. Model metodologi pengelompokan yang terbukti efektif ini dapat diadaptasi sebagai modul pelatihan guru atau bahan ajar praktis di kampus, memperkaya kurikulum pendidikan guru itu sendiri.

Konteks Sekolah

Keterlibatan aktif dari pihak sekolah, yang dipimpin oleh Ibu Mufid Ikromi, S.Pd., juga menjadi faktor penentu keberhasilan. Kerjasama institusional ini memastikan bahwa intervensi pedagogis Dr. Edy Suseno tidak bersifat insidental, melainkan terintegrasi dalam ekosistem pembelajaran sekolah selama periode satu semester. Lokasi SMP Yos Sudarso Sidoarjo yang mudah dijangkau juga memfasilitasi logistik pelaksanaan PkM yang intensif dan berkelanjutan.

Tantangan dan Rekomendasi Masa Depan

Meskipun metode pengelompokan memberikan fondasi yang kokoh, tantangan muncul ketika siswa harus menghadapi kompleksitas bahasa di luar kerangka Simple Present Tense.

  1. Transisi ke Tenses Lain: Diperlukan strategi transisional yang cermat ketika siswa beralih dari Simple Present ke tenses lain (misalnya, Present Continuous atau Simple Past) untuk menghindari interferensi dari aturan pengelompokan yang sudah tertanam.
  2. Pengajaran Akhiran -es Lanjutan: Implementasi lanjutan dari aturan -es, yang dihubungkan dengan pluralisasi kata benda, harus dilakukan dengan kejelasan yang sama. PkM masa depan dapat memfokuskan modul ini untuk melengkapi penguasaan tata bahasa.
  3. Keterbatasan Fokus: Karena keterbatasan waktu satu semester dan fokus pada struktur, PkM ini mungkin tidak menyentuh secara mendalam aspek pragmatis penggunaan bahasa atau empat keterampilan utama (Membaca, Menulis, Mendengar, Berbicara) secara merata. Program tindak lanjut direkomendasikan untuk mengintegrasikan keterampilan tersebut.

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh Dr. Edy Suseno dari Prodi PBI IKIP Widya Darma Surabaya di SMP Yos Sudarso Sidoarjo telah menunjukkan keberhasilan dalam menerapkan metode pengelompokan yang terstruktur untuk mengajarkan konstruksi kalimat Simple Present Tense, baik verbal maupun nominal. Dengan mengelompokkan subjek ke dalam kategori yang jelas (Kelompok A, B, dan C), menyajikan materi secara bertahap, dan memberikan umpan balik serta penguatan positif (hadiah buku tulis), siswa kelas VII semester ganjil 2025 mampu mengembangkan keterampilan tata bahasa yang akurat dan terinternalisasi.

Inisiasi ini berfungsi sebagai model yang dapat direplikasi untuk mengatasi hambatan tata bahasa dasar di tingkat sekolah menengah pertama. Setelah satu semester penuh dedikasi dan transfer pengetahuan yang terstruktur, Dr. Edy Suseno mengakhiri tugas pengabdiannya di SMP Yos Sudarso, siap untuk beralih dan mengemban tugas PkM ke sekolah lain, melanjutkan kontribusi akademik dan praktisnya bagi kemajuan pendidikan bahasa Inggris di wilayah yang lain pula. Metode pengelompokan ini menjadi bukti nyata bahwa penyederhanaan yang cerdas dapat menjadi kunci untuk membuka potensi belajar siswa dalam penguasaan tata bahasa asing.

Biodata Penulis:

Dr. Edy Suseno, S.Pd., M.Pd. merupakan dosen tetap di IKIP Widya Darma Surabaya, mengajar di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.

© Sepenuhnya. All rights reserved.