Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Ayam Panggang Gandu: Sekali Coba, Auto Rindu

Lewat Magetan? Jangan cuma lewat. Mampir ke Gandu dan cicipi Ayam Panggang khas dengan aroma asap dan rasa rumahan yang bikin sekali coba auto rindu.

Oleh Alissa Salwa Ramadhani

Kalau berbicara soal kuliner di Magetan, nama Ayam Panggang Gandu pasti akan selalu muncul. Bukan karena tempatnya yang instagramable atau viral di media sosial, tapi karena rasanya yang nempel di ingatan. Aroma asap Ayam Panggang Gandu, berpadu dengan bumbu tradisional, sering kali bikin orang refleks berhenti untuk singgah meski cuma sebentar.

Ayam Panggang Gandu

Desa Gandu sendiri sebenarnya sederhana. Warung-warung makan di sana tampil apa adanya. Meja kayu, bangku panjang, dan asap tipis yang terus muncul dari tungku. Tapi justru dari kesederhanaan itulah letak pesonanya. Ayam-ayam utuh yang dilumuri bumbu khas rumahan, lalu dipanggang perlahan di atas bara arang. Api dijaga agar tetap stabil, tidak terlalu boleh besar. Setiap beberapa menit ayam dibalik, diolesi lagi dengan sisa bumbu, supaya matang merata dan bumbunya meresap sampai ke dalam. Proses ini dilakukan sampai menghasilkan warna kecokelatan yang cantik dan aroma yang khas.

Yang buat nagih adalah perpaduan rasanya. Kulitnya sedikit kering dan smokey, tapi bagian dalam dagingnya tetap lembut. Bumbunya sederhana, tapi rasanya akrab dan bikin beta, mirip masakan buatan rumah. Rasanya gurih, ada sentuhan manis tipis dan aroma asap yang terus nempel sampai suapan terakhir.

Biasanya sepiring ayam panggang ini disajikan dengan nasi putih hangat, sambal pedas, dan lalap segar. Momen makannya juga punya rasa sendiri. Duduk di bangku kayu panjang, tangan sedikit berminyak karena makan langsung pakai tangan, sambal pedas yang bikin dari berkeringat, suara bara api dari tungku yang sedang memanggang, lalu disruput dengan es teh adalah kombinasi yang sulit ditolak. Makanan enak memang paling pas dinikmati tanpa ribet. Kadang bukan soal tempat yang mewah, tapi rasa yang jujur.

Buat orang Magetan, Ayam Panggang Gandu bukan cuma soal perut kenyang. Ini soal kebiasaan, soal kenangan. Banyak yang datang bersama keluarga sejak kecil, dan sekarang datang lagi sudah bawa anak sendiri. Ada yang cuma singgah cepat, ada juga yang sengaja menyempatkan waktu khusus cuma buat makan di sini.

Menariknya, banyak pengunjung yang awalnya nggak berekspektasi apa-apa. Mereka awalnya cuma diajak teman atau sekedar singgah karena lapar di perjalanan. Tapi setelah coba, selalu ada rasa ingin kembali. Bukan cuma karena rasanya enak, tapi karena pengalaman makannya terasa “hidup”.

Kadang, makanan bisa bawa kita balik ke banyak kenangan. Dan Ayam Panggang Gandu pun punya cara sendiri buat masuk ke ingatan orang. Mungkin dari aromanya, mungkin dari rasanya, mungkin juga dari suasana desanya yang tenang.

Jadi kalau suatu hari jalanmu lewat Magetan, jangan cuma lewat. Mampir sebentar ke Gandu, duduk, pesan seporsi ayam panggang, dan rasakan sendiri kenapa banyak orang akhirnya berkata: sekali coba, auto rindu.

Biodata Penulis:

Alissa Salwa Ramadhani saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.