Oleh Fitria Salma Nur Azizah
Circle pertemanan sering menjadi unsur penting dalam perjalanan kuliah. Banyak mahasiswa menemukan motivasi baru setelah bertemu teman yang tepat. Saya pun merasakannya sejak awal memasuki semester pertama perkuliahan. Lingkaran kecil itu tumbuh dari pertemuan sederhana tanpa rencana.
Saya bertemu lima teman yang sangat ceria dan menyenangkan. Mereka hadir sebagai sosok yang menerima saya apa adanya. Kami memulai semua ini hanya karena permintaan kecil di kelas. Awalnya saya meminjam pulpen karena lupa membawa alat tulis.
Pertemuan itu berkembang menjadi hubungan yang lebih hangat setiap waktu. Kami sering berbagi cerita ringan selepas jam kuliah. Kadang diskusi kecil itu berubah menjadi rencana belajar bersama. Semua itu menghadirkan suasana akademik yang lebih menyenangkan bagi kami.
Setiap hari kuliah terasa lebih berarti sejak saat itu. Saya merasa energi belajar bertambah ketika bersama mereka. “Berteman dengan mereka menambah semangat untuk kuliah,” ucapku suatu siang. Kalimat itu lahir dari pengalaman yang benar-benar saya alami.
Suport System saat Senang dan Susah
Circle kecil itu tidak hanya menemani saya dalam urusan akademik. Mereka hadir ketika hati sedang ringan maupun berat. Di tengah tekanan tugas, kami sering saling berbagi keluh kesah. Teman-teman itu mendengarkan dengan sabar tanpa menghakimi.
Kami biasanya mengerjakan tugas bersama di ruang belajar kampus. Beberapa kali kami belajar sambil mengeluh tentang lelah yang sama. Namun keluhan itu terasa lebih ringan ketika kami bersama. Dukungan mereka membuat beban kuliah tidak terlalu menekan.
Saya pernah sangat stres menghadapi minggu penuh presentasi. Kepala terasa berat akibat tugas yang datang beruntun. Mereka menyadari perubahan sikap saya saat itu. Teman saya bernama Ayu berkata pelan, “Kita akan lewati ini bareng-bareng. Jika ada apa-apa bilang, jangan diam saja.”
Kata-katanya terasa sangat menenangkan di tengah tekanan tugas. Dukungan itu menguatkan mental saya sepanjang minggu presentasi. Suara mereka membuat saya merasa tidak berjalan sendirian. Circle itu menjadi fondasi emosi yang memperbaiki banyak hal.
Teman kuliah sering menjadi ruang aman bagi mahasiswa. Mereka memahami bahasa yang sama tentang tekanan akademik. Mereka tahu bagaimana sulitnya mengatur waktu setiap hari. Itulah yang membuat dukungan mereka terasa lebih dekat dan jujur.
Circle Pertemanan Penghilang Stres dan Mood Booster
Pertemanan yang sehat memberi manfaat lebih dari sekadar bantuan belajar. Lingkaran itu juga menjadi tempat saya mencari udara segar. Kami sering merayakan pencapaian kecil setelah menyelesaikan banyak tugas. Momen itu membuat pikiran kembali jernih.
Kami biasa menghabiskan waktu di kantin kampus seusai kelas. Obrolan ringan berlangsung sambil menikmati makanan favorit kami. Tawa kecil muncul hampir setiap pertemuan sederhana itu. Hal seperti itu menurunkan tingkat stres yang menumpuk sepanjang hari.
Setiap pertemuan terasa seperti penyembuh bagi kepala yang penuh tekanan. Bahkan saat tidak ada yang lucu pun, kebersamaan itu menghangatkan. Kami berjalan pulang sambil membicarakan banyak hal ringan. Semua itu menjadi pengingat bahwa kuliah bukan hanya tentang nilai.
Mood saya sering membaik setelah bertemu mereka beberapa menit saja. Kebersamaan itu seperti terapi kecil yang tidak saya sadari sebelumnya. Tawa mereka membuat saya lebih berani menghadapi ujian berikutnya. Saya merasakan ketenangan yang jarang saya temukan sendirian.
Di tengah berbagai tekanan, circle itu menjadi tempat mempertahankan kewarasan. Kami saling menyandarkan diri ketika beban terasa terlalu berat. Pertemanan ini seperti ruang istirahat yang selalu tersedia. Kadang saya bertanya dalam hati, “Kita pasti akan seperti ini hingga lulus kan?”
Penutup
Circle pertemanan memberi warna penting dalam kehidupan mahasiswa. Pertemanan itu mengajarkan bahwa perjalanan akademik tidak harus dijalani sendiri. Perjalanan ini akan lebih mudah ketika ada bahu untuk bersandar. Setiap mahasiswa membutuhkan ruang aman seperti itu.
Teman dapat menjadi energi ketika motivasi turun secara tiba-tiba. Dukungan mereka membantu mahasiswa bertahan dalam masa sulit kuliah. Kehadiran mereka menjadi alasan untuk tetap berjalan ke depan. Hal itu membuat proses belajar terasa lebih manusiawi.
Circle pertemanan juga memberi ruang untuk tumbuh dengan lebih stabil. Mereka membantu menata ulang perasaan ketika pikiran terasa kacau. Mereka hadir ketika tawa dibutuhkan lebih dari penjelasan teori. Itu membuat tekanan akademik lebih mudah dihadapi setiap hari.
Pada akhirnya, pertemanan seperti ini membentuk pengalaman kuliah yang berharga. Mereka menguatkan mental sekaligus menjaga akal tetap sehat. Kami membangun perjalanan ini bersama-sama dalam ritme yang sama. Dan saya berharap semuanya bertahan hingga kami menutup bab perkuliahan kelak.
Biodata Penulis:
Fitria Salma Nur Azizah saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Pendidikan Ekonomi.