Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Fenomena Overthinking dan Cara Islam Memandangnya

Overthinking mengganggu fokus dan tidur? Pelajari perspektif Islam yang menenangkan pikiran. Yuk, temukan keseimbangan batin hari ini!

Oleh Mega Nur Fadilah

Overthinking atau kebiasaan berpikir terlalu jauh kini menjadi masalah yang umum dialami banyak orang, terutama generasi muda. Tuntutan hidup, tekanan akademik, serta derasnya informasi dari media sosial membuat pikiran mudah penuh dan sulit dikendalikan. Akibatnya, muncul kecemasan berlebihan, ketakutan terhadap hal yang belum terjadi, bahkan gangguan tidur. Dalam konteks Islam, fenomena ini dapat dilihat sebagai kondisi batin yang perlu ditenangkan melalui pendekatan spiritual.

Fenomena Overthinking dan Cara Islam Memandangnya

Memahami Overthinking

Overthinking adalah kondisi ketika seseorang menghabiskan energi untuk memikirkan sesuatu secara berlebihan, menganalisis masalah secara berulang, atau membayangkan berbagai kemungkinan buruk yang belum tentu terjadi. Secara mental, hal ini menguras fokus dan membuat seseorang tidak produktif. Dalam pandangan Islam, pikiran yang terus gelisah dapat menghalangi ketenangan hati (sakīnah) yang seharusnya menjadi ciri seorang mukmin. 

Mengapa Overthinking Mudah Terjadi? 

Ada beberapa penyebab mengapa overthinking semakin sering dialami: 

  1. Tekanan akademik dan pekerjaan, terutama pada kalangan pelajar. 
  2. Paparan media sosial, yang memicu kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. 
  3. Ekspektasi lingkungan, baik dari keluarga maupun masyarakat. 
  4. Kekosongan spiritual, karena kurang waktu untuk menenangkan diri dan berdialog dengan hati.

Lingkungan digital yang serba cepat membuat otak bekerja tanpa jeda, memperbesar peluang munculnya pikiran berlebih. 

Perspektif Islam tentang Overthinking

Dalam ajaran Islam, pikiran yang berputar secara negatif dapat masuk dalam kategori waswas, yaitu bisikan yang menimbulkan keresahan. Al-Qur’an mengingatkan bahwa ketenangan hanya datang melalui kedekatan dengan Allah: 

“Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28) 

Ayat ini menegaskan bahwa manusia tidak bisa mengendalikan segala hal, sehingga ketenangan sejati muncul dari kesadaran untuk berserah diri setelah berusaha. Nabi SAW juga mengajarkan doa untuk menghadapi rasa takut dan kecemasan, menandakan bahwa kegelisahan adalah bagian dari ujian hidup yang dapat diatasi dengan cara spiritual. 

Nilai-Nilai Islam untuk Mengurangi Overthinking 

1. Tawakkal 

Tawakkal mengajarkan bahwa setelah seseorang berusaha, ia menyerahkan hasilnya kepada Allah. Prinsip ini mengurangi tekanan terhadap hal-hal yang berada di luar kendali manusia. 

2. Qana’ah 

Perasaan cukup dengan apa yang dimiliki membantu mengurangi perbandingan diri yang sering menjadi pemicu overthinking. 

3. Menghindari Prasangka Buruk 

Islam melarang berprasangka buruk, baik kepada orang lain maupun diri sendiri. Pikiran negatif inilah yang sering menjadi awal munculnya kecemasan. 

4. Muhasabah 

Refleksi diri dianjurkan dalam Islam, tetapi dengan cara yang sehat: mengevaluasi tanpa menyalahkan diri secara berlebihan. 

5. Zikir dan Doa

Zikir berfungsi seperti terapi batin yang menenangkan pikiran dan memutus lingkaran kekhawatiran. 

Menata Pikiran dengan Pendekatan Islam 

Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan: 

  1. Menjaga salat, karena menjadi momen menenangkan batin. 
  2. Mengatur penggunaan media sosial, untuk menghindari tekanan perbandingan diri. 
  3. Memahami konsep takdir, bahwa tidak semua hal harus dikendalikan. 
  4. Mengisi waktu dengan aktivitas positif, seperti membaca Al-Qur’an atau kegiatan sosial. 

Ajaran Islam mendorong keseimbangan antara usaha, pikiran jernih, dan ketenangan hati. Semakin kuat hubungan seorang hamba dengan Allah, semakin mudah ia menghadapi kekhawatiran yang tidak pasti.

Biodata Penulis:

Mega Nur Fadilah, saat ini aktif sebagai mahasiswi di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.