Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Fondasi Keropos Pendidikan Indonesia

Penasaran kenapa pendidikan di Indonesia masih tertinggal? Yuk, pahami pentingnya literasi, kompetensi guru, dan kurikulum yang tepat.

Oleh Berlian Adenta Islami

Beberapa waktu lalu beredar banyaknya berita mirisnya pendidikan di Indonesia, salah satunya ditunjukkan dengan adanya video siswa di SMP Buleleng, Bali yang diduga belum bisa membaca dan menulis. Bukan hanya itu, kita bahkan bisa dengan mudah melihat konten-konten siswa SMA yang dites menghitung dasar tidak bisa menjawab dengan benar.

Menurut data dari PIAAC (Programme for the International Assessment of Adult Competencies) sekitar 5 tahun lalu, menyatakan bahwa orang bergelar sarjana di Jakarta berada di bawah kemampuan baca anak SMP di Denmark.

Fondasi Keropos Pendidikan Indonesia

Dengan literasi yang rendah menyebabkan banyak orang yang tidak bisa mengelola informasi, keputusan dan interaksi sosial yang sehat dan baik. Hal ini tentu saja bukan salah dari anak-anak melainkan kita sebagai orang dewasa yang seharusnya mampu memberikan pendidikan dasar pada setiap anak yang lahir. Selain itu negara juga berperan sangat penting dalam pendidikan sebagai lembaga yang mengelola uang dan sumber daya kita semua. Tapi di balik itu, negara juga membutuhkan support untuk mendorong solusi yang tepat untuk negara dapat menjalankan tugasnya.

Dalam diskusi pendidikan sering kali kita melihat orang-orang yang membandingkan pendidikan di Indonesia dengan negara lain. Sebagai contohnya beberapa orang tidak setuju dengan adanya ujian terstandar nasional karena dianggap membebankan siswa, karena di negara Finlandia yang tidak adanya ujian pun tetap dapat meraih hasil pendidikan yang maju. Komentar-komentar seperti ini jika dibaca sekelebat memang terdengar masuk akal, namun jika hanya menjiplak tapi tidak sadar dengan realita yang ada maka hasilnya pasti akan jauh berbeda. Metode pendidikan mestinya disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang mau dididik. Karena yang akan dibangun adalah kualitas masyarakat secara umum. Bagaimana kondisi anak secara umum dan bagaimana kompetensi guru secara umum. Menurut penelitian negara-negara yang dapat menaikkan kualitas pendidikannya adalah negara yang tahu di mana level pendidikannya dan dapat menerapkan metode pendidikannya sesuai kebutuhan level negaranya.

Indonesia seharusnya dapat memposisikan bahwasanya sadar dengan kondisi masyarakat yang ada, kita tidak bisa seenaknya menjiplak pendidikan ala Barat. Kita bisa memulai dari level bawah dengan sistem yang sangat serius membangun kemampuan dasar seperti menulis, membaca, berhitung, literasi dan numerasi. Untuk mendapatkan hasil yang baik harus adanya dua titik tumpu, yang pertama yaitu pengajar atau guru. Terlepas dengan adanya isu kesejahteraan guru, yang tidak kalah penting yaitu guru yang mempunyai kompetensi. Kita harus pastikan guru-guru mempunyai kemampuan dasar yang baik dan kemampuan untuk mengajarkan itu ke orang lain. Titik tumpu yang kedua yaitu enforcement atau system yang memastikan kompetensi itu dapat dicapai oleh peserta didik. Hal ini dapat diukur dengan asesmen terstandar nasional yang dapat mengukur untuk orang kemudian lanjut ke jenjang selanjutnya dengan harapan tidak ada lagi orang yang lulus secara basa-basi karena akan menyebabkan masalah pada jenjang selanjutnya. Masalah di jenjang SMA terakumulasi dari SD. Jadi harus ada sistem yang mengawasi bahwa anak yang dari kelas satu naik ke kelas dua harus ada sesuatu ukuran perkembangan yang dicapai.

Di Indonesia kurikulum juga sering menjadi perdebatan mengenai kemajuan pendidikan. Nisa Felicia Faridz mengatakan guru membutuhkan waktu tujuh tahun untuk terampil menggunakan kurikulum, itu pun apabila guru tersebut mempelajari setiap harinya. Namun tak jarang, pergantian Menteri Pendidikan berimbas juga dengan kurikulum yang ada.

Jika bicara mengenai kurikulum, mana yang lebih harus diutamakan "apakah perbaikan kurikulum atau guru?", maka menurut saya dua-duanya sama pentingnya bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Karena percuma kurikulum disusun sedemikian rupa namun gurunya tidak mempunyai kompetensi untuk menjalankan kurikulum tersebut dan juga sebaliknya percuma gurunya berkompeten jika kurikulumnya masih amburadul hanya menjiplak negara lain tanpa melihat kondisi realita pada masyarakat kita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari kebanyakan negara-negara maju. Jika negara benar-benar menginginkan pencapaian Indonesia Emas 2045, maka dapat dimulai dari membenahi Pendidikan secara keseluruhan. 

Biodata Penulis:

Berlian Adenta Islami saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.