Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Harmonisasi Sains dan Agama: Menemukan Akhlak dalam Jejak Digital Kita

Mari jaga akhlak digital kita. Pahami pentingnya jejak digital, hindari hoaks, dan gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan.

Oleh Ilham Manziz

Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini telah membawa perubahan signifikan dalam gaya hidup dan pola pikir masyarakat. Hampir setiap aspek kehidupan kini terhubung dengan dunia digital. Mulai dari belajar, bekerja, hingga berinteraksi sosial, semua banyak dilakukan melalui platform daring. Akibatnya, masyarakat menghabiskan lebih banyak waktu di dalam jejaring internet dibandingkan dengan ruang fisik. Fenomena ini menjadikan keberadaan akhlak digital semakin penting, karena perilaku seseorang di dunia maya kini memiliki pengaruh yang sama besarnya dengan perilakunya di dunia nyata.

Akhlak dalam Jejak Digital Kita

Namun, kenyataannya masih banyak pengguna di dunia digital yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan platform yang mereka gunakan. Ada yang dengan mudah menyebarkan berita hoaks hanya untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi orang awam yang mudah mempercayai informasi tersebut. Tidak sedikit pula yang menuliskan komentar negatif pada suatu unggahan tanpa memahami konteksnya. Perilaku-perilaku semacam ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga meninggalkan jejak digital yang buruk bagi pelakunya, yang pada suatu saat dapat merusak reputasi mereka sendiri.

Jejak digital merupakan catatan informasi yang tersisa setiap kali kita menggunakan teknologi, mulai dari aktivitas di internet hingga penggunaan perangkat digital lainnya. Apabila kita memanfaatkan internet untuk hal-hal yang positif, maka jejak digital yang kita tinggalkan juga akan mencerminkan kebaikan tersebut, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, menjaga jejak digital menjadi hal yang sangat penting. Ia dapat diibaratkan sebagai cermin diri di dunia maya, yang dapat memuat kebaikan yang kita lakukan, tetapi juga dapat menyimpan aib jika kita tidak berhati-hati dalam berperilaku.

Untuk menjaga jejak digital, diperlukan akhlak yang baik dalam setiap aktivitas di dunia maya. Sikap jujur harus menjadi landasan dalam menyampaikan maupun membagikan informasi. Ketika menerima berita atau konten tertentu, kita perlu melakukan tabayyun atau memastikan kebenarannya sebelum menyebarkannya. Kita juga harus bersikap amanah saat diberikan kepercayaan, termasuk dalam menjaga privasi data atau pesan pribadi. Selain itu, menjaga lisan digital (ketikan) sama pentingnya dengan menjaga ucapan dalam kehidupan nyata.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai akhlak yang baik dalam setiap aktivitas digital, penggunaan teknologi menjadi lebih bijak dan bermakna. Teknologi yang berasal dari sains bersifat netral, sedangkan agama melalui ajaran akhlak berfungsi sebagai kompas moral yang mengarahkannya. Ketika keduanya berjalan beriringan, akan terbentuk harmonisasi di antara keduanya, di mana kecanggihan digital dapat dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, dan kepedulian, sehingga ruang digital menjadi tempat untuk menyebarkan kebaikan, bukan menyebarkan kebencian.

Salah satu contoh dapat dilihat pada kasus siswa SMAN 1 Cimaraga yang menerima hujatan karena membela temannya yang mengajukan protes kepada guru setelah siswa tersebut didapati sedang merokok di area sekolah. Meskipun kasus ini terjadi di dunia nyata, rekaman dan unggahan yang beredar di media sosial meninggalkan jejak digital yang signifikan. Sebagai akibatnya, beberapa perusahaan dan perguruan tinggi dilaporkan telah memasukkan mereka ke dalam daftar hitam.

Contoh lain, seorang siswa yang secara teratur membagikan konten edukatif mengenai bahaya perundungan dan pentingnya menjaga etika digital. Konten-konten tersebut mendapatkan apresiasi yang luas dan bahkan dibagikan ulang oleh para guru serta tokoh masyarakat. Jejak digital yang positif itu kemudian membuka kesempatan baginya untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba dan program beasiswa. Kasus ini menunjukkan bahwa dunia digital dapat menjadi wadah untuk menyebarkan kebaikan dan membangun reputasi yang bermanfaat.

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menjaga jejak digital kita tetap baik?

Cara untuk menjaga jejak digital kita agar tetap baik adalah dengan menggunakan akhlak digital dalam menggunakan media digital, sebagai berikut:

1. Pikirkan Dampak Sebelum Memposting

Sebelum memposting sesuatu di media sosial, sangat penting untuk mempertimbangkan dampaknya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebuah unggahan, meskipun tampak sepele, dapat disalahartikan atau digunakan kembali di masa mendatang. Dengan meluangkan waktu sejenak untuk berpikir sebelum memposting, kita dapat menghindari kesalahpahaman, konflik, atau jejak digital negatif yang mungkin merugikan reputasi kita di masa depan.

2. Pastikan Kebenaran Informasi

Dalam arus informasi yang sangat cepat, memastikan kebenaran suatu berita merupakan tanggung jawab moral. Memverifikasi sumber, memeriksa tanggal, dan membaca informasi secara menyeluruh membantu kita terhindar dari penyebaran hoaks. Sikap ini tidak hanya mencerminkan kedewasaan digital, tetapi juga menggambarkan akhlak tabayyun, yaitu kebiasaan untuk meneliti sebelum menyebarkan sesuatu agar tidak merugikan orang lain.

3. Tulislah Komentar Seperti Berbicara dengan Orang secara Langsung

Ketika menulis komentar, kita harus membayangkan seolah-olah kita sedang berbicara langsung dengan seseorang. Pendekatan ini membantu kita untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar, ejekan, atau komentar yang merendahkan. Menghormati orang lain di dunia maya sama pentingnya dengan menghormati mereka di dunia nyata. Dengan prinsip ini, ruang digital dapat menjadi tempat untuk berdiskusi yang sehat dan bukan sekadar arena saling menyerang.

4. Hindari Menilai Orang dari Satu Unggahan

Satu unggahan tidak dapat mencerminkan keseluruhan diri seseorang. Setiap individu memiliki konteks, proses, dan kisah hidup yang tidak selalu tampak di media sosial. Dengan menghindari penilaian yang terburu-buru, kita menunjukkan empati dan kebijaksanaan dalam berinteraksi di dunia digital. Sikap ini berkontribusi dalam mengurangi kesalahpahaman, perundungan, dan stereotip yang sering muncul akibat menilai seseorang hanya berdasarkan satu potongan informasi.

5. Gunakan Media Sosial untuk Menebar Kebaikan

Media sosial membuka peluang besar untuk menyebarluaskan konten positif yang bermanfaat bagi banyak orang. Mengunggah informasi yang mendidik, memberikan dukungan moral, atau sekadar berbagi inspirasi dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan digital. Ketika kita memilih untuk menyebarkan kebaikan, kita juga berkontribusi dalam membangun budaya internet yang lebih sehat dan menunjukkan bahwa teknologi dapat berfungsi sebagai sarana amal jariyah di era modern.

Dengan menerapkan akhlak digital dalam setiap aktivitas bermedia, diharapkan para pengguna dapat memanfaatkan berbagai platform dengan bijak dan produktif tanpa menimbulkan konflik atau kerusuhan. Etika dalam berkomunikasi, menghargai privasi orang lain, serta bertanggung jawab atas setiap konten yang dibagikan akan menciptakan ruang digital yang lebih aman, harmonis, dan bermanfaat bagi semua. Oleh karena itu, akhlak digital menjadi fondasi yang penting untuk menciptakan ekosistem media yang sehat.

Jejak digital kita adalah cermin akhlak kita. Teknologi boleh berubah cepat, tetapi akhlak harus tetap menjadi poros dalam setiap klik dan ketikan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.