Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Tasapo dan Ubek Kampuang: Jenis Pengobatan Tradisional yang Masih Bertahan di Ulakan, Tapakis

Mari menyelami dunia pengobatan tradisional Minangkabau. Dari tasapo hingga uruik, temukan bagaimana keyakinan dan budaya tetap terjaga.

Oleh Najwa Imsyaky

Di tengah pesatnya perkembangan dunia medis, sebagian masyarakat Ulakan-Tapakis, Padang Pariaman, masih memercayai pengobatan tradisional seperti tasapo, uruik, dan ubek kampuang lainnya. Praktik-praktik ini tidak hanya menjadi warisan leluhur, tetapi juga ruang keyakinan yang terus hidup di tengah modernitas.

Jenis Pengobatan Tradisional yang Masih Bertahan di Ulakan, Tapakis

Salah seorang narasumber yang telah lama menggeluti pengobatan tradisional menjelaskan bagaimana tasapo dilakukan dan mengapa praktik ini masih bertahan hingga kini. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, tasapo kerap dikaitkan dengan gangguan nonfisik—hal-hal yang diyakini tidak dapat dijelaskan secara medis. Prosesnya menggunakan kunyit sebagai media utama. Jika seseorang benar mengalami gangguan, kunyit tersebut akan "tatungkuik" atau jatuh dengan sendirinya. Sebaliknya, jika tidak ada gangguan, kunyit akan tetap berdiri tegak.

Reaksi kunyit itu diyakini menjadi penanda pembeda antara sakit yang disebabkan oleh gangguan halus dan keluhan biasa. Bahkan, menurut narasumber, jika ada orang yang sengaja memancing-mancing ritual— misalnya mengaku sakit padahal tidak—kunyit bisa "mati kunyiak sa batangan", seolah kehilangan daya, dan gangguan itu diyakini kembali ke sumbernya.

Selain kunyit, beberapa praktik tasapo juga menggunakan asam jawa sebagai indikator. Dalam proses penyembuhan, asam akan menunjukkan reaksi tertentu. “Kalau asam nyo baduto, gangguannyo mati sakatiko. Tapi kalau ndak, iduik salamo inyopi,” ujar narasumber. Perubahan pada asam inilah yang dijadikan masyarakat sebagai tanda berhasil atau tidaknya proses penyembuhan.

Selain tasapo, praktik uruik-yang lebih mirip teknik pijat tradisional —juga masih diminati. Keluhan seperti asam lambung, asam urek, pegal-pegal, hingga saraf kejepit kerap ditangani dengan cara ini. Uruik merupakan bagian dari ubek kampuang, istilah bagi berbagai metode pengobatan tradisional yang diwariskan turun-temurun di Minangkabau.

Mengenai pantangan setelah berobat, narasumber menegaskan bahwa aturannya bergantung pada sang pengobat. Sebagian menetapkan larangan tertentu, seperti tidak mengonsumsi makanan pedas atau berminyak. Namun ada juga yang tidak mengharuskan pantangan apa pun. “Kok tukang ubek nyo punyo pantangan, wajib dituruti. Kalau ndak ado, makan ajo apo ado,” jelasnya.

Fenomena menarik lainnya adalah banyaknya warga dari luar daerah yang datang berobat. Tidak hanya masyarakat umum, tetapi juga tenaga kesehatan. Narasumber menyebut seorang kepala rumah sakit di Padang yang kerap datang untuk mengobati keluhan asam lambung. “Inyo masih mempacayoi ubek tradisional,” katanya.

Bagi masyarakat Ulakan-Tapakis, pengobatan tradisional bukan sekadar pilihan kesehatan, tetapi juga bagian dari identitas budaya. Di tengah dunia yang semakin modern, tasapo dan ubek kampuang menjadi bukti bahwa tradisi masih memiliki tempat di hati masyarakat. Seperti banyak praktik leluhur lainnya, keberadaannya dipelihara bukan hanya karena hasilnya, tetapi juga karena nilai dan kepercayaan yang melekat di dalamnya.

© Sepenuhnya. All rights reserved.